Hidup di negeri orang membuat seniman kelahiran Surabaya ini kian tertantang untuk berkreasi mengembangkan potensi yang dimiliki. Diaspora Indonesia satu ini mengukir prestasi di Australia dengan bekerja sebagai desainer dan ilustrator buku. 

Namanya adalah Evi O. Saat ini dia bermukim di Sydney, namun mulai 12 Maret  akan menggelar pameran tunggalnya bertajuk Double Cream di The Design Files Gallery, Melbourne. Selain itu, karya-karyanya dengan judul Anekka juga akan digelar pada Finders Keepers Market at Australian Technology Park, Eveleigh, akhir April mendatang.

Evi O lahir tahun 1986 dan tumbuh besar di Surabaya. Di tahun 2003 dia pindah ke Sydney kemudian belajar Visual Communication di Universitas Teknologi Sydney (UTS). Saat mencapai gelar sarjana S1 di bidang komunikasi visual tahun 2008 Evi O berhasil memenangkan penghargaan untuk mahasiswa melalui karyanya The Dream Thief. 

Sejak tahun 2008 itulah, Evi bekerja untuk penerbit terkenal Penguin Books, Australia, dan meniti karir di sana hingga 2016. Dia mengaku sangat senang dengan pengalaman ini karena bisa bekerja dekat dengan para penulis ternama di Australia. Namun ia mengaku terkadang masih kesulitan menjelaskan profesinya yang terbilang "langka" kepada orangtuanya.

Beberapa karya Evi O, australiaplus.com 

Di antara karya-karyanya, desain untuk buku Naples: A Way of Love berhasil memenangkan Best Designed General Illustrated Book under $50 yang diselenggarakan oleh Australian Book Designers Association tahun 2014. Organisasi ini merupakan badan yang menghimpun para desainer buku di Australia.

Berikut ini hasil wawancara dengan Evi O dengan wartawan ABC, Farid M. Ibrahim:

Mengapa memilih jalan hidup sebagai seniman dan desainer buku?

Tahun 2003, orangtuaku mengirim saya ke Australia untuk melanjutkan pendidikan di bidang komunikasi visual pada University of Technology, Sydney. Begitu tamat tahun 2007, saya langsung diterima bekerja sebagai desainer junior pada Penerbit Penguin Books, Australia (sekarang disebut sebagai Penguin Random House). Selama beberapa tahun saya terus belajar mendesain berbagai jenis buku, termasuk buku anak-anak, buku fiksi dan non-fiksi, serta pelan-pelan menapak jalan hidupku ini.

Sejak tahun 2010, saya mengkhususkan diri pada ilustrasi buku, khususnya untuk Lantern Books, anak usaha Penguin Random House. Di sini saya berkesempatan bekerja dekat dengan banyak penulis berbakat sekaligus belajar berbagai hal di setiap proyek. Sudah hampir 8 tahun sekarang saya bekerja dengan Penguin Random House, dan dalam beberapa bulan akan memulai studio desain sendiri, yang fokus pada penerbitan.

Sebagai bagian dari kerja seni, studio ini dibuka sebagai sesuatu yang saya perlukan untuk lebih pelan. Pekerjaan mendesain buku sehari-hari sangat menyibukkan dan penuh deadline, sehingga saya kini butuh wahana kreativitas pribadi yang lebih tenang. Agar bisa menikmati kekinian dan bisa berenung. Melukis bagiku bisa mewadahi kebutuhan ini.

Saya sebenarnya mulai melukis 4 tahun lalu namun baru memamerkan karya-karyaku setahun terakhir.

Apa pencapaian paling berkesan sejauh ini?

Mungkin di saat-saat ketika sebuah buku baru saja dicetak. Atau ketika melihat hasil karyaku diterima dengan senang hati oleh klien.

Dalam mendesain buku, tantangan terberatnya apa saja? Apakah Anda benar-benar membaca isi buku tersebut?

Tentu saja! Untuk bisa menampilkan isi buku secara maksimal, anda harus memahaminya terlebih dahulu. Saya memang suka membaca sejak kecil, sehingga membaca manuskrip buku merupakan salah satu yang aku gemari dalam pekerjaan ini.

Bagaimana Evi mengkomunikasikan ide-idenya dengan penulis buku sehingga mereka bisa menerima desain Evi. Apakah desainnya pernah ditolak penulis?

Idealnya, saya suka kalau memulai pekerjaan saya dengan bertemu penulis dan membahas pesan yang perlu dikomunikasikan. Saya kemudian menempatkan diri dalam perspektif penulis itu dan tetap mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam membuat desain.

Ibaratnya, sebuah buku adalah anak dari penulis. Seorang ilustrator dan desainer adalah bidan yang membantu kelahiran sang bayi ke dunia ini!

Double Cream akan menjadi pameran tunggal pertamamu. Apa temanya dan apa harapan Evi dari pameran ini.

Saya terus mengeksplorasi lansekap abstrak untuk Double Cream, menghasilkan keseluruhan 16 lukisan berdasarkan atas pengamatanku terhadap lansekap dan kehidupan urban. Pameran ini merupakan karya paling besar yang telah aku hasilkan sejauh ini dan memacu kesenimananku dari sudut skala kerjanya.

Makanya saya kira ini akan menanamkan kepercayaan diriku untuk mengembangkan kerja seniku selanjutnya.

Sebelumnya saya pun pernah terlibat dalam berpameran di Melbourne, jadi saya ingin membaginya dengan kawan-kawan di sana. Tim dari Design Files berperan penting dalam mewujudkan pameranku ini. Tentu saja aku berterima kasih pada mereka, serta pada pihak yang mendukung seperti Pidapipo gelateria, Dulux, The Drinks List, Capis serta Alhambra Cervezas!

Menurut Evi, bagaimana pandangan publik mengenai profesi desainer buku?

Ini profesi yang sangat khusus. Bahkan di Australia pun tidak banyak desainer buku sehingga mungkin masyarakat tidak banyak tahu tentang profesi ini. Saya sendiri masih selalu harus menjelaskan pekerjaan saya ini kepada orangtua saya.

Ketika saya bilang aku kerja untuk Pengiun Books, mereka umumnya mengira bahwa yang aku kerjakan adalah mendesain cover buku warna oranye yang terkenal itu, ha..ha..haa....

Sumber: australiaplus.com 

Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar dengan Akun GNFI / Facebook ...
READ NEXT
BACK TO TOP
Banyuwangi Pastikan Makin Mempesona di Sepanjang 2016
Banyuwangi Pastikan Makin Mempesona di Sepanjang 2016
Ajang wisata sejuta pesona “Banyuwangi Festival” kembali digelar. Tahun ini, puluhan event akan dihelat, dimulai dari event berskala internasional seperti “International Tour de Banyuwangi
Aplikasi Karya Mahasiswa Tangsel Ini Bisa Jadi Solusi Masalah Sampah
Aplikasi Karya Mahasiswa Tangsel Ini Bisa Jadi Solusi Masalah Sampah
Fajar Febriyan dan Tri Wahyu Hidayat merupakan tiga anak muda yang turut gelisah melihat persoalan sampah yang sulit tertangani. Bermodal tekad dan keinginan kuat
Bahasa Indonesia Diminati di Inggris
Bahasa Indonesia Diminati di Inggris
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI Exeter) bersama dengan Indonesian Society (Indosoc) di University of Exeter menyelenggarakan kelas bahasa dan budaya Indonesia mengingat banyaknya permintaan cari
3 Film Pendek Karya Anak Bangsa Juara di Singapura
3 Film Pendek Karya Anak Bangsa Juara di Singapura
Dunia perfileman Indonesia terus bergeliat. Tidak hanya para aktornya yang telah merambah Hollywood namun juga film-film karya anak bangsa mendapatkan berbagai penghargaan. Penghargaan terbaru
Paviliun Indonesia Menjadi yang Terbaik di Berlin
Paviliun Indonesia Menjadi yang Terbaik di Berlin
Sekali lagi, prestasi wisata Indonesia di kancah internasional diraih. Kali ini lewat bursa pariwisata terbesar di dunia, Internationale Tourismus Boerse (ITB) Berlin di Jerman
Tas Warisan Budaya Dunia ini Bisa Lindungi Lingkungan, Kok Bisa?
Tas Warisan Budaya Dunia ini Bisa Lindungi Lingkungan, Kok Bisa?
Kearifan lokal tidak melulu ketinggalan jaman, padahal sering kali pengabaian pada tradisi lokal ternyata masih bisa menjadi solusi untuk permasalahan konvensional seperti dalam hal