Tiga Resep Rahasia di Pulau Semau

Written by Imama Lavi Insani Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

IMG_1048

Pulau Semau adalah pulau kecil di sebelah barat Kota Kupang. Saat tiba di pulau ini saya disambut dengan beningnya warna air laut dan batu-batu karang berwarna hitam yang menghadap langsung dengan pelabuhan.

Satu persatu kendaraan roda dua segera diturunkan secara manual oleh para awak perahu. Satu motor diangkat oleh sekitar 3 orang. Caranya yang masih tradisional menjadi pemandangan baru bagi saya yang tidak pernah berpikir sebuah motor dapat diangkat oleh manusia. Saya pikir hal tersebut hanya ada di film superhero seperti Hulk,Superman, dan lain – lain. . 

Super sekali orang – orang ini…

IMG_1043

Akhirnya setelah semua motor diturunkan perjalanan mengelilingi Pulau Semau pun dimulai. Deru suara motor beradu dengan jalanan yang sebagian besar masih berupa tanah dan batu kerikil. Jalanan di pulau ini sedikit yang diaspal alhasil debu jalanan menjadi teman seperjalanan rombongan saya saat di sini.

Tiba – tiba saya berpapasan dengan sebuah mobil. Langsung saja saya bertanya kepada Pak Erick, pegawai dari ASITA NTT yang membonceng saya,” Pak itu ada pegawai dishub disini ya, naik apa ya pak mobilnya?” Saya bertanya keheranan karena berpikir tidak mungkin menaiki perahu seperti yang saya naiki tadi.

“ Iya itu mobilnya saja yang dishub tapi di pulau ini mobilnya jadi angkutan umum penduduk yang mau ke pelabuhan.”

“Ha? Iya pak? Saya kira itu petugasnya sedang keliling pulau ”

IMG_1053

Pak Erick lalu mengiyakan dan ketika mobil dari dishub tersebut berpapasan dengan saya di dalamnya ada beberapa orang yang melihat balik ke arah saya,

ohh bener ya jadi kendaraan umum

. Kami pun kembali beradu dengan jalanan Semau menuju destinasi wisata pertama kami. Satu jam berjalan sepertinya kok tidak ada tanda – tanda pantai atau air laut. Jalanan yang kami lewati malah menjadi jalanan berkapur putih.

Saya pun diam saja menikmati pemandangan sekeliling yang makin menarik. Rumah – rumah yang sebelumnya adalah rumah biasa dengan batu bata kini berubah menjadi rumah berdinding kayu beratap rerumputan. Sesekali saya berjumpa dengan anak – anak kecil yang melihat kepada kami dengan wajah heran kemudian mereka melambai tangan.

IMG_1050

“Disini jarang sekali ada orang yang datang berkunjung jadinya mereka (anak-anak kecil) pasti heran. Meskipun tak ada yang dikenal tapi setiap ada yang datang mereka menyambut dengan seperti itu tadi, melambaikan tangan dan kalau berpapasan dengan sesama pengendara motor pasti disapa dengan membunyikan klakson.”

Benar saja dari tadi Pak Erick selalu membunyikan klakson motor ketika berpapasan dengan pengendara motor lain. Padahal Pak Erick tidak mengenal mereka satu pun namun sapaan hangat berupa senyuman,lambaian, dan saling membunyikan klakson menjadi satu hal unik yang saya temui di Pulau Semau ini.

Saya pun ingin mencoba tiga resep rahasia tersebut. Saat seorang perempuan berjalan sedang menyeret tumpukan dedaunan yang sepertinya dibuat untuk atap rumah saya pun mencoba menyapa dengan senyuman, lambaian tangan dan dibantu dengan klakson dari Pak Erick dan ibu – ibu itu pun menghentikan jalannya dan tersenyum manis membalas sapaan kami.

Berhasil!

IMG_1048

Akhirnya selain diam menikmati perjalanan selama saya mengelilingi Pulau Semau tiga resep rahasia tersebut saya terapkan. Lucu sekali ketika melihat segerombol anak – anak yang sedang duduk – duduk kemudian semuanya melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar 😀

Di malam hari ketika masih menyusuri Pulau Semau untuk kembali ke pelabuhan saya kembali mengobrol dengan Pak Erick. Beliau bercerita dahulu pernah bekerja di Timor Timur namun harus berhenti dari pekerjaanya karena konflik yang akhirnya menjadikan Timor Timur menjadi sebuah negara bernama Timor Leste dan hal tersebut mengharuskan Pak Erick kembali pulang ke Kupang hingga cerita tentang penduduk Timor Indonesia.

“Di Timor ini memang bentuk fisik kita terlihat seram dan garang tapi itu mungkin karena pengaruh keadaan lingkungan yang memang cukup keras namun hati kita baik. Tak seseram apa yang terlihat dari luar.”

Saya pun mengangguk pelan beberapa kali.

Di tengah gelapnya jalanan Pulau Semau yang minim sekali penerangan tiba – tiba ada suara motor dari arah depan. Pak Erick kembali memberi tanda sapa berupa klakson, meskipun tanpa berbalas senyum dan lambaian tangan, balasan berupa klakson dari motor di samping saya menutup hari itu dengan pelajaran sederhana dari Pulau Semau yaitu tiga resep rahasia:

Senyuman, Lambaian Tangan, dan Membunyikan Klakson…

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ