Gandrung Sewu, Tarian Kolosal Asal Banyuwangi

Written by Imama Lavi Insani Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Banyuwangi, ada sebuah festival bernama Festival Gandrung Sewu yang sudah empat tahun diadakan rutin di Pantai Boom.

Tiap tahun tema pun selalu berganti mulai dari Gandrung Sewu (2012), Gandrung Seblang Subuh (2013), Gandrung Marsan (2014), dan Podho Nonton (2015).

Pada tahun 2015 jumlah penari yang berpartisipasi pada Gandrung Sewu berjumlah kurang lebih 1.204. Jumlah yang sangat besar bagi tarian kolosal. Diiringi dengan lantunan lagu yang dimainkan oleh ratusan pemuda dari Banyuwangi tarian ini mampu menciptakan harmoni seni yang begitu indah.

Sabagai “ Warisan Budaya Tak Benda “ yang ditetapkan oleh Kemendikbud pada 2013, Pemkab Banyuwangi menyadari bahwa Tari Gandrung harus terus dilestarikan dan untuk menumbuhkan kecintaan dan melestarikan budaya tersebut tidak bisa dilakukan secara instan dan terpisah dengan pembangunan daerah salah satunya melalui pengembangan pariwisata. Dari sini muncul ide untuk menampilkan Gandrung secara massal, maka lahirlah Gandrung Sewu.

Selain dirancang untuk mempromosikan Banyuwangi, Gandrung Sewu juga digunakan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Banyuwangi terhadap seni dan budaya daerahnya.

“ Kami mencari cara bagaimana agar anak – anak penari diberi panggung yang istimewa. Karena selama ini mereka hanya tampil di desa saja. Tidak ada kebangaan lebih, karena yang nonton hanya orang – orang lingkungannya,” kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

Tari Gandrung Sewu adalah ide spektakuler dan istimewa karena melibatkan lebih dari seribu penari, panggungnya berada di bibir pantai, dan penonton yang hadir tidak hanya dari warga lokal saja namun sudah berskala internasional.

Melalui pertunjukkan massal Tari Gandrung Sewu masyarakat tidak hanya menjadi penonton saja namun juga berperan aktif dalam upaya pelestarian budaya tersebut. Tari Gandrung Sewu menggerakkan semangat pemuda Banyuwangi untuk mempelajari seni budaya daerahnya. Hal tersebut dibuktikan dengan besarnya minat pendaftar pada 2015 yang jauh melebihi kuota sehingga diadakan seleksi di beberapa kecamatan.

Selain itu, Festival Gandrung Sewu juga mampu menggerakkan ekonomi bagi masyarakat. Mereka adalah para koreografer, perajin kostum Gandrung, dan perias wajah. Hal tersebut membangun ekosistem kebudayaan yang terbentuk melalui keterlibatan banyak pihak, mulai sekolah, sanggar, hingga pelaku wisata.

Ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlamapui, Gandrung Sewu berhasil memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi kreatif, regenerasi Gandrung, dan perkembangan pariwisata secara keseluruhan.

http://www.jawapos.com

/www.banyuwangibagus.com

www.greatindonesia.com

frontroll.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ