MEA: Peluang & Tantangan untuk Pemuda Indonesia

Written by Fahmiranti Widazulfia Subscriber at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Hari ini, tepatnya tanggal 8 Agustus 2015 merupakan hari jadi ASEAN yang ke-48. Semoga belum terlambat bagi saya untuk mengucapkan : Selamat Hari ASEAN!

Berbicara tentang ASEAN, kita semua tahu bahwa di akhir penghujung tahun ini, akan dimulai ASEAN Economic Community atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Digagas pada November 2007, MEA akan secara resmi dimulai pada 31 Desember mendatang dan secara seremonial akan diselenggarakan di Malaysia. Tentu bukan waktu yang panjang lagi karena kurang dari setengah tahun, negara-negara ASEAN akan menjadi semakin borderless dalam aktivitas ekonomi-nya. Lantas, apakah artinya MEA bagi Indonesia? Akankah MEA menguntungkan Indonesia atau bahkan sebaliknya?

Bagi saya pribadi, segala sesuatu pasti memiliki sisi positif dan negatif yang bergantung pada bagaimana kita melihatnya dengan perspektif yang berbeda-beda. MEA ini bagi saya tentu memiliki keduanya; peluang dan tantangan. Sebagai seorang pemuda Indonesia, saya selalu optimis akan masa depan bangsa. Karena dengan rasa optimis itu saya dapat melihat segala permasalahan yang ada dengan tenang dan berfokus pada penyelesaian, tentu sesuai kapasitas yang saya punya. Namun, rasa optimis itu perlu diimbangi dengan cara berpikir yang realistis, bukan? Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan karena dapat menjadi faktor dalam kesuksesan Indonesia untuk ‘bersaing’ dalam MEA ini.

Pertama, jumlah sumber daya manusia. MEA tentu dapat menjadi peluang bagi para pemuda Indonesia untuk dapat bersaing dan ‘berkompetisi’ dengan pemuda di negara-negara ASEAN lainnya. Kabar baiknya, pemuda Indonesia yang masuk dalam usia produktif di Indonesia saat ini merupakan jumlah terbesar daripada kelompok usia lainnya. Hal ini lah yang disebut dengan bonus demografi yang diproyeksikan terjadi sejak tahun 2012 hingga 2035 nanti, atau bahkan dapat lebih singkat dari waktu yang diperkirakan. Jumlah usia produktif ini jika dimaksimalkan tentu dapat menguntungkan bagi Indonesia. Tidak sedikit negara-negara lainnya yang memulai titik kemajuan negaranya saat mengalami bonus demografi ini, seperti Korea Selatan, misalnya. Namun, ada juga negara yang tidak sukses dalam memanfaatkan bonus demografi ini, lho!

Kedua, kualitas sumber daya manusia. Jika dilihat dengan ukuran angka, Indonesia sudah tidak diragukan lagi menjadi negara ASEAN dengan jumlah terbesar. Tapi bagaimana dengan kualitasnya? Dalam persaingan nantinya, MEA memungkinkan adanya pertukaran tenaga kerja (labor) dari negara ASEAN yang satu dengan lainnya. Labor yang dimaksud bukan sekadar tenaga kerja tapi para skilled labor lah yang akan dicari nantinya. Skill yang dibutuhkan tentu yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara dengan range yang beragam pula. Salah satu skill yang menurut saya krusial adalah bahasa. Dalam kondisi saat ini, saya melihat tidak sedikit anak muda Indonesia se-usia saya yang sukses berprestasi di mancanegara. Tetapi, yang belum mahir berbahasa Inggris pun juga masih ada. Apakah fluent in English itu penting? Bagi saya sangat penting. Bahasa merupakan aspek kecil tapi berdampak besar yang bisa mengubah peluang menjadi tantangan. Seperti kita ketahui, kemampuan Bahasa Inggris saat ini memang penting karena menjadi lingua franca hampir di seluruh dunia. Meski sebenarnya, bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunitas ASEAN adalah Bahasa Melayu termasuk Bahasa Indonesia. Semoga saja ke depannya bahasa kita dapat menjadi bahasa resmi ASEAN, ya!

Selain bahasa, skill lain yang dibutuhkan tentu expertise atau keahlian di bidang masing-masing. Tidak menutup kemungkinan tenaga kerja dari negara-negara tetangga untuk dapat bekerja secara profesional di Indonesia dan sebaliknya. Pemuda-pemuda Indonesia bisa menjadi pemimpin perusahaan di Singapura, pun seorang dokter spesialis dari Singapura akan dapat kita temui di sebuah rumah sakit di Indonesia. Persaingan memang akan semakin ketat namun saya melihat bahwa MEA sebenarnya dapat dijadikan motivasi untuk kita meningkatkan skill dan specialties kita.

Ketiga, aktivitas ekonomi & bisnis Indonesia. Jika poin sebelumnya membahas tentang peluang dan tantangan untuk tenaga kerja, bagaimana dengan pemuda yang memiliki jiwa atau passion dalam bidang entrepreneurship? Akankah menemui peluang dan tantangan yang serupa? Jawabannya tentu saja! Dengan kekayaan budaya dan sumber daya alam yang berlimpah, Indonesia memiliki banyak peluang untuk memproduksi bahan pangan, pakaian, dan komoditi lainnya untuk masuk pasar negara-negara ASEAN dengan lebih mudah. Namun, perlu diketahui juga bahwa 10 negara ASEAN melihat bahwa 60% dari market mereka adalah Indonesia. Jika kita, khususnya pemuda-pemudi Indonesia tidak dapat bersaing dengan kualitas produksi dari negara-negara tetangga, kabar buruknya, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi negara ASEAN lainnya. Indonesia hanya akan menjadi konsumen yang mungkin dengan mudah dapat dikendalikan oleh negara-negara tersebut. Kualitas yang dimaksud misalnya berkaitan dengan food safety dan hygiene pada produk makanan misalnya. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan untuk dapat membuat Indonesia survive dalam MEA.

To sum up, sebagai pemuda Indonesia, saya optimis akan hadirnya MEA di penghujung tahun ini. Bagi Indonesia, tentu membutuhkan pemuda-pemuda dengan skill terbaik ditambah dengan nasionalisme yang tinggi pula. Karena dengan kedua kombinasi tersebut, seorang Indonesia dapat diperhitungkan dan dibutuhkan di ASEAN serta senantiasa berprestasi atas nama bangsa. Indonesia tidak perlu melakukan pertahanan atau proteksi terhadap ‘gempuran’ negara-negara tetangga. Mungkin setahun sampai lima tahun ke depan Indonesia dapat bertahan untuk tidak menerima ‘gempuran’ tersebut. Dengan membatasi impor, membatasi tenaga kerja asing, dan lainnya. Tapi saya setuju dengan yang disampaikan Hendro Peodjono dalam Ikasmada Forum untuk Indonesia kemarin, bahwa “Sebaiknya Indonesia tidak protektif karena pertahanan tersebut dapat runtuh sewaktu-waktu. Mari kita bersaing dan berkompetisi dengan baik agar Indonesia dapat diperhitungkan untuk menjadi negara yang berpengaruh di ASEAN melalui MEA ini”.

Get ready to do your best for ASEAN Economic Community, guys! 

Written by Fahmiranti Widazulfia Subscriber at GNFI

a proud Indonesian | a passionate PR & traveler | an infographic designer fahmirantiw25.wordpress.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ