Mengenang Jenderal Soeharto di Masjid Istiklal Indonesia di Bosnia

 

13 Maret 1995 menjadi hari yang bersejarah bagi hubungan dua Bangsa, Indonesia dan Bosnia & Herzegovina. Hari itu Presiden Republik Indonesia kedua (alm) Jenderal (purn) Soeharto “memaksa” mendarat di Bandara Sarajevo untuk mengunjungi secara langsung kondisi rakyat Bosnia & Herzegovina yang menjadi korban keganasan agresi pasukan militer Serbia.

Perjalanan Pak Harto ke Sarajevo, saat itu memang penuh risiko. Apalagi dua hari sebelumnya tanggal 11 Maret 1995 sebuah pesawat PBB ditembak jatuh di atas udara Bosnia. Panglima pasukan PBB di Bosnia kala itu bahkan lepas tangan dan tidak berani bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kepada Presiden Soeharto dan rombongan apabila tetap memaksakan diri untuk berkunjung ke Bosnia.

 
Masjdi Istiklal Indonesia di Bosnia (foto dari Sarajevo-x.com)

Perjalanan Pak Harto ke Sarajevo itu setelah menghadiri KTT untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark, dan kunjungan balasan ke Kroasia. Serta dalam kapasitas beliau sebagai ketua gerakan Non Blok untuk bertemu dengan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic. Keseluruhan rombongan sebanyak 15 orang termasuk Presiden Soeharto diminta untuk menandatangani kontrak mati sebelum penerbangan ke Sarajevo oleh pasukan PBB.

Kunjungan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai sebuah kunjungan yang begitu berani ke kancah perang yang sedang berkecamuk dan begitu brutal di kawasan Balkan dan hanya pernah dilakukan oleh presiden Republik Indonesia. Pertemuan 2 jam dengan presiden Bosnia berjalan lancar dan Pak Harto beserta rombongan kembali dengan selamat ke tanah air setelah kunjungan menegangkan yang bersejah itu.

Kunjungan bersejarah itu dikemudian hari senantiasa dikenang di Masjid Istiqlal Sarajevo. Masjid yang memang dibangun dengan dana dari Rakyat dan Pemerintah Indonesia sebagai bingkisan bagi kemerdekaan Bosnia & Herzegovina, Dibangun sejak masa pemerintahan Pak Harto dan diresmikan dimasa pemerintahan Ibu Megawati Soekarno Putri. Nama masjid ini dinamai dengan nama yang sama dengan Masjid Nasional Indonesia di Jakarta. Hingga kini sebagian orang Bosnia menyebut masjid ini dengan nama Masjid Soeharto atau Masjid Indonesia

(http://hendrajailani.blogspot.com/2013/07/mengenang-jenderal-soeharto-di-masjid.html)
Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar dengan Akun GNFI / Facebook
READ NEXT
BACK TO TOP
Warna-warna Memukau Danau Linow
Warna-warna Memukau Danau Linow
Tak lengkap ke Manado tanpa menyempatkan berkunjung ke Tomohon, kota yang sejuk 1 jam perjalanan dari ibukota Sulawesi Utara tersebut. Topografi Kota Tomohon yang
Udang Super dari Gorontalo yang Melanglang hingga Jepang
Udang Super dari Gorontalo yang Melanglang hingga Jepang
Tidak mudah untuk menembus pasar komoditas perikanan di negara Asia. Namun Gorontalo membuktikan, kalau itu bisa dilakukan dengan membawa kualitas Udang Vaname Gorontalo hingga
Pertama Kalinya di Indonesia, Konferensi Gas Alam
Pertama Kalinya di Indonesia, Konferensi Gas Alam
Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Konferensi dan Pameran Gas dan Gas Alam Cair (LNG). Konferensi tersebut diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada tanggal
STARBOX dan Percepatan UMKM Indonesia
STARBOX dan Percepatan UMKM Indonesia
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melalui Divisi Business Service (DBS), secara resmi meluncurkan sebuah produk solusi yang ditujukan kepada para pelaku UMKM Indonesia. Produk
Foto-foto Taman Nasional Bunaken. Dari Atas
Foto-foto Taman Nasional Bunaken. Dari Atas
Perlu diakui, Bunaken adalah ikon penting Sulawesi Utara. Dunia lambat laun mulai mengenal negeri Nyiur Melambai ini dengan lokomatif utama bernama Taman Laut Bunaken. Bunaken
Banyuwangi Pastikan Makin Mempesona di Sepanjang 2016
Banyuwangi Pastikan Makin Mempesona di Sepanjang 2016
Ajang wisata sejuta pesona “Banyuwangi Festival” kembali digelar. Tahun ini, puluhan event akan dihelat, dimulai dari event berskala internasional seperti “International Tour de Banyuwangi