Saya cukup terkesan ketika mencari informasi melalui internet, tentang 10 negara yang paling banyak dikunjungi wisatawan asing pada 2011. Mari kita lihat daftarnya (versi UNWTO), dan pemahaman saya pasti akan menular ke anda :

Rank Country UNWTO
Region
International
tourist
arrivals
(2011)[2]
International
tourist
arrivals
(2010)[2]
Change
(2010 to
2011)
Note: see the UNWTO World Tourism Barometer for the full rankings.[2]
10  Mexico North America 23.4 million 23.3 million +0.5%
9  Malaysia Asia 24.7 million 24.6 million +0.6%
8  Germany Europe 28.4 million 26.9 million +5.5%
7  United Kingdom Europe 29.2 million 28.3 million +3.2%
6  Turkey Europe[note 1] 29.3 million 27.0 million +8.7%
5  Italy Europe 46.1 million 43.6 million +5.7%
4  Spain Europe 56.7 million 52.7 million +7.6%
3  China Asia 57.6 million 55.7 million +3.4%
2  United States North America 62.3 million 59.8 million +4.2%
1  France Europe 79.5 million 77.1 million +3.0%

Yap. Ada Malaysia di daftar tersebut, dengan total turis asing yang masuk ke negara itu sebanyak 24.7 juta orang atau hampir menyamai jumlah penduduknya. Kenapa bisa Malaysia menerima turis sebanyak itu? Jawaban saya cuma satu, yakni Malaysia bertetangga dengan salah satu negara yang penduduknya berpendapatan tertinggi di dunia, yakni Singapura. Dari semua turis yang datang ke Malaysia, (mungkin) hampir 75% adalah turis dari Singapura.

Tapi kemudian mungkin muncul pertanyaan, kenapa Mexico yang bertetangga dengan salah satu negara dengan pendapatan perkapita tinggi, Amerika Serikat, rangkingnya berada di bawah Malaysia? Saya berasumsi, orang AS ‘tidak merasa perlu’ ke Mexico untuk berbelanja, atau untuk menemukan “dunia yang berbeda”. Bandingkan dengan Singapura yang satu negara isinya flat, gedung, jalan yang sama, jejeran pohon yang sama, dan monoton. Mereka merasa ‘sangat perlu’ untuk mencari dunia yang berbeda, dan solusi termudahnya adalah menyeberang ke barat, ke Malaysia, dimana mereka bisa menemukan hutan, landed house, ladang, dan open space yang tak terbatas. Orang Singapura juga ‘merasa perlu’ untuk berbelanja barang-barang dengan harga yang lebih murah, perlu berwisata rasa Asia yang tdk dipunyai Singapura. Dan Malaysia sekali lagi adalah solusi termudahnya. Hanya 7 menit menyeberang dari Singapura ke Malaysia (Johor).

Namun tentu saja, Malaysia mampu capitalize kedekatan geografisnya dengan Singapura. Dan mereka sangat berhasil di situ.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia punya banyak yang ditawarkan, more to offer, dan dalam beberapa hal, alam Indonesia (Sumatera) mempunyai keunggulan dalam hal kecantikan dan kealamiannya, belum lagi tawaran budayanya. Namun ada hal yang Indonesia tidak (belum) punya. Yakni adanya jembatan yang menghubungkan Singapura dengan Kepulauan Islands dan sambung ke pulau Sumatera. Bayangkan bila kita mempunyai itu, dan ditambah dengan akses jalan yang baik hingga ke kota-kota utama di Sumatera. Orang Sumatera bisa berwisata lebih sering ke Batam dan Riau, bagi yang mempunyai waktu lebih mungkin akan menyopir hingga masuk ke pedalaman Sumatera Barat.

Pemerintah RI dan Singapura perlu benar-benar mempertimbangkan pembangunan Jembatan Singapura-Batam-Karimun-Riau. Akan menguntungkan bagi kedua negara. Dan jangan heran, RI akan masuk juga kedalam 10 besar negara di dunia yang paling banyak dikunjungi.