Pelan tapi Bangkit

Ketika saya terbang ke Lombok dari Surabaya, tak dinyana di dalam pesawat berukuran kecil itu (ATR-72 Wings Air) penuh dengan orang-orang asing yang (saya yakin) akan berwisata ke Pulau Lombok. Bukan apa-apa, saya masih selalu yakin bahwa Surabaya bukan tujuan wisata favorit para wisatawan asing, jadi ketika banyak wisman yang memenuhi pesawat tersebut, saya girang luar biasa.

Meskipun jumlahnya masih dibawah Singapore, Thailand dan Malaysia,  turis asing yang datang ke Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Januari 2012, jumlahnya naik hampir 20% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebuah loncatan statistik yang bukan main-main, mengingat kondisi perekonomian negara-negara maju yang sedang lesu. Tapi jumlah itu lebih besar dari wisman yang berkunjung ke India, atau ke Australia, wallahualam.

Sebenarnya di bidang pariwisata, pesaing paling utama Indonesia  di Asean adalah Thailand. Singapura, adalah hub paling penting  di Asia, dan tahun lalu Singapura dikunjungi oleh sekitar 12 juta wisatawan. Para visitor ke negara itu (menurut saya) masih didominasi oleh para pebisnis, karyawan, atau orang yang transit dan meluangkan waktu berkeliling Singapura, meski tentu saja ada juga yang sengaja datang untuk berwisata. Keuntungan menjadi hub bisnis dan transportasi udara seperti Singapura adalah bahwa seorang visitor bisa berkunjung ke Singapura lebih dari 1 x dalam periode tertentu, dan ini tentu menambah angka pengunjung secara total. Sementara Malaysia beruntung bertetangga sangat dekat dengan Singapura, pada tahun 2011 dari total  wisatawan asing yang datang ke Malaysia, 65%-nya* berasal dari wisatawan Singapura, dan tentu saja kebanyakan adalah mereka yang hobi berbelanja. Indonesia, sayangnya, bukanlah seperti keduanya.

Sementara Thailand, saya percaya wisatawan yang datang berkunjung ke negara indah tersebut adalah mereka yang benar ingin berlibur. Karakter kunjungan seperti itulah yang menjadi market Indonesia. Pada tahun 2011, jumlah wisman yang berkunjung ke Thailand mencapai sekitar 18-18.5 juta orang, jauh di atas Indonesia yang “hanya” 7 juta orang.

Ada beberapa sebab kenapa Thailand begitu “mudah” mendatangkan turis asing, diantaranya adalah :

1. Letak Thailand yang lebih dekat “kemana-mana”. Posisi Thailand yang lebih dekat (dibandingkan Indonesia) ke China, Jepang, Korea, Malaysia, Timur Tengah, dan Eropa tentu adalah satu elemen yang menguntungkan.

2. Pariwisata Thailand, bagaimanapun lebih terintegrasi dibandingkan dengan pariwisata di Indonesia. Sebenarnya bisa dimengerti, karena daratan Thailand adalah one single landmass, sementara Indonesia tercecer di ribuan pulau.

3. Kalau kita ambil contoh wisatawan dari Hongkong yang hendak berlibur ke pantai pasir putih yang sunyi dan romantis, dia akan berpikir…apakah akan ke Lombok, Ternate, Pulau Banda, atau ke Thailand? Pertama yang dia pikirkan tentu saja adalah harga tiket. Nah, ke Thailand tentu lebih murah karena satu kali jalan. Kalau ke Lombok, dia harus terbang ke Bali (atau Jakarta dulu), report di airport, dan meneruskan penerbangan ke Lombok, atau tempat-tempat lain.

4. Media di Thailand, kalau kita perhatikan, akan memberitakan berita-berita positif tentang negaranya, tentang potensi negaranya, tentang prestasi yang dicapai, dan berita-berita ini kemudian diquote oleh media internasional dan disebarkan. Meski ada berita negatif yang disiarkan, namun mereka mampu membawa balance. Bandingkan dengan Indonesia. Hidupkan TV dan lihatlah berita, berapa perimbangan berita negatif dibandingkan berita positifnya?

Bukan hal yang sederhana memang, memajukan pariwisata di Indonesia. Namun kita perlu menangkap peluang makin naiknya jumlah wisman yang datang ke negeri indah ini, dan ini perlu kerja bersama kita semua; misalnya :

1. Mungkin perlu segera direalisasikan pembangunan jembatan Singapura-Batam-Riau. Orang Singapura yang haus pedesaan, pegunungan, dan udara segar, akan bersemangat mengendarai mobil ke Riau.

2. Penerbangan murah perlu terus dikembangkan. Kawasan barat, tengah dan timur Indonesia banyak yang belum terjamah penerbangan murah. Kita terus melihat makin berkembangnya industri penerbangan di Indonesia sejak tahun-tahun belakangan ini, dan saat ini makin banyak yang bisa terkoneksi satu sama lain. Nah, sekarang perlu dipikirkan bagaimana menambah hub transportasi udara yang memadai dan modern di kawasan tersebut yang akan menjadi penghubung langsung ke kota2 di luar negeri. Kita sudah punya Jakarta, Surabaya, Bali dan Makassar. Medan menyusul. Balikpapan perlu, Lombok-Sumbawa juga perlu.

3. Saya mau menulis panjang lebar mengenai infrastruktur pariwisata. Tapi ini panjang sekali dan melelahkan, dan banyak tantangannya. Yang namanya infrastruktur, sebenarnya bukan hanya jalan, airport, jembatan, tapi juga meja imigrasi yang welcoming, taksi yang ramah, lingkungan yang asri, dan lain lain. Di lain kesempatan, akan kita bahas.

4. Yang ini lebih susah lagi, yakni bagaimana memajukan pariwisata kita, yang terintegrasi dengan cakupan pemberitaan di media nasional. Kalau yang ini bisa diperbaiki, insyaa Allah, akan sangat signifikan perkembangan pariwisata kita.

Kita memang tertinggal cukup jauh di dunia pariwisata, namun bukan berarti kita tidak bisa mengejar. Kita bisa, kita mampu, dan bahkan melewati tetangga-tetangga kita. Yang penting adalah, mau atau tidak?


About author
Comments
  1. Hijaz

    4 / 5 / 2012 9:39 pm

    Thanks for this challenging article!

    Though Indonesia still left below statically under our negibouring countries (Thai, Msai, Spore) by number of visiting, the excelllence of natural beututy and its virginity still records high. However it’s probably necessary to introduce the grandeur of its exotic white sand, shiny scattering island, remarkable shallow blue sea coral, great of green raiunforest, robust mountain, and so forth.
    One thing we have to confess, our bargaining position in attracting our tourism and the way to invite them coming to our coutry, sincerely we necessarily learn from them (Thai, Msia, Spore). But not to discourage the effort, today world of internet is such borderless, Indonesia young people must take the role through FB, twitter, Blog, or any media to promote Indonesia widespread. I learn how my Malaysian friend to promote their country aggresively when I am either in their home-country or overseas with them. So, the foreigner give attention on it. But us (me) ? Ok, worth it.

    thanks for GNFI to make a breakthrough, this website must be merely very few of some big size of news. But GNFI comes with its few with its “Motivating and Challenging” news!

    Reply

Nickname:

E-mail:

Homepage:

Your comment:

Add your comment