Nge-branding Indonesia

by Akhyari Hananto

Apa yang terlintas di benak kita kita nama New Zealand disebut? Mungkin jawabannya bisa beragam, akan tetapi mungkin tidak jauh-jauh dari alam yang indah, padang rumput yang penuh sapi dan biri-biri gemuk, air terjun, olahraga extreme, dan lain2. Maka ketika slogan New Zealand adalah “100% New Zealand”, semua orang akan kemudian yakin,…ah…ini adalah produk New Zealand, dijamin menyehatkan. Hal semacam itu lah.

 

Lalu bagaimana dengan Jerman? Saya pribadi langsung terlintas mesin mesin yang hebat dan canggih, mobil-mobil yang mewah dan kencang, serta teknologi mutakhir yang dijamin kualitasnya. Kita tidak perlu pikir panjang jika suatu produk adalah Made in Germany.

Tetangga-tetangga kita juga mati-matian membangun branding. Australia termasuk yang paling sukses. Ketika nama Australia disebut, orang biasanya akan terlintas sebuah petualangan dan penjelajahan, rumah-rumah besar dengan halaman yang luas, great barrier reefs, mobil-mobil ‘outback’, celana pendek petualang, dan semacam itu. Singapura, tentu saja sudah sangat berhasil.

India, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Filipina, mungkin termasuk yang gagal (atau bahkan mereka tidak pernah mencoba) membangun nation branding. Hampir semua orang mengasosiasikan India, Bangladesh, dengan kereta api tua yang penuh sesak, jorok, dengan orang-orang yang berpakaian lusuh..jalan-jalan yang semrawut, kabel-kabel listrik yang terjuntai tak teratur, orang-orang yang tidak tersenyum, dll. Srilanka hampir sama.

Sementara Filipina, negeri yang sebenarnya “pernah” (sangat) maju pada 1960-an, akan diasosiasikan dengan sampah yang menggunung di Manila, atau pemberontakan berdarah di selatan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Marilah kita berpikir bersama, dengan beberapa petunjuk dibawah ini *):

  • Apakah negara kita diasosiasikan dengan makanan yang tidak enak, terkenal, dan standar hidup yang tinggi?
  • Apakah orang lain sering bisa dengan cepat menunjukkan letak negara kita di dalam peta?
  • Apakah negara kita tidak terkait dengan negative stereotype dan prasangka buruk?
  • Apakah orang-orang dari negara kita disukai?
  • Apakah orang lain tidak mengenali bendera negara kita?
  • Apakah produk-produk dari negara kita dipersepsikan sebagai top class dan berkualitas baik?

Nah, yang bisa menjawab kita sendiri.

Ketika saya mintai pendapat, seorang teman saya dari Thailand juga bingung memberikan branding buat Indonesia. Karena begitu besar dan beragamnya Indonesia, maka sulit mencari satu branding yang paling pas. Saya rasa yang paling pas adalah bahwa ketika orang menyebut Indonesia, yang terlintas adalah pulau-pulau dengan pantai pasir putih, produk perkebunan dan pertanian yang berkualitas tinggi, dan disukai, orang-orang yang selalu tersenyum, pohon-pohon kelapa, makanan-makanan tradisional yang selain menggoda juga ‘ngangenin”, kebun-kebun rindang, pedesaan dan pematang sawah yang hijau.

Tentu, kita perlu sepakat bahwa nge-branding seperti apapun takkan berguna bila politik dan keamanan tak terjaga, pemerintah yang tidak sigap, media sering mengolok-olok negeri sendiri, dan kita…yes you and me, tak mahir nge-branding ini.

Cara mengukurnya, untuk saat ini, mudah. Google ‘Singapore” di image, dan Google “Indonesia” di image. Rasakan bedanya..

Bisa kita perbaiki dari sekarang?

*Lianti Rahardjo – Binus

About author
Comments
  1. Fathi

    3 / 11 / 2012 3:52 pm

    Sebetulnya upaya branding ini sudah lama dilakukan oleh pemerintah Indonesia, meskipun saya menilai langkah yang diambil kurang tepat untuk mencerminkan “Indonesia” secara lebih besar.

    Coba masuk ke lounge Garuda Indonesia di bandara manapun di seluruh dunia. Atau coba masuk ke ruang tamu kedutaan besar atau konsulat jenderal Indonesia di manapun di seluruh dunia. Aksen branding yang langsung bisa kita dapatkan umumnya seragam: Bali. Ada maket gapura bali, ada patung2 bernuansa bali, lukisan2nya, dan segala macam pernak-pernik lainnya.

    Begitu juga dengan pintu Internasional yang pertama kali dibangun (baca: bandara Cengkareng), semua ornamennya beraksen Bali. Padahal bandara tersebut berada di Jakarta (well, Cengkareng). Padahal Bali hanya bagian yang sangat kecil dari keseluruhan Indonesia.

    Jadi memang upaya branding ini perlu dilakukan dengan lebih tepat dan sesuai dengan kondisi aktual masyarakatnya.

    Reply

  2. Yusuf

    3 / 11 / 2012 6:08 pm

    Saya rasa, kita hanya perlu seorang pemimpin yang tegas dalam mengambil keputusan.. Berani mengambil sikap dalam menyikapi berberbagai masalah.
    Tidak ingin memperkaya diri serta punya loyalitas tinggi terhadap negara kita tercinta, INDONESIA..
    :D

    Reply

Nickname:

E-mail:

Homepage:

Your comment:

Add your comment