Apa Kabarmu, RIM?

Terus terang saja, untuk urusan kamera, saya sudah lama terlalu suka dan fanatik pada satu merk, yakni KODAK. Kamera ini istimewa, bukan karena teknologinya yang aneh-aneh, tapi..karena justru karena dia adalah kamera biasa, dan tidak memusingkan pemakainya. Tentu kualitasnya juga sangat teruji, apalagi Kodak adalah salah satu ikon Amerika yang disegani dan mempunyai akar sejarah yang membanggakan, selain Harley Davidson, Levi’s, Ford, McDonald, dan lain-lain.

Tentu cukup membuat kaget ketika akhirnya Eastman Kodak (produsen Kodak) harus menyerah pada zaman dan dinyatakan bangkrut, setelah beberapa lama ‘terkubur’ oleh popularitas Canon atau Nikon, atau pemain-pemain elektronik besar seperti Sony, Samsung, atau bahkan LG. Belum lagi serbuan telepon seluler yang dilengkapi kamera. Tentu menggerus pasar Kodak yang sebenarnya telah lama makin mengecil. Ada yang mengatakan, Kodak terlalu lama percaya diri pada nama besarnya, sehingga dia menginvestasikan sedikit untuk pengembangan teknologi pada produknya, namun apa mau dikata, Kodak sudah selesai.

Saya kemudian mulai berpikir, zaman akan selalu memakan korban. Di list berikut ini, kita akan melihat banyak perusahaan-perusahaan dunia yang tutup satu persatu. Siapa yang menyusul?

Kita memang bisa melihat di media, betapa banyak perusahaan-perusahaan dunia yang mulai goyah dan dengkulnya mulai gemetaran. Yahoo! adalah salah satunya, dan murni karena kalah bersaing dengan Google atau bahkan Microsoft. Lalu raksasa kamera dari Jepang, Olympus juga sedang tidak beruntung dengan berbagai skandal fraud multibillion dollar yang membuat resah. Dan di sini, perlu saya sebutkan satu lagi, yakni RIM, sang pembuat Blackberry. Ini membuat banyak orang resah, apalagi die-hard fans-nya Blackberry, salah satunya saya (paling tidak saya pernah menjadi BB fans).

Ketika banyak orang masih bergembira ria dengan Nokia dan Sony Ericsson, saya sudah ber-blackberry sejak 2007. Saya pernah memiliki HP berbagai merek, mulai dari LG, Samsung, Phillips, Nokia, Sony Ericsson, namun tak pernah sekalipun saya merasa “berhutang budi” sebesar kepada Blackberry.  Saya masih ingat ketika bos besar menyuruh saya membuat dan mengirim report secepatnya, padahal waktu itu saya masih naik perahu di atas sungai Bengawan Solo, karena seluruh jalan tergenang banjir. Saya tak pernah terlupa,  report dan foto2  terkirim dalam 1 jam, dan dalam 24 jam, bantuan mengalir  dari Inggris ke Lamongan dan sekitarnya, tempat terparah terkena banjir. In one word, Blackberry is GREAT!

Namun apa mau dikata, ada beberapa hal yang membuat orang mulai meninggalkan Blackberry. Tentu beberapa kali gangguan di AS dan tempat lain, sangat berpengaruh pada customer behaviour. Selain itu, kita mengenal Blackberry bagus untuk email dan SMS, bagaimana dengan feature yang lain? Hmm…mungkin kalah sama iPhone atau gadget2 Android.

Di Indonesia, Blackberry tetap besar, dan berkembang, thanks to Blackberry Messenger yang keren. Namun, customer di Indonesia tentu takkan lupa “perlakuan semena-mena” Blackberry pada pengguna BB di Indonesia. Yakni ketika RIM justru memilih Malaysia dan Singapura sebagai tempatnya berinvestasi, dan bukan di Indonesia, tempatnya ‘bergantung’.  Mungkin RIM tidak menyadari, bahwa customer di Indonesia pun tahu bahwa pengguna BB di Malaysia dan Singapura tidak sampai 1/10 pengguna BB di Indonesia, apalagi tingkat pertumbuhan pengguna BB di Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. RIM telah (dengan sengaja) ‘menyakiti’ perasaan sebagian rakyat Indonesia, dengan berbuat seperti itu.

Mungkin banyak juga yang tidak peduli, namun percayalah…banyak kok yang peduli. Dan yang perlu dicatat, Blackberry boleh tetap tumbuh dan besar di Indonesia, namun RIM harus juga melihat dan mempertimbangkan setiap aspek dalam menjaga produknya tetap “aman” di pasaran, termasuk di dalamnya adalah elemen paling penting , yakni ..jangan pernah bermain-main dengan nasionalisme.

Blackberry sudah mulai kehilangan cengkeramannya di AS dan Canada, mungkin juga di tempat lain. Namun Blackberry masih tumbuh dan menguat di Indonesia. This is RIM’s last resort. Dan ada baiknya, RIM “menjaga” Indonesia sekuat tenaganya. Masih terbuka lebar pintu investasi riil buat RIM.

Welcome..

About author
Comments
  1. Delan

    4 / 3 / 2012 6:49 pm

    Saya bingung baca ini. Saya rasa suatu perusahaan memilih tempat untuk produksi produk nya bukan berdasarkan jumlah pengguna terbesar , tapi dari standard kualitas dan faktor2 lokal lainnya. Kalau memang Indonesia standar nya belum memenuhi, ya kenapa harus kecewa sama RIM? Tidak ada hubunggannya saya rasa dengan jumlah pengguna. Kalau begitu semua pabrik harus buka pabrik di India atau China dong, karena banyak yang produk nya paling laku di negara2 tsb. Saya rasa sedikit malu kalau ini sampai dibaca negara lain, seakan2 Indonesia begitu ‘insecure’ nya, cuma gara2 RIM memilih negara tetangga.

    Reply

    • marco

      4 / 27 / 2012 11:13 am

      Hai Delen…

      Sekarang kita ga usah mikir “ewuh pakewuh gitu”….
      Kita bukan negara yg spt 10-20 thun yg lalu.
      Emang kamu ga mikir/nganalisa var berpikir para negara barat dlm berdagang…?

      Contoh simple: maskapai kita banyak yg beli pesawat ke Boeing (US), eropa (yg punya Airbus) langsung nge-ban maskapai kita terbang ke eropa….(begitu ada ada pembelian baru dibuka….). Apakah mereka mikirin kita…? mau tau kondisi kita? Tidak!!
      Banyak kok persahaan kelas dunia yg beroperasi di Indonesia dan mereka menerapkan standart tinggi, dan ternyata semua berjalan dengan baik.

      Istilahnya ABG,jangan melebay-lebaykan sesuatu yg sebenarnya masih bisa diatasi.

      Jadilah warga negara yg berjiwa patriotik (silahkan anda mengartikannya sendiri).
      Penduduk china pake produk sendiri bagaimanapun jeleknya pada awalnya..

      Kita punya pasar, kita punya bargaining, kita negara besar…harus punya posisi tawar,kalo perlu menekan.
      Kembali, untuk rakyat indonesia….(tenaga kerja,pajak dll).

      Kan seneng denger, anda beli BB dari pabrik yg salah satu karyawannya adalah family atau teman anda misalnya.
      Ga cuma pakai tok…blasss.

      Sebagai gambaran….panggil anak SMK, training mereka 3-6 bulan…sudah bisa mereka ngoperasikan teknologi tinggi. Jgn meremehkan anakn-anak Indonesia.

      Apakah saya anti BB, tidak….
      Sampai detik inisaya tidak pakai BB, tapi saya akan pakai BB jika disitu sudah tertulis MADE IN INDONESIA.

      Reply

  2. Akhyari

    4 / 4 / 2012 7:55 am

    Hi, Delan. Thanks for dropping by.
    Sebelum saya respon komentarnya, kita perlu setuju satu hal dulu, bahwa Blackberry beda dengan Nokia, Samsung, LG dll. Sekali kita beli HP Samsung, selesai sudah urusan kita dengan Samsung. Tapi kalau kita beli HP Blackberry, selama kita masih memakai HP itu, RIM (sebagai penyedia layanan BB) akan menerima “uang” dari kita tiap bulan, melalui operator yg kita pakai. Itu satu.
    Kedua…kenapa RIM membangun pabrik BB di Malaysia? Apakah untuk dijual di dalam negeri? Ya, sedikit. RIM takkan membangun pabrik di Malaysia hanya untuk mentarget pasar BB Malaysia yg kecil. Apakah untuk dijual di Rwanda? Tentu tidak.
    Produk2nya akan dijual ke pasar raksasa tetangga Malaysia. Jadi, seorang tuan tanah membuka lahan sawah seluas-luasnya di Indonesia, tapi seluruh bibit, pupuk, tenaga penyuluh, semprot hama, didatangkan dari luar. Hasilnya? Dibawa ke luar juga.
    Ketiga,,,data center. Jelas-jelas pengguna BB ada di Indonesia, kenapa data centernya di Singapura?
    Keempat…anda mengatakan Indonesia tidak mampu merakit BB? Separuh dari HP yang beredar di sini, dirakit di sini.
    So, i thank you for your comment, but certainly you need to learn more about how things flow.
    You dont need to learn to be a capitalist. Just look at RIM. Be ignorant. And you are a perfect capitalist

    Reply

  3. Fitorio

    4 / 11 / 2012 8:43 pm

    Menurut saya, dari pengalaman Kodak, Yahoo, Siemens, Sony, Nokia, dsb.
    Begitu sebuah perusahaan merasa nyaman sbg leader dan tidak melakukan inovasi lagi, maka riwayatnya akan tamat.

    Hal ini juga berlaku untuk RIM, bila hanya mengandalkan fasilitas BBM saja, tanpa inovasi di sisi desain, teknologi, dsb. Maka sebentar lagi akan wafat.

    Aplikasi2 chat gratis yg berbasis nomer telpon semakin lama semakin reliable dan ini akan jadi penghisap darah Blackberry

    CMIIW

    Reply

Nickname:

E-mail:

Homepage:

Your comment:

Add your comment