Kompor Biomasa dari Malang Menembus Norwegia

Written by Farah Fitriani Faruq Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

z
Kompor biomasa hasil penelitian yang dilakukan dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Muhammad Nurhuda, berhasil menembus pasar internasional, bahkan sudah diproduksi secara massal di Norwegia.

“Selain dipasarkan dan diproduksi massal di Norwegia, pemasaran dan produksi biomasa yang ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove ini juga dipasarkan di sejumlah negara, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja dan negara-negara di belahan Afrika,” kata Nurhuda ketika ditemui di area pameran hasil penelitian UB di kampus setempat, Kamis (22 Oktober 2015).

Ia mengemukakan kompor biomasa ini hemat bahan bakar daripada kompor tradisional (minyak tanah), bahkan tidak menimbulkan asap seperti dapur yang menggunakan bahan bakar kayu atau minyak tanah. Keunggulan lainnya adalah emisi gas buangnya jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Bahan bakar yang bisa digunakan adalah kayu cacahan yang sudah diproduksi dengan mesin berkapasitas sekitar 20 ton per hari, sehingga pengguna kompor biomasa tersebut tidak perlu khawatir kekurangan bahan bakar, apalagi kalau penggunanya bermukim di perdesaan yang masih banyak pepohonan.

Selain kayu cacah yang menjadi bahan bakar utama, bahan bakar lainnya juga bisa menggunakan pelet, sawit atau butiran kayu. Bahkan, bahan bakar butiran kayu atau pelet akan menghasilkan masakan yang lebih beraroma.

Nurhuda mengatakan untuk menghasilkan kompor biomasa berbahan stainless itu, dirinya melakukan penelitian sejak 2008 dan akhirnya menciptakan kompor biomasa. “Kompor biomasa ini memang belum diproduksi dalam jumlah terlalu besar untuk ukuran ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Ia mengakui produksi di dalam negeri justru lebih sedikit, bahkan hanya by order dibandingkan dengan yang dipasarkan di sejumlah negara karena berbagai pertimbangan, salah satunya adalah persaingan yang cukup ketat dengan elpiji.

Menurut dia, subsidi elpiji di Indonesia sangat besar, khususnya yang berukuran 3 kilogram. “Kalau pengguna kompor biomasa tinggal di perdesaan yang masih banyak pepohonan dan bisa dijadikan bahan bakar, tentu tidak masalah, namun bagi yang tinggal di perkotaan dan harus membeli kayu cacah atau pelet, memang lebih hemat kompor elpiji,” katanya.

Kompor biomasa yang terdiri dari tiga komponen itu di Indonesia dijual dengan harga ritel Rp195.000, namun jika order lebih banyak harganya lebih murah karena harga pabrik.

disadur dari TEMPO

Written by Farah Fitriani Faruq Member at GNFI

A happy wife full of spirit in making a better Indonesia. Besides posting good news article, she freelances as an english teacher, translator, and Japanese interpreter. the Batam based woman worked as a legal consultant before deciding to fully work from home. You can find her by her online nickname: @farafit.

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ

Trackbacks

  1. Berantas Buta Aksara Dengan Menggunakan Aplikasi Buatan Anak Bangsa - Isi Good Isi Good says:

    […] Sumber: goodnewsfromindonesia.org […]