Endi Aras sang pemutar Gasing Nusantara

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Gasing adalah salah satu permainan tradisional yang sudah mulai jarang ditemui untuk dimainkan anak-anak Indonesia. Beberapa budayawan bahkan menganggap bahwa gasing tradisional Indonesia sudah diambang kepunahannya bila tidak dilestarikan dan perlu untuk kembali dikenalkan pada masyarakat.

Semangat melestarikan gasing inilah yang kemudian mendorong Endi Aras untuk mengoleksi setiap gasing tradisional yang ada di berbagai tempat di nusantara ke dalam koleksinya. Tak sekedar mengumpulkan, Endi ternyata juga menggali sejarah, filosofi, dan cara bermain gasing tradisional yang makin lama makin terlupakan.

Endi Aras

Endi Aras dan gasing koleksinya (Foto: intisari-online.com)

Endi menceritakan tentang koleksi gasing miliknya yang jumlahnya sudah mencapai ratusan buah. Bila anda berkunjung ke rumahnya, anda akan menemukan gasing-gasing koleksinya disejajarkan secara rapi teratur, lengkap dengan penjelasan tentang asal muasalnya, materi, dan cara memainkannya.

Kecintaan Endi pada gasing muncul ketika ia harus mengorganisasi Festival Gasing Indonesia yang diadakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Budaya dan Perekonomian Kreatif). Ia takjub dengan banyaknya variasi gasing Indonesia. Ketakjuban itu memuncak saat melihat pemain gasing dari daerah, memainkan gasing lengkap dengan kostum, datang, dan bermain gasing di festival tersebut.

Ia merasa, eksistensi gasing bisa terancam bila tidak dilestaikan. “Wah ini gawat kalau didiemin. Bisa abis ini,” ujarnya. Dari kekhawatirannya itu, timbul niat jahil untuk membeli beberapa gasing daerah yang menurutnya unik.

Pria bernama lengkap Endi Aras Agus Riyono ini mengaku koleksi gasingnya belum lengkap seratus persen, meski sudah memiliki ratusan jenis gasing. Beberapa gasing masih belum dia miliki terutama yang berasal dari wilayah Indonesia timur.

Menurutnya di Indonesia gasing sangat beragam jenisnya. “Di Ambon, Manado itu bahkan bisa lebih dari 30 jenis. Di Jawa Tengah misalnya di Demak itu beda dengan di Pati, beda lagi dengan yang di Jepara,” ujar pria yang lahir di Blora, tapi besar di Salatiga, Jawa Tengah ini.

Sebutan untuk gasing di masing-masing daerah pun unik-unik. Di Yogyakarta, gasing disebut pathon, di DKI Jakarta disebut panggal. Masyarakat Bali menyebut gasing dengan magasing, dan masyarakat di kepulauan Riau, menyebutnya gasing secara wajar.

Bukan hanya namanya saja yang bervariasi namun juga bentuknya, maka cara melemparnya pun jadi bervariasi. Ada tiga jenis lemparan gasing yang dikenal pemain gasing Indonesia. Lemparan atas, biasanya untuk adu benturan, lemparan samping untuk adu lama putaran, dan lemparan bawah untuk lemparan biasa.

Endi Aras

Endi Aras dan gasing koleksinya (Foto: dutawisata.co)

Sudah lebih dari satu dekade Endi mencari dan mengumpulkan gasing dari seluruh Nusantara. Dirinya mengaku belajar banyak tentang mainan tradisional ini, termasuk tentang nilai filosofisnya.

“Kalau menurut aku gasing itu ‘kan selalu seimbang ya. Gasing bisa muter lama, karena dia seimbang. Sama dengan kehidupan manusia, kalau hidup manusia seimbang, itu hidupnya akan lama. Artinya kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, keadaan jasmani, keadaan rohani seimbang, itu bisa gak gampang sakit, terus semangat,” pungkasnya sambil tersenyum.

Endi juga pada 17 Agustus yang lalu memberi hadiah ulang tahun pada Indonesia dengan sebuah buku berjudul “Gasing”, yang berisi segala hal tentang gasing Nusantara. Rasanya pantas bila kita menyebutnya sebagai bapak gasing Indonesia atas dedikasinya untuk melestarikan dan mengenalkan gasing nusantara pada kita semua.

instisari-online.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ