Mengenal Tokoh – Tokoh Pengibar Bendera Pusaka Pertama

Written by Reno Islami Putra Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Dari halaman rumah Jl. Pegangsaan Timur no 56 naskah proklamasi dibacakan sebagai deklarasi kemerdekaan oleh Ir. Soekarno 70 tahun yang lalu. Disanalah sang merah putih berkibar untuk pertamakalinya. Saat itu ada tiga orang yang masing – masing bertugas sebagai pengibar, pengerek dan pembawa bendera.

Sosok paskibraka yang sekarang identik dengan pasukan pengibar yang berformasi 17, 8 dan 45 dengan pakaian khas putihnya tentu sangat berbeda dengan saat pengibaran didetik-detik deklarasi kemerdekaan. Tidak banyak yang menenal sosok ketiga oarang yang menjadi cikal bakal Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang setiap perayaan HUT RI bertugas menaikan sang saka merah putih. Para paskibraka disaat itu hanya berjumlah 3 orang memakai pakaian sederhana dan tidak seragam. Tetapi suasana disaat itu sangatlah khitmat.

Semangat dan nasionalisme mereka sangatlah tidak diragukan lagi, tentu menjadi suatu kebanggaan bangsa memiliki sosok – sosok itu. Latief Hendradiningrat sebagai pengerek bendera, S Suhud sebagai pembentang bendera, dan S.K Trimurti sebagai pembawa bendera yang kini kita kenal sebagai baki.

Dari beberapa buku sejarah dan artikel saya merangkum biografi tiga sosok bersejarah kebanggan bangsa Indonesia.

Latief Hendradiningrat


Seorang pengerek bendera pada proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia kelahiran Jakarta 15 Februari 1911. Latief Hendradiningrat adalah seorang prajurit PETA berpanglat sudanco. Beliau mengenyam pendidikan disekolah tinggi hukum. Saat menjadi mahasiswa beliau juga mengajar bahasa inggris dibeberapa sekolah menengah swasta seperti yang dikelola Muhammadiyah dan Perguruan Rakyat.

Dalam masa Hindia Belanda beliau pernah dikirim sebagai ketua rombongan tari untuk pentas di World Fair New York. Dimasa pendudukan Jepang ia giat dalam pusat latihan pemuda (kunrenshoo) hingga kemudian mejadi anggota pasukan pembela tanah air (PETA).

Setelah proklamasi kemerdekaan beliau terlibat dalam berbagai pertempuran. Kemudian menjabat komandan kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta (1948). Setelah berhasil keluar dari Yogyakarta yang sudah terkepung, beliau melakukan gerilya. Setelah penyerahan kedaulatan beliau bertugas dimarkas besar angkatan darat. Kemudian ditujuk sebagai atase militer RI di Filipina (1952), lalu dipindahkan ke Washington pata tahun 1956.

Sekembalinya di Indonesia beliau ditugaskan memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD yang kini menjadi Seskoad). Setelah itu beliau juga menjadi sebagai rektor IKIP Jakarta (1964-1965). Pada tahun 1967 Hendradiningrat memasuki masa pensiun dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal. Sejak itu beliau menjadi wiraswastawan dan aktif di yayasan Perguruan Rakyat, Organisasi Indonesia Muda dan ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) hingga akhirnya beliau wafat di jakarta pada tanggal 14 Maret 1983 pada umur 72 tahun.

S. Suhud


Pria muda bernama lahir Suhud Sastro Kusumo, sebagai anggota Barisan pelopor dia ikut hadir di Jl. Pegangsaan nomor 56 tanggal 17 Agustus 1945 . kala itu beliau membatu Latief Hendradiningrat yang mengerek bendera.

Suhud bertugas mengambil bendera dari S.K Murti dan memasangkanya pada tali hingga membentangkanya. Dalam foto karya Frans Mendur, belaiu berdiri dibelakang kamera dan mengenakan celana pendek.

S.K Trimurti


Wanita kelahiran Solo 11 Mei 1912 ini aktif dalam gerakan kemerdekaan Indonesia selama tahun 1930. Trimurti memulai karirnya sebagai guru SD dan mengajar disekolah – sekolah dasar di Bandung, Surakarta dan banyumas.

Ditahun 1936 beliau ditangkap pemerintah kolonial belanda pada tahun 1936, selama sembilan bulan mendekam di Penjara Bulu Semarang. Setelah dibebaskan Trimurti beralih kariier menjadi jurnalis. Dia terkenal sebagai jurnalis yang kritis dan anti kolonial. Tidak jarang nama samaran ia gunakan dalam tulisanya untuk menghindari ditangkap lagi oleh pemerintah Belanda.

Trimurti menikah dengan Muhammad Ibnu Sayuti sang pengetik naskah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1938. Dalam pengibaran bendera pusaka Trimurti ditunjuk sebagai pembawa bendera yang pada awalnya bendera itu diserahkan oleh ibu Fatmawati kepadanya.

Pada masa paska kemerdekaan Trimurti pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja pada tahun 1947 – 1948. Selain itu beliau juga aktif sebagai eksekutif partai buruh Indonesia dan aktif Gerwani, sebuah organisasi perempuan Indonesia hingga tahun 1965. Beliau kembali ke perguruan tinggi di usia 41 tahun untuk belajar ekonomi di Universitas Indonesia.

Dimasa tuanya Trimurti banyak menghabiskan sisa hidupnya dirumahnya di Bekasi, Jawa barat. Hingga akhirnya 20 Mei 2008 pada usia 96 tahun beliau menghembuskan nafas terakhir di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Sebuah upacara penghormatan Trimurti sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia digelar di Istana Negara Jakarta pada saat itu. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya sebagaimana kutipan dari seorang proklamator Ir. Soekarno. Tentu kita sebagai anak bangsa patut bersyukur atas kemerdekaan RI yang diusahakan para pejuang dengan mempertaruhkan nyawa mereka.

Mempertahankan dan membuat Indonesia maju adalah tugas kita. Memang hal ini tidak mudah akan tetapi tidaklah suatu yang mustahil. Ada banyak generasi bangsa yang cerdas yang siap berkontribusi nyata. Terus berusaha dan pantang menyerah adalah sebagian hikmah yang diajarkan para pahlawan dalam catatan sejarah kepada kita untuk membangun bangsa. Berkaryalah sesuai dengan bidang yang digelutinya, dengan begini kita bisa membuat Indonesia maju bersama. Karena bersama Kita Bisa!!!

Dirgahayu Republik Indonesia ke – 70.

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ