HUT RI ke-70, Kembangkan Pendidikan Modern di Perbatasan

Written by Muhammad Erwinsyah Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Dengan kesederhanaan menggelar pelatihan di perbatasan.

Memasuki usia ke-70 dapat dikatakan telah sepuh dan sebagian fungsi organ vital mulai menurun, itu jika terjadi pada seorang manusia. Tapi, justru sebaliknya yang terjadi pada negeri ini, yang mana generasi penerusnya rela tinggal di perbatasan guna mengembangkan pendidikan modern. Berikut salah seorang guru perbatasan penggagas ide itu.

MUHAMMAD ERWINSYAH

Pendidikan adalah kata pertama yang diucapkan jika sesorang ingin mencapai kesuksesan. “Sekolah setinggi-tingginya agar kamu berhasil” merupakan kalimat yang selalu terdengar dan mendengung ditelinga yang diucapkan sebagian orang, khususnya para orang tua, kawan, sahabat atau orang yang lebih mudapun seringkali menasihati dengan kalimat itu.

Itulah yang coba dilakukan Dena Fadillah bersama rekan-rekannya. Tapi, yang dilakukan Dena-sapaan akrabnya sedikit berbeda, ia justru menjadi katalis bagi penerus bangsa era millennium agar mencapai pendidikan setinggi-tingginya walau dilakukan dari tingkat pendidikan yang paling rendah atau setara Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Sebenarnya Dena bersama rekannya merupakan relawan yang mengabdi di daerah Terdepan, Terluar dan Terdalam (3T). Dan kali ini ia bertugas di perbatasan Kalimantan atau lebih tepatnya Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia.

Di daerah ini juga sudah ada Sekolah Dasar (SD) dengan gedung yang memadai setelah direnovasi ulang Pemerintah Daerah (Pemda) guna memberikan pendidikan bagi anak-anak perbatasan ini yang berada di Desa Pembeliangan.

Dena dan beberapa temannya itu adalah sarjana muda yang masih minim pengalaman. Tapi, tekad dan semangat mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut yang dituangkan dalam berbagai program dan metode serta menyesuaikan zaman saat ini. Walau, di daerah ini masyarakatnya masih menjaga adat istiadat dan jiwa tradisionalismenya.

Pentingnya pendidikan dasar menjadi modal penting bagi Dena menjalankan berbagai programnya. Bahkan, mereka beranggapan pendidikan dasar menjadi poin penting bagi perkembangan anak kedepannya.

“Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang sangat vital dalam perkembangan anak. Karena di pendidikan dasarlah, karakter anak tersebut mulai tercipta,” tutur Dena kepada penulis.

Dengan prinsip seperti itulah yang mendorong anak-anak muda Indonesia ini membantu pendidikan dasar. Salah satu metode yang dikembangkan dan diberikan pelatihan bagi para guru atau tutor PAUD adalah metode display.

Dengan metode ini, selain menjadi jembatan pembelajaran anak-anak, para guru dan tutor dapat meningkatkan kreatifitasnya dalam memberikan pelajaran. Metode ini juga dapat menanamkan sifat untuk menghargai karya sesorang, yang dalam konteks ini lebih kepada anak didik.

Metode inipun dijarkan kepada para guru dan tutor dengan membuka pelatihan yang diikuti seluruh Lembaga Paud dan Taman Kanak-Kanak (TK) se Kecamatan Sebuku dan Tulin Onsoi yang juga salah satu titik perbatasan dari sekian banyak perbatasan yang ada di Kabupaten Nunukan.

“Ada 13 Paud dan TK yang ikut pelatihannya. Pelatihan seperti ini sangat jarang diikuti mereka karena faktor geografis dan keterbatasan,” beber Dena lagi.

“Display merupakan hal yang sering dilewatkan oleh guru-guru. Padahal Display ini banyak manfaatnya, terutama dalam meningkatkan motivasi belajar anak,” sambungnya lagi.

Guru dan tutor yang ikut dalam pelatihan metode display ini dituntut mengelola pembelajaran dan hasil karya dari setiap peserta didik. Pelatihan yang dilaksanakan di PAUD Al-Fajaroh Desa Makmur, Kecamatan Tulin Onsoi ini mendapat respon yang cukup positif dari sejumlah peserta. Bahkan, pelatihan itu ditutup dengan START, yakni perlombaan display yang diikuti seluruh lembaga PAUD se Kecamatan Sebuku dan Tulin Onsoi dengan tema Hari Kemerdekaan Indonesia ke-70.

Atas pengabdian dengan sukarela itu, Dena mengaharapkan para sarjana muda yang terkenal dengan idealisme mengikuti jejaknya. Rela meninggalkan hidup manja di tengah kota dan mengabdi di perbatasan menjadi salah satu solusi kecil yang berdampak besar bagi pendidikan di perbatasan yang penuh keterbatasan. (***)

Written by Muhammad Erwinsyah Member at GNFI

More post by Muhammad Erwinsyah