Melalui Film, Telusuri Jejak Sejarah Kerajaan Mataram

Written by Farah Fitriani Editor at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Tim Yayasan Warnai Indonesia dan rumah produksi film Adventure Documentary Fetival bakal menggarap film dokumenter jejak sejarah Kerajaan Mataram Kuno pada Juli – Agustus mendatang. Film yang digarap sutradara lokal dan luar negeri ini bakal dikerjakan di sejumlah lokasi yang menjadi bekas pusat kerajaan, serta lokasi lain. Penggarapan sinema yang dibintangi Bucek Depp, Marcel Chandrawinata, dan Hamish Daud ini dilakukan berbarengan dengan ekspedisi Jelajah Mataram Kuno.

Sutradara yang menggarap dokumenter ini, Astryd Diana Savitri, mengatakan lokasi utama pembuatan film adalah candi-candi peninggalan sejumlah dinasti di kerajaan Mataram. “Kami bakal mula dari Borobudur di Magelang, Jawa Tengah,” ujarnya di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 16 Juni 2015. Candi yang dibangun pada zaman Dinasti Syailendra di tahun 812-833 itu, kata dia, merupakan salah satu peninggalan terbesar dari Mataram Kuno. Kemudian candi lain yang bakal dijadkan lokasi syuting misalnya candi Prambanan di Yogyakarta.

Tidak hanya candi, Astryd juga menyebutan beberapa lokasi lain yang bakal dikunjungi tim ekspedisi adalah petilasan, situs-situs, dan makam-makam yang diyakini peninggalan Mataram Kuno. “Kami sudah melakukan riset dari berbagai literatur dan naskah kuno untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang tersebar di Jawa sampai Bali.”

Meski film bakal berlokasi di situs-situs tersebut, Astryd mengatakan, timnya bakal mengkombinasikan penggunaan animasi 3 Dimensi untuk menghidupkan adegan-adegan pada relief candi, serta naskah kuno. “Ini supaya filmnya jadi lebih menarik, animasi akan menjembatani cerita-cerita tentang Mataram yang jarang diketahui orang, sehingga hasil akhirnya adalah cerita yang utuh.”

Animator asal Indonesia yang ikut dalam tim ini, Hari Abri, mengatkan salah satu kesulitan menggarap dokumenter sejarah adalah mencari referensi yang tepat. “Kami harus memilih literatur seperti naskah dan relief candi yang bisa menceritakan secara detail kisah pada zaman dahulu,”ujarnya. “Dan jumlah relief serta naskah itu kan sangat banyak.”

“Bukan cuma untuk film, animasi ini juga nantinya bisa dijadikan buku cerita atau komik, dengan begitu remaja dan anak-anak bakal tertarik menonton atau membaca sejarah.”

disadur dari TEMPO

Written by Farah Fitriani Editor at GNFI

a single young woman full of spirit in making a better Indonesia. an undergraduate student in Faculty of Law, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia who is now being an exchange student in Rikkyo University, Tokyo, Japan. english teacher and a lecturer's assistant at College of Business, Rikkyo University. you can contact her by mentioning @farafit in twitter or adding farahfitrianifaruq to have a little chitchat via GTalk.

 
4 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
dNillaz
dNillaz

@GNFI semacem 'roti gangbang' eh 'gambang' ya?

dNillaz
dNillaz

@Asrudian haha ya kan rotinya dipotong jd banyak. Bbm mu pending. Cek dm. Cepetan smpe rmh yaaa