Ganjelan Rel untuk Berbuka Puasa

Written by Farah Fitriani Editor at GNFI
Share this
0 shares
Comments
4 replies

srg_1000_wisata-kue-ganjel-rel-humas-achmad-yani-f3dc74cc37d1f1b9ca1351roti7f5c05f23833472384bj1ulgacuaajnxe.jpg-large

Rasanya khas oleh aroma rempah-rempah yang sangat terasa di lidah. Ketika dikunyah, roti ini terasa lembut bercampur gurih oleh wijen yang tertabur permukaan penganan ini. Itulah roti ganjel rel. Warga Kota Semarang tak asing dengan roti yang selalu disajikan saat puncak pesta Dugderan atau pesta menyambut bulan puasa.

“Roti ganjel rel dibagikan ke masyarakat saat pengumuman bulan puasa, tahun ini kami memproduksi 8 ribu pesanan takmir masjid Kauman (masjdi Agung Semarang),” kata Aulil Marzuki, produsen roti ganjel rel saat di temui Tempo, Selasa 16 Juni 2015.

Biasanya roti ganjel rel dinikmati usai penabuhan bedug sebagai tanda memasuki bulan puasa. Sajian roti ganjel rel bersamaan dengan air khatam Al qur’an atau air putih yang disajikan saat santri Masjid Agung Semarang membacakan Al Qur’an. “Cocok dengan air putih, karena karakter roti ganjel rel kadang bikin seret di tenggorokan,” kata Aulil menjelaskan.

Selain hadir di saat menjelang bulan ramadhan, roti ganjel rel kadang bisa ditemukan dalam keranjang makanan pedagang tradisonal keliling. Biasanya roti itu menjadi pilihan bagi masyarakat setempat yang biasa sarapan makanan tradisional saat pagi hari.

Roti ganjel rel bukanlah makanan biasa, ramuan bahan baku serta proses pembuatan yang sangat detail menjadi alasan makanan ini sulit ditemukan. Menurut Aulil, bahan utama roti ganjel rel dulu merupakan tepung gaplek dan gula jawa yang dicampur rempah-rempah. “Namun saya kini menggunakan terigu, selain rasanya lebih lembut, terigu mudah dicari,” kata perempuan yang mendapat resep pembuatan makanan ini dari tantenya itu.

Untuk mempertahankan rasa agak kenyal halnya gaplek, Aulil juga mencampur adonan terigu dengan tepung kanji. Selain itu bahan utama lain seperti telur, gula Jawa, wijen dan minyak goreng tetap menjadi bahan yang wajib digunakan. Keberadaan minyak goreng untuk mempertahankan agar roti tak mudah basi, pembuatan roti khas ini sengaja tak menggunakan margarin untuk mempertahankan agar tak cepat basi.

Keberadaan roti ganjel rel yang banyak diproduksi warga Kauman dan sekitar Pasar Johar, sempat nyaris punah. Dulu roti ini banyak dibuat oleh masyrakat keturunan Cina yang kemudian banyak dikembangkan oleh masyarakat sekitar Masjid Agung. Bahannya juga dimodifikasi sesuai kondisi sekarang. “Gula Jawa saya ganti dengan gula palm, karena gula Jawa sekarang banyak campuran, katanya.

Tempo berusaha menelusuri pusat pembuatan roti Ganjel Rel di kawasan jalan gang Baru kawasan pecinan tak jauh dari Pasar Johar, Kota Semarang. Di jalan yang banyak didominasi pedagang itu ini tak lagi memproduksi roti khas semarang itu.“Pembuatnya sudah tak ada, meninggal satu tahunan lalu,” kata Arayani, kerabat Kang Kiem Hong, pembuat roti Ganjel Rel yang pernah tersohor di Kota Semarang.

Dulu masyarakat Kota Semarang banyak memesan roti ganjel rel di jalan gang baru nomor 92, rumah Kang Kiem Hong. Sepeningal Kang Kiem keluarganya tak mampu meneruskan.

“Sulit, tak tahu bumbunya, termasuk pembantu setia Kang Kiem juga tak bisa. Padahal roti ganjel rel enak,” katanya. Menurut Arayani, Kang Kiem selalu membuat roti ganjel rel saat pukul 03.00 dini hari dan dilakukan sendiri, sehingga sulit dipelajari orang lain.

disadur dari TEMPO

Written by Farah Fitriani Editor at GNFI

a single young woman full of spirit in making a better Indonesia. an undergraduate student in Faculty of Law, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia who is now being an exchange student in Rikkyo University, Tokyo, Japan. english teacher and a lecturer's assistant at College of Business, Rikkyo University. you can contact her by mentioning @farafit in twitter or adding farahfitrianifaruq to have a little chitchat via GTalk.

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ