When my plane approached English Channel, I could clearly see the perfect snowflakes trough my seat window. I could not wait to have myself surrounded by snowy environment. But a friend who fetched me at the Heathrow airport said that the snow would only come in a month to come, so I had to wait for another 30 days and stay in London. I prayed spontaneously that God would send me snow, for at least one day, because I traveled half-globe to see it. It was answered within only less than 5 minutes, it became a snowy London. I asked my friend to pull over the car, just to let myself hit by the snowflakes all over my body. I jumped, I shouted, I took pictures.

That was exactly the same situation when a group of Indonesian Special Force (Kopassus) saw the snow for the first time, not in London, it was in Himalaya. They're there to conquer it's peak, the Everest. They jumped, ran around like kids, sat on ice, and exchanged snowballs to each other..it was when some other climbers whispered to their friends, ''These people from the tropic will never reach the top, not even close.''

The team spent less than 6 months for training, much lesser than the normal time which is 2 years. The most feared was Jet Stream Wind (wind sounds like jet) which can create avalanche, and drastic temperature drop. Others are High Altitude Pulmonary Edema (HAPE), High Altitude Cerebral Edema (HACE), and Frostbite (you can easily lose your fingers and toes).

Afraid? Not those Indonesians.

At 15.30, April 26th 1997, First Corporal Asmujiono shouted, "Allahu Akbar", and planted the Merah Putih (Indonesian flag) on top of the world, followed by his colleague, First Corporal  Misrin. They are the Southeast Asia's first Everest Summiters, and World's #662 and #663.

So, the myth that said people from tropical country would never reach the top of everest was eventually torn down by Indonesians.

Pic take from here.
Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar dengan Akun GNFI / Facebook ...
READ NEXT
BACK TO TOP
 Siapa Sangka, Pabrikan Lamborghini Pernah Dimiliki Pengusaha Indonesia
Siapa Sangka, Pabrikan Lamborghini Pernah Dimiliki Pengusaha Indonesia
Danau Towuti di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, menyimpan "buku sejarah" iklim terlengkap di Indonesia. "Buku sejarah" itu berupa lapisan-lapisan sedimen yang berada di dasarnya.
Hari yang Istimewa di Ternate. Benar-benar istimewa.
Hari yang Istimewa di Ternate. Benar-benar istimewa.
Saya sudah cukup sering ke Ternate. Namun perjalanan saya ke pulau vulkanis yang menyimpan begitu banyak sejarah bangsa kali ini cukup istimewa, karena bertepatan dengan persiapan Ternate menyambut even yang terjadi 350 tahun sekali,  yakni gerhana matahari total. Istimewa, karena selama perjalanan udara saya dari Manado ke Ternate tadi siang,
5 Perempuan Indonesia yang Menginspirasi dan Mendunia
5 Perempuan Indonesia yang Menginspirasi dan Mendunia
Mungkin kita masih ingat, dahulu perempuan selalu dikaitkan dengan "guyonan" 3M (Macak, Masak, dan Manak). Kini setelah memasuki jaman emansipasi yang ditandai dengan lahirnya sosok Kartini, kaum perempuan secara pasti berubah dan memiliki peluang besar untuk mengembangkan dirinya.Sederet prestasi dan karir yang menjulang hingga ke kancah Internasional menjadi bukti eksistensi dan peran perempuan
Raih Predikat Terbaik se-Asia, Mahasiswa UI Harumkan Indonesia Lewat Ini
Raih Predikat Terbaik se-Asia, Mahasiswa UI Harumkan Indonesia Lewat Ini
Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan menjadi yang terbaik se-Asia pada lomba mobil hemat bahan bakar di ajang Shell Eco Marathon (SEM) Asia, 3-6 Maret 2016 di Manila, Filipina.
Taman Digital Baru, di Mukomuko
Taman Digital Baru, di Mukomuko
Menyediakan ruang terbuka taman untuk masyarakat, tampaknya menjadi sesuatu yang populer saat ini bagi para pemimpin daerah. Selain bermanfaat untuk memberikan tempat rekreasi gratis, taman juga dapat menjadi lokasi bertemunya masyarakat. Sebagai pelengkap, taman tersebut juga bisa dilengkapi dengan koneksi internet agar menjadi taman digital. Terkait upaya tersebut, kabar gembira
Trapobana Tanah Misterius di Timur, Perdebatan Para Penjelajah Dunia
Trapobana Tanah Misterius di Timur, Perdebatan Para Penjelajah Dunia
Bangsa Eropa melakukan eksplorasi besar-besaran pada abad ke-15 yang kemudian di kenasl sebagai Abad Penemuan (Age of Discovery). Ketika itu banyak penjelajah Eropa yang berlomba-lomba untuk menemukan dunia yang baru. Dunia baru artinya wilayah baru dan kekayaan baru. Hanya saja saat itu peta sangat minim dan sering terjadi perdebatan tentang