Obsesi Sang Demokrat Sejati

29. March, 2012 MSN No comments

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah, MSc*

Negara lndonesia pada tahun 2014 nanti mempunyai agenda besar yaitu Pemilihan Umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pesat demokrasi itu sangat penting bagi bangsa ini terutama untuk menentukan arah sifat ekonomi bangsa ditengah-tengah kancah persaingan global yang ketat. Akan tetapi sebelum kita nanti membahas arah perekonomian kita itu, ada baiknya kita menengok kebelakang untuk melihat dan menyimak pikiran-pikiran para founding father Indonesia pada saat beliau beliau itu merancang kemerdekaan bangsa ini yang menurut saya masih relevan untuk dipakai menjadi rujukan penting. Salah satu pendiri bangsa yang saya fokuskan untuk dibahas disini adalah Wakil President – Bung Hatta.

Pada tanggal 3 Februari 1946, setahun setelah kita merdeka, Bung Hatta sebagai salah satu proklamator, mengucapkan pidato pokok-pokok pikirannya di Yogyakarta dalam acara Konferensi Ekonomi. Kalau disimak isi pidato beliau itu, maka nampak sekali obsesi beliau akan akar kerakyatan yang harus melandasi ekonomi bangsa kedepan, dan sekali lagi hal ini masih relevan dipakai sebagai referensi oleh semua anak bangsa sekarang ini.

Menurut Bung Hatta dalam pidatonya, perekonomian suatu bangsa pada umumnya dilandasi oleh tiga hal, yakni kekayaan tanahnya, kedudukannya terhadap negara lain dalam lingkup percaturan internasional, dan kecakapan rakyatnya serta cita2 luhurnya. Selanjutnya menurut beliau: “Terhadap Indonesia harus ditambah satu fasal lagi, yaitu sejarahnya sebagai tanah jajahan”. Oleh karena Indonesia meringkuh dalam penjajahan Belanda, lebih dari tiga abad lamanya (belum lagi oleh Portugis, Inggris dan Jepang), maka keadaan ekonominya seluruhnya tidak sebagaimana mestinya menurut faktor2 tersebut diatas. Beliau mengatakan bahwa “Indonesia tanahnya kaya, menghasilkan harta bagi dunia luaran berates-ratus juta saban tahun, tetapi rakyat Indonesia sendiri hidup miskin dan sengsara ditengah tengah kekayaan yang melimpah”.

Beliau selanjutnya mengatakan, akibat penjajahan itu maka sebagian sifat2 bangsa kita sebenarnya “extrovert atau outgoing” itu lenyap karena sengaja dibelokkan oleh penjajah. Kekayaan bangsa pada jaman Majapahit dan Sriwijaya yang melanglang buana itu sirna. Beliau mengatakan: “Sebagai penduduk pulau-pulau yang tersusun ditengah tengah jalan perhubungan pelayaran, sepatutnya Indonesia menjadi bangsa pelayar yang kuat bertindak dan kuat merantau”. Memang begitu sifatnya, sebelum bangsa penjajah datang. Tetapi dominasi penjajah Belanda melenyapkan segala aktivitas bangsa kita itu. Rakyat Indonesia kehilangan sifat yang sediakala.  Namun Bung Hatta menambahkan: “Hanya cita-cita untuk menjadi bangsa merdeka kembali dengan berdasarkan persaudaraan segala bangsa, tetap padanya. Fiil (sifat) tuan rumah yang baik hati dan halus budi tidak lenyap dari kebudayaan Indonesia”.

Bung Hatta mengatakan bahwa seluruh perusahaan di Indonesia harus memandang usahanya sebagai bagian dari usaha rakyat seluruhnya dan untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Beliau juga mengatakan bahwa sifat perekonomian bangsa haruslah dilandasi dengan sifat tolong menolong. Perusahaan besar harus menolong perusahaan kecil. Jepang telah memberi contoh bagaimana majunya perekonomian kita karena berbasis industry kecil yang di bantu oleh industry besar.

Bangsa Indonesia, sekali lagi tidak boleh melupakan sejarahnya, dan harus tetap belajar dengan seksama para pandapat luhur para pendiri bangsa seperti Bung Hatta ini.

(Alumni University of London, Universitas Airlangga dan dosen STIE PERBANAS Surabaya).

VN:F [1.9.13_1145]
Rating: 5.0/5 (1 vote cast)
VN:F [1.9.13_1145]
Rating: +1 (from 1 vote)
Obsesi Sang Demokrat Sejati, 5.0 out of 5 based on 1 rating

Popularity: 1% [?]


About author
Comments

No comments yet.

Be first to leave your comment!

Nickname:

E-mail:

Homepage:

Your comment:

Add your comment