Menduniakan si Baret Merah

By : Ahmad Cholis Hamzah

Ketika bencana tsunami terjadi di Aceh, dunia terkejut karena besarnya bencana itu menyebabkan ratusan ribu orang Aceh meninggal dunia, dan bencana itu pula menerjang wilayah yang lebih luas dari Aceh, Thailand, Srilangka sampai Madagaskar di Afrika. Dunia juga kemudian bersimpati dan “bangga” dengan gambar-gambar tentara negara-negara sahabat yang ikut terlibat dalam operasi kemanusiaan di Aceh itu menggendong bayi atau anak kecil atau orang tua. Media dunia terutama dari negara-negara barat seakan-akan “bersatu” memuat gambar yang menyentuh kalbu itu. Sayangnya media Indonesia tidak ada yang bersatu atau “ngeh” untuk memuat gambar pasukan TNI kita yang juga melakukan operasi kemanusiaan yang sama.

Kejadian seperti itu berulang lagi pada saat musibah jatuhnya pesawat Rusia Shukoi Superjet 100 di Gunung Salak Bogor. Serpihan pesawat dan potongan tubuh korban berada di lereng gunung yang kemiringannya hampir 90 derajat dan berada di dasar jurang yang dalam. Tapi sangat mengagumkan pasukan TNI baik dari Kopassus, Marinir, Paskhas, dan Brimob dari kepolisian, tim SAR dari Basarnas serta para mahasiswa pencinta alam dan penduduk lokal berhasil mencapai daerah yang sulit di jangkau itu. Tim Rusia pun yang akhirnya ikut rombongan SAR ternyata mengakui sulitnya medan Gunung Salak dan malahan ada yang minta turun lagi ke daerah yang lebih datar.

Yang mengagumkan dan membanggakan lagi adalah tim kecil dari Kopassus yang ditugaskan untuk mencari black box di dasar jurang, dan akhirnya menembukan ELT atau Emergency Locator Transmitter. Ada informasi yang menyebutkan bahwa Tim ini diterjunkan dengan menggunakan tali, dan ketika mereka sampai di tengah-tengah jurang, ternyata talinya tidak mencukupi panjangnya, lalu mereka lapor pada komandannya, dan komandan mengatakan akan mengirim tali tambahan tapi satu hari lagi datangnya. Bisa di bayangkan pasukan elit itu menunggu tambahan tali sambil bergelantungan di medan yang gelap dan membahayakan itu.

Kopassus memang tangguh dalam tugas-tugas seperti itu, mereka memang dilatih dengan keras dan ada pendapat yang mengatakan bahwa satu orang prajurit Kopassus itu sama dengan 5 prajurit regular. Dan yang membanggakan lagi adalah Kopassus ini disejajarkan dengan pasukan elit Inggris SAS dan pasukan inteligen Israel Mosad. Bahkan pasukan elite AS tidak termasuk pada masuk pada jajran ini karena dianggap terlalu mengandalkan teknologi. Sementara Kopassus itu memang dilatih secara individu dan tim kecil yang tangguh.

Kopassus Angkatan Darat dengan baret merah darahnya dibentuk pada bulan April 1952 dengan nama yang berganti ganti, dari RPKAD –Resimen Para Komando Angkatan Darat, lalu Kopasandha – Komando Pasukan Sandi Yudha dan sekarang Kopassus atau Komando Pasukan Khusus. Tugas negara banyak yang berhasil di embannya.

Memang pada jaman Suharto, nama Kopassus mencadi tercoreng karena kasus-kasus hak azasi manusia; namun sekarang sejalan dengan reformasi di tubuh Angkatan Darat, Kopassus mulai bangkit lagi dan negara-negara di dunia termasuk negara-negara tetangga termasuk Australia masih mengakui bahwa Kopassus adalah pasukan elit Angkatan Darat yang tangguh.

Terlepas dengan pro kontra soal keterlibatan Kopassus di berbagai kasus HAM, namun ketangguhan, ke profesionalitasannya, dalam operasi kemanusiaan bencana jatuhnya pesawat Shukoi superjet 100 harus diliput media nasional dengan proporsional, agar masyarakat Indonesia makin mencintai Tentaranya sendiri. Apresiasi yang tingggi dari seluruh anak negeri ini harus ditujukan kepada prajurit –prajurit penjaga ibu pertiwi ini. Siapa lagi kalau bukan kita.

Alumni University of London, Universitas Airlangga Surabaya, dan dosen STIE PERBANAS Surabaya.

VN:F [1.9.17_1161]
Rating: 5.0/5 (3 votes cast)
VN:F [1.9.17_1161]
Rating: +1 (from 1 vote)

Popularity: 1% [?]

15th May 12. Posted in Military, MSN.

View or Post Comments.