“Lho Pertumbuhan Ekonomi Pilipina Nyalip Kita”

Drs. Ahmad Cholis Hamzah, MSc,*

Dalam mata kuliah marketing atau manajemen strategik, para mahasiswa sudah faham tentang kesalahan – kesalahan umum melihat pesaing, antara lain mengabaikan pesaing internasional, mengabaikan pesaing kecil, menganggap pesaing memiliki strategi yang itu-itu saja dsb.

Hal tersebut nampaknya terjadi di negeri yang tercinta ini, kita seperti nya ter-nina bobokan dengan pertumbuhan ekonomi yang mantap sejak beberapa tahun yang lalu sebesar 6,2% (dan bisa2 direvisi lagi dibawah itu) yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan Asia ini setelah Cina. Kita juga telah “terbuai” dengan segala pujian dari berbagai kepala Negara, para peniliti, pengusaha dsb dari Negara-negara lain tentang “kehebatan” pertumbuhan ekonomi kita itu ditengah-tengah merosotnya perekonomian Eropa dan Amerika Serikat.

Lalu tiba-tiba, ada berita mengejutkan, Negara tetangga Pilipina mencatatkan pertumbuhan ekonominya di kuartal pertama tahun ini sebesar 7,8%. Perttumbuhan ekonomi ini sebenarnya berlangsung sejak 2-3 tahun yang lalu. Dikatakan mengejutkan karena kalau dilihat dari berbagai hal maka kondisi Indonesia sebenarnya lebih baik. Misalkan saja, politik dalam negeri di Pilipina yang keras – kadang terjadi pembunuhan atas nama politik, keamanan yang masih berbahaya utamanya di Pilipina selatan dimana ada pemberontak Muslim dan Komunis, Pilipina juga terlibat sengketa wilayah territorial dengan Negara-negara lain, dan tentunya negeri ini juga terimbas dengan merosotnya perekonomian dunia.

Namun kondisi-kondisi yang tidak baik itu nampaknya tidak berpengaruh terhadap tekad negeri ini untuk membangun ekonominya. Menteri BUMN Dahlan Iskan yang berkunjung ke Manila baru-baru ini mencatat bahwa kepemimpinan President Aquino sangat solid, dan konsisten memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Tentunya banyak lagi factor yang membuat perekonomian negeri ini bangkit.

Pada jaman Orde Baru dulu – terlepas dengan berbagai kelemahannya, ada fokus pembangunan yang dijalankan secara bertahap yang dikenal dengan Pelita – Pembangunan Lima Tahun. Setiap lima tahun pembangunan ekonomi di fokuskan pada bidang tertentu misalnya pertanian, industri pertanian dsb. Negeri Jiran Malaysia di jaman Mahathir Muhammad pernah memfokuskan pendidikan sebagai prioritas bangsa dengan mengirimkan ribuan anak-anak muda sekolah ke luar negeri.

Tentu Indonesia tidak boleh berkecil hati melihat pertumbuhan ekonomi negeri Pilipina yang menakjubkan itu, karena pertumbuhan ekonomi itu di lihat sustainability nya – keberlanjutannya. Kita belum tahu apakah pertumbuhan ekonomi itu berlangsung terus atau tidak. Selain itu tentu saja kemakmuran Negara-negara lain di kawasan ASEAN ini sebetulnya juga baik untuk Indonesia karena perdagangan antar Negara akan semakin meningkat, turisme akan meningkat dsb, dan Indonesia tentu bisa mengambil keuntungan dari kemakmuran tetangga dengan cara meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan Investasi.

Indonesia dengan sumber daya alam yang lebih unggul, sebenarnya bisa berbuat lebih banyak dengan cara yang konsisten (misalkan rencana pembangunan infrastruktur yang seringkali tertunda). Carut marut soal politik dalam negeri menjelang pemilu 2014 dan maraknya kasus korupsi dimana-mana tidak boleh menciutkan nyali Indonesia untuk berbuat lebih baik. Negeri ini sudah banyak memiliki potensi orang pandai dan professional tentu naïf kalau tidak bisa meningkatkan lagi perekonomiannya.

Buktinya Pilipina dengan kondisi yang tidak lebih baik dari negeri kita, bisa itu meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Lesson learned atau pelajaran yang bisa kita petik dari masalah ini adalah: “jangan terbuai dan terlena dengan apa yang sudah kita capai”

*Alumni University of London, Universitas Airlangga

Surabaya, dan dosen di STIE PERBANAS Surabaya.

About author
Comments
  1. Illumi Arzia

    6 / 3 / 2013 7:43 pm

    Maju terus Indonesia!

    Reply

Nickname:

E-mail:

Homepage:

Your comment:

Add your comment