Jokowi dari Timur

By Akhyari Hananto

“Pernahkah anda dengar kota bernama Mamuju?” tanya saya kepada 100-an mahasiswa di sebuah kampus di Malang ketika saya diundang sebagai pembicara di kampus tersebut. Separuh dari mereka mengacungkan jari. “Tahukah anda dimana itu Mamuju?” tanya saya lagi. Hanya ada sekitar 10-an orang yang mengacungkan tangan. Saya menunjuk satu orang, “Maluku, pak” jawabnya. Salah. Saya menunjuk satu orang lagi, dan lagi-lagi salah.

Bagi anda yang juga belum tahu, Mamuju adalah ibukota propinsi Sulawesi Barat, propinsi yang baru berdiri tahun 2004. Saya telah mengunjungi Mamuju (dan sekitarnya) sebanyak 3 kali, dan semua kunjungan saya ke kota kecil tersebut sangat mengesankan. Bukan hanya karena keindahan alamnya, atau kelezatan makananannya, tapi juga kehangatan masyarakatnya. Yang paling mengesankan saya sebenarnya adalah betapa efektifnya peran pemerintah propinsi, mulai dari gubernur, hingga pelaksana di daerah.

Saya berkesempatan ngobrol dan berdiskusi dengan seorang karyawan di bagian protokol pemprov, juga diskusi dengan badan perencanaan daerah, lalu pernah juga diberi kesempatan berdiskusi langsung dengan Anwar Adnan Saleh, sang gubernur, dan saya berani menyimpulkan satu hal. They know what they are assigned to do,  they know what they are doing, they know what it’s like if they dont do their assignments.

Catatan khusus untuk Anwar Adnan Saleh. Masa jabatannya tinggal 3 tahun lagi, dan ini adalah kali terakhir beliau boleh menjabat. Tapi semangatnya masih kuat untuk blusukan ke kampung-kampung yang terpencil jauh di ujung propinsi, atau menyeberang kali tanpa perahu. Jauh sebelum Jokowi blusukan di Jakarta, gubernur ini konon sudah keluar masuk kampung terpencil. Mungkin kurang lebih sama dengan Jokowi, ingin tahu sendiri apa yang kurang dari rakyatnya. Bedanya, Anwar jarang sekali diliput media nasional, sayang sekali, padahal kemampuannya bisa jadi sangat dibutuhkan secara nasional. Gubernur ini mengerti betul harga pasar hasil-hasil alam, ikan, atau hafal betul jarak antara satu kota dengan kota lain, berapa km jalan yang belum diaspal, berapa investasi tahun lalu, berapa inflasi bulan lalu, dan sebagainya. Lagi, he knows what he’s doing.

Otonomi Daerah yang disepakati oleh negara ini beberapa tahun lalu, harus disikapi dengan kemampuan dan kerja keras seperti itu. Saya sendiri sangat setuju desentralisasi, negeri sebesar Indonesia akan sangat sulit “maju bersama” dengan sistem terpusat. Disentralisasi akan memungkinkan masing2 daerah (propinsi dan kabupaten) untuk mengembangkan potensinya, yang sesuai dengan kebutuhan, karakter, dan kemampuan masyarakatnya. Saya berani bilang bahwa Sulawesi Barat termasuk salah satu yang berhasil, dengan membukukan pertumbuhan ekonomi yang fantastis, pembangunan terencana dan terarah, juga kemauan masyarakatnya untuk berkerja keras untuk maju. Tak heran, ekonomi propinsi ini tumbuh cepat, 12.7% tahun lalu, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 6.23%.

Kita selalu skeptis memandang otonomi daerah, padahal dari sinilah muncul Jokowi-jokowi yang tak hanya mengerti apa yang harus diperbuat, tapi juga akan bekerja keras untuk mencapai kemajuan untuk daerahnya, meski tentu saja tak semuanya berjalan mulus. Namun setidaknya, dengan otonomi lah, Indonesia nantinya akan menjadi gabungan dari entitas-entitas kuat, yang tidak hanya maju secara ekonomi, namun juga kuat di bidang pemerintahan. Sulawesi Barat adalah contoh yang baik.

About author
Comments
  1. Illumi Arzia

    5 / 22 / 2013 7:52 pm

    Very interesting.
    Indonesia butuh lebih banyak pemimpin-pemimpin seperti mereka.

    Reply

  2. Drajad

    5 / 23 / 2013 1:58 pm

    Jokowi dari Sulawesi Barat
    Alasan kurang diekspos mungkin karena beliau tidak berada di Jawa yang notabene pusat pemerintahan Indonesia.

    Btw fotonya beliau mana pak?
    Hehehe

    Reply

Nickname:

E-mail:

Homepage:

Your comment:

Add your comment