Dunia dirgantara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Banyak tokoh-tokohnya telah mendirikan pondasi-pondasi teknologi maupun organisasi dalam penerbangan Indonesia. Seperti Wiweko Soepono yang terkenal dengan inovasi FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) untuk Garuda Indonesia, atau Yum Sumarsono yang merupakan bapak helikopter Indonesia. Keduanya merupakan anak bangsa yang sempat berkiprah di AURI. Namun dibalik dua tokoh tersebut terdapat seorang anak bangsa yang disebut sebagai Bapak AURI Indonesia, seorang keturunan Keraton Kanoman Cirebon yang lahir di Banyuwangi. 

Namanya adalah Soerjadi Soerjadarma. Seorang tokoh besar dalam catatan sejarah TNI Angkatan Udara (TNI AU) Republik Indonesia. Kiprahnya dalam dirgantara Indonesia tidak lagi perlu diragukan, selama 16 tahun dirinya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) dan sempat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang (KASAP) yang setingkat dengan Panglima TNI saat ini. 

Pria kelahiran 6 Desember 1912 tersebut telah bercita-cita sebagai penerbang sejak kecil. Namun saat itu di Indonesia belum ada sekolah penerbang sipil, dan untuk mengikuti pendidikan penerbang haruslah seorang opsir lulusan Koniklijke Militaire Academie (KMA) yang ada di Breda, Belanda.

(Foto: dok. Angkasa / NationalGeographic.co.id)
Tekadnya yang kuat kemudian membawanya mengikuti pendidikan KMA pada tahun 1931. Saat itu Soerjadarma adalah satu dari empat puluh anak bangsa yang mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan di sana. Keterlibatan Soejadarma dengan dunia penerbangan baru dimulai pada tahun 1936 ketika ditugaskan ke Luchtvaart Afdeling KNIL di Bandung. Namun baru masuk ke Sekolah Penerbang KNIL pada tahun 1937 ketika berpangkat Letnan Satu. 

Pengalaman Soerjadarma di dunia militer udara juga sangat banyak, terutama saat Belanda terdesak oleh invasi Jepang. Salah satu pengalaman yang hampir membuat dirinya gugur adalah pada 13 Februari 1942, ketika itu Soerjadarma memimpin pengeboman kapal penjelajah (cruiser) milik Jepang. Namun terjadi serangan balik oleh Jepang. Pesawat yang dipiloti Soejadarma mengalami kerusakan namun berhasil kembali kepangkalan.