Membuat inovasi produk seharusnya berawal dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh tiga mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) Malang ini. Berawal dari keluhan peternak kelinci di daerah Karangploso, Kabupaten Malang, mereka berusaha memecahkan persoalan penyakit diare yang sering dialami oleh kelinci ternak.

Tiga mahasiswa tersebut adalah Rhezaldian Eka Darmawan (Fakultas Teknik), Galuh Dianita Fitri (Fapet), dan Anas Nur Hidayah (FPIK). Berkat kolaborasi lintas jurusan tersebut mereka berhasil menciptakan obat diare kelinci dari daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi). Kreasi ini diklaim lebih efektif dan lebih murah dibandingkan dengan cara konvensional yang sering dilakukan oleh para peternak kelinci di Karangploso.

“Kita membuat antibiotik untuk kelinci karena kelinci yang paling sering diserang penyakit diare apalagi di Malang waktu musim hujan,” kata Rhezaldian seperti dikutip dari Prasetya UB Selasa (16/01/2016).

Rhezaldian menjelaskan bahwa umumnya peternak kelinci terbiasa memberikan antibiotik sapi ketika ternak mereka terkena diare. Namun kurangnya pengetahuan, antibotik sapi ini tetap diberikan untuk kelinci, padahal dosisnya terlalu besar.

“Diare disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli) dan beberapa bakteri gram negatif lainnya. Dari referensi yang kami baca, obat anti diare yang tepat adalah yang terbuat dari senyawa tanin. Akhirnya kita buat dari daun belimbing wuluh yang kaya senyawa tanin,” kata mahasiswa Jurusan Teknik Kimia itu.

Rhezaldian mengungkapkan bahwa penyebab diare pada kelinci sama dengan kasus diare pada manusia. Namun, ketika terkena diare, manusia mayoritas menggunakan obat yang terbuat dari ekstrak daun jambu biji.

Melihat kesamaan tersebut Rhezaldian dan rekannya menguji potensi dari daun belimbing wuluh untuk mengobati penyakit diare alternatif. Sebab daun jambu biji sendiri memang telah banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan sebagai pil anti diare manusia.

Di lain sisi, daun belimbing wuluh masih belum banyak dimanfaatkan oleh manusia. Inilah yang melatar belakangi tim untuk membuat obat anti biotik diare kelinci dari daun belimbing wuluh. Obat ini mereka namakan Rabbit Herbal Antibiotic (RABALTIC).

“Dari beberapa penelitian sebelumnya disebutkan 16 gr ekstrak tanin dan 100 ml akuades adalah yang paling optimal untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli,” jelas alumni SMA Brawijaya Smart School itu.

Penggunaanya cukup dicampurkan ke dalam minuman kelinci dengan dosis 2,5 ml. Mahasiswa asli Malang ini juga menjelaskan bahwa RABALTIC telah diuji coba di peternakan kelinci rekanan dengan hasil yang sangat memuaskan.

“Kelinci kalau sudah kena diare bisa menyebar dan menular ke kelinci lainnya sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan kematian,” ungkapnya.

Rhezaldian mengungkapkan bahwa RABALTIC dijual dengan harga Rp 19.000,-/100 ml. Dan tidak menutup kemungkinan harga produk tersebut bisa lebih murah lagi bila diproduksi secara massal.

Ke depan, mereka berharap obat ini bisa digunakan untuk manusia. Hanya saja bila digunakan untuk manusia perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengingat organ tubuh pada manusia lebih kompleks.


Sumber :  Prasetya UB
Sumber Gambar :
Prasetya UB

Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar Anda...
READ NEXT
BACK TO TOP
Di Ketinggian 2.200 mdpl Tempat Ini Masuk Daftar Tempat Wajib Kunjung Sedunia
Di Ketinggian 2.200 mdpl Tempat Ini Masuk Daftar Tempat Wajib Kunjung Sedunia
Dalam waktu tertentu masyarakat yang tinggal di kota akan mencari tempat untukrileks dan menyegarkan pikiran mereka dari kesibukan kegiatan harian. Sedangkan para traveler akan mencaritempat-tempat baru yang masih sepi agar mereka dapat menikmati liburannya. Tujuan mereka sama yakni mencari tempat wisata entah itu tempat baru ataupun tempat yang sudah terkenal. Dikutip
Pulau "Lombok" Ternyata Tak Berarti Cabai
Pulau "Lombok" Ternyata Tak Berarti Cabai
Lombok dan Sasak, dua kata ini memang tak bisa terpisahkan, Lombok merupakan nama pulaunya dan Sasak adalah nama suku asli yang menempati pulau tersebut. Namun, taukah anda apa makna dari "Lombok" dan "Sasak"?. untuk mengetahuinya silahkan baca artikelnya sampai selesai :). Banyak orang luar lombok berpendapat bahwa "Lombok" berasal dari nama
Pohon Identitas Jawa Barat yang Menjadi Nama Daerah di Jakarta
Pohon Identitas Jawa Barat yang Menjadi Nama Daerah di Jakarta
Gandaria merupakan nama pohon dan buah yang mempunyai nama latin (ilmiah) Bouea macrophylla. Pohon gandaria juga ditetapkan sebagai flora identitas dari provinsi Jawa Barat, mendampingi macan tutul (Panthera pardus) yang ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Jawa Barat. Pohon gandaria (Bouea macrophylla) disebut juga sebagai ramania atau kundangan di beberapa daerah di
Mengenal Aplikasi Masjidku Sebagai Karya Anak Bangsa Untuk Memakmurkan Masjid di Indonesia
Mengenal Aplikasi Masjidku Sebagai Karya Anak Bangsa Untuk Memakmurkan Masjid di Indonesia
Mengenal MasjidkuMasjidku adalah suatu inisiatif untuk memakmurkan masjid atau musholla melalui teknologi informasi dan komunikasi. Bentuknya adalah penyediaan aplikasi gratis untuk masjid dan juga umat Muslim yang mampu menghubungkan antara masjid atau musholla dengan umat. Masjid atau musholla yang terdaftar juga bisa mendapatkan website gratis. Aplikasi dan website ini bermanfaat sebagai :Media informasi yakni mendorong
Misteri "Flying Dutchman", Kapal SS. Ourang Medan
Misteri "Flying Dutchman", Kapal SS. Ourang Medan
Suatu hari di bulan Juni 1947, 2 kapal Amerika yang sedang berada di Selat Malaka -- City of Baltimore dan Silver Star -- menerima pesan darurat dari kapal dagang milik Belanda, SS Ourang Medan Atau "Orang Medan". Seorang operator di kapal Ourang Medan mengirimkan kode Morse. Isinya: "Semua awak kapal, termasuk kapten terbaring sekarat di ruang peta (chartroom) dan anjungan. Mungkin semuanya telah meninggal dunia."
Lampu dari Bakteri yang Tahan Seumur Hidup Karya Mahasiswa Malang
Lampu dari Bakteri yang Tahan Seumur Hidup Karya Mahasiswa Malang
Satu lagi inovasi anak bangsa. Seorang mahasiswa Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya berhasil mengubah bakteri menjadi lampu hemat energi. Di tangan Elok Fitriani Tauziat, Nurhasna Fauziyyah, dan M. Alfian Arifin, bakteri Bioluminescene diolah menjadi lampu biolie yang menghasilkan cahaya 10,68 watt. Lampu ini mampu menerangi ruangan dalam radius 68 meter.