Namanya Ladino Ringgono. Masyarakat di Desa Braja Yekti, Kecamatan Braja Slebah, Kabupaten Lampung Timur, Lampung, lebih akrab memanggilnya Mbah Ladino. Panggilan jamak yang diberikan kepada orang tua di desa ini, desa terdekat di Taman Nasional Way Kambas. Tahun ini, lelaki kelahiran Wonogiri, Solo ini akan merayakan ulang tahunnya yang ke-74. Namun, jauhkan pandangan sepuh darinya. Sampai sekarang, ini terus berkarya. Memperkenalkan seni tradisional Indonesia yang pada eranya begitu dikenal dan dianggap asing oleh generasi muda masa kini. Wayang kulit (Foto by Karmaimages)

Sejak 1960, Ladino cinta mati akan wayang kulit. Sudah 280 karakter wayang yang ia buat. Sebagian besar dijual dan sebagian lagi dipergunakan saat dirinya berubah wujud menjadi dalang.

Di Lampung, wayang-wayang buatan Ladino beredar luas. Untuk membuat satu wayang yang bahan bakunya dari kulit lembu atau kerbau, dibutuhkan waktu satu minggu pengerjaan. “Namun, untuk ukuran lebih besar, sekitar satu meter, diperlukan waktu 15 hari, karena lebih ekstra melakukannya,” ujar Ladino, saat ditemui di rumah kerjanya, pertengahan Desember 2015.

Ladino (Foto by Rahmadi Shafa)

Kemampuan Ladino membuat wayang diperolehnya saat masih menetap di Solo. Keinginan memperdalam dunia wayang, ia tekuni begitu selesai mengenyam ilmu memahat, sekitar 1958. Perlahan dan pan pasti, ia belajar bagaimana cara membuat wayang, sesuai lekuk sang tokoh. Perjalanan hidup Ladino berlanjut. Tahun 1967, ia merantau ke Lampung, coba mencari peruntungan. Merasa kerasan, Ladino muda tak malu mengembangkan ilmu wayangnya di tempat barunya itu. Bahkan, untuk melengkapi kemampuannya, ia belajar juga cara mendalang yang baik dan disukai penonton.

“Dari 1969 hingga 1985, saya selalu ngedalang. Kapan saja siap, mau siang atau malam, gak masalah. Terutama di daerah Metro, Lampung,” ujarnya. Sekarang, karena faktor usia juga, saya sudah tidak kuat, apalagi begadang. “Malu kan kalau lagi beraksi tiba-tiba batuk. “Karena itu, saya lebih fokus membuat wayang meski sesekali ngedalang bila diminta mengisi acara desa.”

Perlambang manusia

Sejatinya, wayang merupakan perlambang sifat manusia. Wayang dibuat untuk mewakili karakter baik dan buruk manusia. Arjuna misalnya, selalu sabar dalam menghadapi permasalahan.

“Ini seperti karakter Presiden Jokowi yang penyabar dan pemaaf. Saya senang sekali,” ujar Ladino. Bagaimana tokoh lainnya? Ladino pun memperlihatkan koleksinya. Sebut saja tokoh-tokoh Pandawa Lima selain Arjuna seperti Yudistira, Bima, Nakula, dan Sadewa. Ada juga Kaumbakarna

dan saudaranya Rahwana, serta Dorowati dan Semar yang digambarkan sebagai pengayom manusia.  

Wayang kulit (foto by Laksanahtl)

 Dari semua karakter yang ditunjukkan itu, saya sempat menebak, Mbah Ladino pastinya nge-fans berat pada Arjuna yang sosoknya kalem. Ini berdasarkan penuturannya yang sering menyebut namanya sebagai panutan hidupnya. Nyatanya meleset. “Saya mewakili Bima, karena masih suka marah meski sudah kepala tujuh,” ujarnya tanpa ragu.

by Rahmadi Shafa

Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar Anda...
READ NEXT
BACK TO TOP
Putri Raja Thailand akan Berkunjung ke Ternate. Ini Tujuannya
Putri Raja Thailand akan Berkunjung ke Ternate. Ini Tujuannya
Kesultanan Ternate, Maluku Utara telah mendapatkan kepastian terkait kunjungan putri Raja Thailand
Ahli Hukum Luar Angkasa Pertama dari Indonesia
Ahli Hukum Luar Angkasa Pertama dari Indonesia
Banyak orang Batak menjadi pakar hukum ataupun pengacara, menangani ragam kasus pidana dan perdata. Namun, Raymond Jr Pardaeman Sihombing berbeda dari lainnya. Kepakarannya adalah hukum luar angkasa atau sub-orbital law. "Ahli hukum di Bumi sama banyak dengan undang-undang yang dibuat manusia. Namun, Raymond ini ahli hukum luar angkasa," demikian kata Oratmangun
Buah ini Menjadi Asal Nama Kerajaan Majapahit
Buah ini Menjadi Asal Nama Kerajaan Majapahit
Konon, saat Raden Wijaya menerima sebidang tanah yang kemudian dibangunnya menjadi kerajaan besar, seorang prajuritnya memakan buah maja yang berasa pahit. Dari sanalah kemudian lahir nama Majapahit. Tapi benarkah buah maja berasa pahit?. Buah maja yang dikenal umum di Indonesia adalah buah sebangsa jeruk-jerukan bernama latin yang masih berkerabat dekat
Top Apps Karya Anak Bangsa
Top Apps Karya Anak Bangsa
INFOGRAFIS 16 hours ago
 Bapak Gasing Nusantara dari Salatiga
Bapak Gasing Nusantara dari Salatiga
Gasing adalah salah satu permainan tradisional yang sudah mulai jarang ditemui untuk dimainkan anak-anak Indonesia. Beberapa budayawan bahkan menganggap bahwa gasing tradisional Indonesia sudah diambang kepunahannya bila tidak dilestarikan dan perlu untuk kembali dikenalkan pada masyarakat. Semangat melestarikan gasing inilah yang kemudian mendorong Endi Aras untuk mengoleksi setiap gasing tradisional yang
Pernahkah anda melihat seperti apa pohon Jengkol?
Pernahkah anda melihat seperti apa pohon Jengkol?
Hampir semua dari kita mengenal Jengkol, atau setidaknya mendengar namanya. Namun mungkin tak banyak dari kita yang pernah memakannya, dan mungkin lebih sedikit yang mengenal asal usul jengkol, apalagi melihatnya tumbuh di pohon aslinya. Banyak yang mengenalnya hanya dari baunya, dan menghindarinya. Nah, bicara jengkol, ada baiknya kita mengenal lebih