Inilah Alasan Mengapa Bahasa Indonesia Bisa menjadi Bahasa ASEAN

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

Persaingan bahasa terus menjadi pembahasan yang terus menarik untuk diperbincangkan. Bila sebelumnya beberapa pakar bahasa di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu bahasa Internasional yang berpengaruh. Kali ini dalam situasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) potensi bahasa Indonesia juga turut diteliti serta dicanangkan untuk menjadi bahasa ASEAN.

Sebagaimana pakar bahasa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr Suhartono SPd MPd yang menilai Bahasa Indonesai berpotensi menjadi Bahasa ASEAN pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Ada dua bahasa yang berpotensi menjadi Bahasa ASEAN, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu,” kata dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unesa tersebut seperti dikutip dari ANTARA.

Ilustrasi: Belajar bahasa Indonesia (Gambar: wikihow.com)

Ilustrasi: Belajar bahasa Indonesia (Gambar: wikihow.com)

Menurutnya terdapat empat argumentasi ilimiah yang menguatkan posisi Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa Melayu. Meskipun pemerintah Republik Indonesia masih perlu untuk melakukan diplomasi untuk memperjuangkan posisi bahasa persatuan bangsa Indonesia ini.

“Keempat argumentasi itu adalah Bahasa Indonesia itu sudah banyak dipelajari pada banyak negara, mudah dikuasai, laju perkembangannya fantastis, dan sebagaian kosa kata Indonesia juga ada di dalam bahasa negara-negara ASEAN,” katanya.

Suhartono menjelaskan bahwa perbedaan antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu adalah dalam hal distribusi yang tidak merata. Bahasa Melayu diyakini telah terdistribusi di berbagai negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan. Namun secara statistik jumlah pengguna Bahasa Indonesia telah mencapai 60 persen di tingkat ASEAN.

“Apalagi, meski tidak merata seperti Melayu, tapi kosa kata Indonesia ada pada sejumlah negara ASEAN, seperti candra di Kamboja dan Indonesia sama-sama berarti rembulan, atau bum atau land di Thailand yang di Indonesia mirip kata bumi atau tanah,” katanya.

Bahkan, kosa kata di Thailand juga mirip kosa kata bahasa daerah di Indonesia, seperti suwarna di Thailand yang berarti emas dan dalam Bahasa Jawa juga berarti emas. “Atau, kodang di Thailand juga mirip gudang dalam bahasa kita,” katanya.

Oleh karena itu, Bahasa Indonesia yang tidak merata dalam sebaran seperti Bahasa Melayu itu juga lebih mudah diterima dan sudah lama menjadi bahasa komunikasi ada tiga negara yakni Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

“Apalagi, saya mendengar di beberapa negara ASEAN juga sudah banyak dipelajari Bahasa Indonesia untuk kepentingan MEA. Di luar itu, Bahasa Indonesia juga sudah banyak dipelajari di Jepang, Australia, dan negara lain di dunia,” katanya.

Senada dengan itu, Rektor Unesa Prof Warsono mendukung ikhtiar pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan negara-negara ASEAN agar Bahasa Indonesia bisa menjadi Bahasa ASEAN.

“Unesa turut mendorong Bahasa Indonesia menjadi Bahasa ASEAN, karena pengguna bahasa Melayu mencakup 60-70 persen penduduk ASEAN di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam,” katanya.

Penjelasan beberapa pakar diatas menjelaskan bahwa sebenarnya dalam momen MEA, Indonesia tidak perlu banyak bergantung pada bahasa asing untuk memenangkan persaingan. Hal yang perlu dilakukan adalah bersiap dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi utama. Sebab bahasa Indonesia memang telah siap untuk bersaing dengan bahasa-bahasa asing lainnya.

sumber: ANTARA

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ