“Menguasai” kembali Asia Tenggara

Written by Akhyari Hananto Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

BY Akhyari Hananto

Saya teringat ketika seorang teman saya dari Bangkok menulis tentang rencana Indonesia (dengan dukungan Rusia) membangun pusat peluncuran pesawat ruang angkasa di kawasan bandara Frans Kaisepo, Biak, Papua.  Di blog-nya, dia menulis sesuatu yang membuat saya merinding,

“When Indonesia comes across my mind, all I remember is about great warriors.“

Sebenarnya mudah saja menelaah hal tersebut. Kawan saya ini masa kecilnya sering membaca sejarah, dan seringkali menemukan Indonesia di dalamnya.  Selain ini, Indonesia pada tahun 70-80-90an menjadi buah bibir di Asia Tenggara, masa itu adalah masa di mana para pemusik Indonesia sering melakukan konser di Malaysia, Singapura, atau Brunei; masa dimana peluncuran satelit Palapa I menjadi bahan pelajaran di sekolah-sekolah dasar di Asia Tenggara; masa dimana Indonesia mengirimkan ribuan guru-guru ke Malaysia; masa dimana militer Indonesia adalah salah satu yang terkuat di kawasan; masa dimana Indonesia selalu unggul (dan sering menjadi juara umum) dalam ajang Sea Games; masa dimana Kontingen Garuda tersebar berbagai penjuru dunia; masa ketika Indonesia membawa inisitif perdamaian di Kamboja, Filipina selatan, dan lain lain.

Kapal Phinisi yang membawa pelaut pelaut Nusantara menjelajahi Samudera di masa lalu (foto by boatbuildingindonesia.com)

Masa-masa itu kini seolah tenggelam dengan berbagai masalah yang mengitari bangsa ini dari waktu ke waktu. Namun yang tidak disadari banyak orang adalah secara perlahan, budaya, karya, dan pengaruh Indonesia kembali menembus batas dan merasuki generasi-generasi baru di Asia Tenggara. Hal ini tidak terlepas dari beberapa sebab, diantaranya menghamburnya turis-turis Indonesia ke Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan lain lain. Saya tidak memiliki jumlah akurat berapa turis Indonesia di negara-negara tersebut, tapi bayangkan saja, jumlah turis Indonesia ke Singapore adalah yang terbesar (setelah China) dibandingkan turis dari negara-negara lain, jumlah turis Indonesia di Malaysia adalah yang terbanyak ke dua setelah turis Singaoura. Selain itu juga tentu saja, banyaknya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor-sektor swasta dan informal di kedua negara tersebut.

Di lain pihak, makin banyak negara-negara Asia Tenggara yang berkunjung ke Indonesia. Jumlah turis Singapura dan Malaysia masuk dalam 10 besar turis asing ke Indonesia, dan jumlah ini terus bertambah.

Tari kecak Bali yang selalu mengagumkan turis (foto balithisweek.com)

Karena faktor diatas, makin banyak saja kedai makanan Indonesia yang buka di Singapura atau Malaysia, bahkan sampai di Kamboja dan Vietnam. Warung Bali di Phnom Penh, Kamboja adalah salah satu restoran yang populer di sana. Ayam Penyet, nasi padang, rendang, cendol, dan masakan khas Indonesia yang ain, bisa menjadi begitu populer di Malaysia, Brunei dan Singapore karena faktor di atas.

Dan sepertinya, lagu-lagu Indonesia tetap akan sering diperdengarkan di Malaysia, Brunei dan Singapura, bahkan dinyanyikan dalam kontes-kontes musik di TV-TV dan media di negara tersebut.

Tentu sesuatu yang hal wajar bila Indonesia yang begitu besar bisa memberi influence ke negara-negara lain di Asia Tenggara.  Indonesia telah lama bisa jauh lebih besar menembus batas batas negara. Di jaman Majapahit dan Sriwijaya, konon Nusantara bahkan menyebar sampai Filipina, Vietnam, Kamboja, Thailand selatan, Malaya, dan Srilanka. Kapal-kapal Phinisi dari Bugis dan Makassar telah lama mengarungi Samudera dan menjangkau jauh ke tempat-tempat di benua lain. Jauh sebelum bangsa barat.

Pertanyannya kini adalah, apakah Indonesia mampu mengulang pengaruh besarnya di masa lalu itu di era kita ini? Apakah Indonesia, bisa seperti India yang menjadi warna dominan di Asia Selatan?

Kesempatan yang kita dapat sekarang ini, adalah kesempatan yang paling baik. Masyarakat Ekonomi Asean yang sudah berlaku sejak awal tahun ini, adalah pintu besar yang terbuka lebar bagi Indonesia untuk kembali menjadi juara Asia Tenggara. Bersama dengan seluruh elemen bangsa yang lain, Indonesia akan bisa.

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ