Perusahaan-Perusahaan Milik Indonesia siap Bersaing di ASEAN

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

GNFI – Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang resmi terhitung sejak 1 Januari yang lalu mendorong setiap entitas ekonomi di Indonesia untuk siap bersaing. Sebab persaingan bisnis kali ini tidak hanya datang dari domestik saja namun juga secara regional khususnya perusahaan-perusahaan negeri maupun swasta dari wilayah Asia Tenggara dalam lingkup perserikatan bangsa-bangsa Asia tenggara (ASEAN).

BUMN sebagai salah satu tulang punggung keunggulan perekonomian negara Republik Indonesia menjadi perusahaan yang digadang-gadang mampu menjadi yang terdepan. Oleh karena itu Menteri BUMN Rini Soemarno pun telah memastikan bahwa perusahaan milik negara siap menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Saya mengatakan, kita tidak perlu takut menghadapi MEA. Sinergi BUMN membuat perusahaan semakin kuat di dalam negeri, sehingga perusahaan asing yang akan masuk dari ASEAN tidak akan maksimal karena BUMN kita semakin kuat,” kata Rini, saat menutup acara Forum BUMN : “Sinergi BUMN Untuk Transformasi Indonesia”, di Jakarta, seperti dikutip dari bisnis.com

BUMN

Kekuatan BUMN dapat meningkat hingga 20 kali lipat bila BUMN ketika singergisitas perusahaan telah berjalan sehingga dapat mempertahankan posisi Indonesia di MEA.

“Indonesia menguasai 60 persen ekonomi ASEAN. Jadi dengan sinergi di semua sektor BUMN maka optimalisasi perusahaan bisa tercipta hingga 10-20 kali lipat dari sebelumnya,” tegas Rini.

Rini juga mengatakan pentingnya kerja sama antar BUMN dengan melihat seluruh lini bisnis masing-masing yang saat ini telah mencapai 119 BUMN. BUMN-BUMN tersebut banyak diantaranya yang memiliki jenis usaha yang sama, hampir sama satu sama lain sehingga bila dapat disatukan akan menjadi kekuatan besar. Sedangkan induk usaha bisa lebih fokus dalam menjalankan bisnis inti perseroan.

Ia mencontohkan, Perbankan BUMN jika sendiri-sendiri sangat tidak mampu menghadapi gempuran perbankan ASEAN yang memiliki modal jauh lebih besar dibanding Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN.

Untuk itu Rini sudah menginstruksikan Bank BUMN bersinergi untuk mengurangi biaya-biaya. Seluruh Bank BUMN juga diminta untuk menggunakan satelit milik BRI agar lebih efisien dalam hal penggunaan teknologi, serta menggunakan “system IT switching” bersama sehingga ATM bisa digunakan bersama.

Sedangkan di sektor migas, Rini mencontohkan agar Pertamina dan PGN dapat bersinergi dimana Pertagas anak usaha Pertamina diakuisisi PGN.

“Pengambilalihan Pertagas oleh PGN agar tidak saling “berantem”. Pertagas bangun pipa gas pada jalur dan lokasi yang sama dengan PGN. Ini harus disatukan saja, supaya lebih efisien,” ujarnya.

Ia mencontohkan, saat ini total panjang pipa distribusi gas PGN mencapai sekitar 6.000 kilometer jika disatukan dengan pipa distribusi Pertagas yang saat ini 3.000 kilometer maka akan mencapai sekitar 9.000 kilometer.

“Jika disinergikan maka mungkin seluruh rumah-rumah di Indonesia bisa jadi sudah tersambung atau teraliri gas kota,” ujar Rin.

Sedangkan di sektor logistik dan maritim, ia menggambarkan harus diintegrasikan kekuatan antara perusahaan-perusahaan pelayaran dan pengelola pelabuhan sehingga biaya logistik bisa lebih murah. (*BR)

sumber: Bisnis Indonesia

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ