Masjid Biru St. Petersburg. Simbol Persaudaraan. Simbol kepedulian. Indonesia dan Rusia

Written by Indra Ristanta Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Siapa tak tahu kota St. Petersburg ? kota di belahan bumi utara ini sangat terkenal di seantero Rusia bahkan dunia setelah Moskwa, Vladivostok ataupun Kazan. Kota yang dulu bernama Leningard ini juga terkenal dengan pemandangan alam yang luar biasa indah. Pada musim panas di minggu ketiga bulan juli kota ini akan mendapatkan sinar matahari sepanjang hari atau orang bilang White Night,hari dimana matahari masih terlihat dan bersinar ditengah malam. Peristiwa ini terjadi karena matahari saat musim panas akan berada di utara katulistiwa yang menyebabkan matahari mengalami penyinaran sepanjang hari, begitu sebaliknya saat di musim dingin. Sebuah fenomena alam yang unik ini pula yang membuat St. Petersburg sangat digandrungi oleh pelancong dari berbagai negara.

masjid soekarno

Melihat sisi lain dari kota St. Petersburg, kita akan menemukan berbagai keunikan yang kemudian menjadi kebanggan masyarakat di St. Petersburg pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Siapa sangka di negeri yang dulu di kuasai oleh komunis ini, Islam pernah berjaya dan menorehkan sejarah bagi Rusia. Islam telah menjadi agama dikalangan masyarakat Rusia jauh sebelum Kristen Ortodoks menjadi agama mayoritas mereka seperti sekarang. Namun, keberadan Islam dan Kristen sempat menghilang akibat kuatnya pengaruh komunis di Rusia. Hal yang berbau agama dibatasi oleh penguasa. Kota St. Petersburg sendiri dibangun oleh Peter the Great pada abad ke-17. St. Petersburg dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama 9 jam perjalanan dari kota Moskwa, hampir sama dengan Jakarta-Yogyakarta apabila ditempuh dengan kereta eksekutif.

Keunikan yang akan ditemui di St. Petersburg adalah adanya sebuah masjid yang sangat terkenal. Masjid ini sering disebut dengan Masjid Biru atau The Blue Mosque. Meski nama aslinya adalah Masjid Jam’ul Muslimin. Mengapa disebut Masjid Biru ? hal ini dikarenakan kubah masjid dan gerbang biru nan cantik yang dimilikinya. Masjid ini terletak di jantung kota St. Petersburg dan terletak di antara berbagai objek wisata utama, sehingga masjid ini banyak dikenal oleh siapapun. Tak terkecuali wisatawan asal Indonesia, atau para pelajar yang sedang melanjutkan studi di Rusia pasti akan mengunjungi masjid ini sebagai destinasi wisata mereka. Bermimpi berkunjung ke masjid ini bagi muslim Indonesia bukanlah sesuatu yang aneh apalagi salah. Berbagai cerita unik yang pernah di lansir media masa maupun buku selalu memberikan tambahan semangat untuk berziarah ke masjid penuh sejarah ini.

Masjid Biru (The Blue Mosque) atau Masjid Jam’ul Muslimin ini dibanguan pada tahun 1910 ketika umat Islam di Rusia hanya berjumlah delapan ribu orang. Sebagian besar para pekerja yang membangun masjid ini adalah mereka yang tengah membuat kapal di galangan sungai Neva. Para pekerja ini berasal dari kawasan selatan Soviet, seperti Dagestan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Izin pembangunan masjid ini diberikan langsung oleh Tsar Nikolai II pada 3 Juli 1907 di Petergof. Arsitek masjid ini adalah Nikolai Vasilyev yang memadukan oranamen ketimuran dan mozaik biru toska pada kubah, gerbang masjid, menara, serta mihrab imam. Oleh karena itu, masjid ini kemudian dikenal dengan Masjid Biru (The Blue Mosque).

Pembangunan masjid ini dilakukan setelah dibentuk komite khusus pada 1906 yang diketuai Ahun Ataulla Bayazitov. Emir Bukhara, Said Abdul Ahad tercatat sebagai penyumbang terbesar pembangunan masjid ini. Pada 1913, masjid ini resmi dibuka dan menjadi masjid terbesar di Eropa. Masjid ini memiiki kubah biru setinggi 39 meter dan menara kembar setinggi 49 meter. Berdiri di jantung kota St. Petersburg, bersebrangan dengan benteng Peter dan Paul. Di depannya terbentang taman Gorkorvskaya yang luas serta dpenuhi pepohonan tua.

Interior masjid ini juga menarik. Diatas pintu masuk terdapat sebuah kaligrafi berukuran sedang yang bertuliskan ayat Al Quran “ Masuklah dengan Damai dan Aman“. Setelah melewati ruang penerimaan, kemudian memasuki masjid lantai pertama yang mampu menampung dua ribu jamaah. Kubah masjid yang berwarna biru dari luar, didalamnya terdapat ukiran dan lukisan yang dipengaruhi oleh budaya Arab dan menggantung ditengahnya lampu bulat besar bertahtakan kaligrafi buatan Rusia dengan berat lebih dari 2 ton.

Mihrab masjid berwarna biru terbuat dari ribuan marmer yang di desain khusus. Di tengah-tengahnya terdapat silhuet berupa kaligrafi yang menegaskan pesan-pesan Allah tentang kebaikan dan kebijakan yang harus dianut umatnya. Disampingnya, terdapat mimbar khotbah tinggi yang tangganya terbuat dari kayu yang terawat. Lantai dua dan tiga dipakai untuk shalat jamaah wanita. Uniknya, untuk bisa mengikuti shalat berjamaah, para wanita hanya bisa melihat ke imam melalui dua jendela yang telah disiapkan. Model ini merupakan model Mesir yang seperti dapat dilihat pada bangunan masjid gaya Mesir.

Pilar-pilar besar penyangga kubah dan lantai dua serta tiga dihiasi dengan aneka lukisan bunga yang merupakan perpaduan dari budaya kawasan Rusia selatan. Pembagian ruang yang teratur dan rapi serta kebersihan yang selau dijaga menambah kesan menarik bagi masjid ini. Ada juga kaligrafi yang terbuat dari kayu berukuran sekitar 1 x 2 m yang terpajang di samping ruang imam. Tembakan dua lampu dari samping dan atas memberikan nuansa tersendiri atas tatahan indah Surah Al Fatihah yang berada ditengah-tengah ukiran model Bali, hadiah dari Presiden Megawati saat berkunjung ke Rusia.

Pada sebuah catatan sejarah, masjid ini pernah menjadi gudang selama bertahun-tahun di masa pemerintahan Soviet masih berkuasa. Bahkan nasib yang sama juga dialami oleh tempat ibadah lain. Pasca Perang Dunia II (1942-1956) setelah Masjid Biru dijadikan gudang dan di tutup kemudian pada tahun 1980 di pugar secara besar-besaran. Sebelumnya, pada era tahun 50-an Masjid ini menjadi saksi hubungan Indonesia dengan Uni Soviet. Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Rusia pada tahun 1950. Pada saat kunjungan resmi Presiden Soekarno ke Rusia pada 1956 sebuah peristiwa penting terjadi. Saat Presiden Soekarno sedang berjalan-jalan ke kota Leningard (St. Petersburg) ia melihat dan melewati sebuah bangunan yang menurutnya adalah sebuah masjid. Namun karena protokol Rusia tidak mengizinkan seorang sopir berbicara dengan pejabat negara membuat Soekarno kecewa karena saat ingin memutar balik ke arah bagunan tadi tidak dapat turun. Singkatnya, kemudian ia kembali ke Leningard di lain waktu karena ia berkata kepada presiden Rusia belum sempat mengunjungi Leningard. Oleh sebab itu ia kembali ke kota tersebut dan mengunjungi masjid tersebut. Selang sepuluh hari sepulangnya Soekarno dari Rusia, masjid yang semula dijadikan gudang itu kemudian di kembalikan ke fungsi aslinya menjadi sebuah masjid yang kemudian dipugar kembali pada 1980. Atas lobi Soekarno kepada Presiden Rusia masjdi ini kembali digunakan. Masyarakat muslim Rusia sampai saat ini tidak pernah lupa atas jasa Soekarno yang membuat masjid ini kembali berfungsi. Oleh sebab itu, masjid ini juga sering disebut sebagai Masjid Soekarno. Meskipun, ideologi komunis pada saat itu masih sangat berpengaruh di Rusia ternyata karena persahabatan itu masjid Biru kembali berkumandang adzan dan Sholat mulai di lakukan di masjid ini.

Sumber :

M. Aji Surya dan Frassminggi Kamasa, Geliat Islam di Rusia; Catatan Diplomat Indonesia, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2012.

Wikipedia, Encyclopedia English. Blue Mosque in St. Petersburg, Russia.

RBTH Indonesia, Masjid Biru Sankt Petersburg,Saksi Sejarah Manisnya Hubungan Indonesia-Soviet di Era 50-an. www.indonesia.rbth.com/discover_russia/2015/02/23/masjid_biru_sankt_petersburg_saksi_sejarah_manisnya_hubungan_26909.

Written by Indra Ristanta Member at GNFI

More post by Indra Ristanta
     
    0 comments
      Livefyre
    • Get Livefyre
    • FAQ