5 Perayaan Unik, Maulid Nabi Muhammad

Written by Asrari Puadi Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Peringatan hari lahir atau Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal Hijriyah, dirayakan dengan berbagai cara oleh umat Islam di Indonesia. Ragam perayaan itu berakar dari kebiasaan dan adat istiadat daerah setempat, dimulai dari menggelar pengajian di masjid-masjid, lomba baca Alquran, adzan, ceramah agama hingga lomba qasidah. Namun tahukah sahabat GNFI ternyata di sejumlah daerah memiliki perayaan yang unik dan berbeda dibandingkan daerah lainnya.

Berikut 5 tradisi unik, perayaan Maulid Nabi Muhammad dari berbagai daerah di Indonesia.

(https://holidai.files.wordpress.com)

(Perayaan Grebeg Maulud didepan Keraton Jogja, Foto : https://holidai.files.wordpress.com)

  1. Grebeg Maulud, Yogyakarta

Grebeg Maulud menjadi acara puncak dari serangkaian acara Sekaten, yang digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. setiap tanggal 5 hingga tanggal 12 Maulud atau Rabiul Awal. Acara ini ditandai dengan iring-iringan Gunungan yang diarak dari dalam Keraton menuju Masjid Gedhe untuk didoakan. Setelah itu gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat yang hadir dalam rangka ngalap berkah. Dalam arak-arakan ini ditampilkan pula parade prajurit Kraton Yogjakarta dalam pakaian dan formasi yang lengkap. Acara Sekaten dan Grebeg Maulud menjadi agenda tetap kota Yogjakarta yang sangat diminati baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

(travel.kompas.com)

(Panjang Jimat, Foto : travel.kompas.com)

  1. Panjang Jimat, Cirebon

Ritual tradisional Panjang Jimat rutin dan turun temurun dilaksanakan di Keraton Cirebon (Kanoman, Kasepuhan, Kacirebonan dan Kompleks makam Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, pendiri kasultanan Cirebon) tiap malam 12 Rabiul Awal atau Maulud. Sebutan Panjang Jimat sendiri berasal dari dua kata yaitu panjang yang artinya lestari dan jimat yang berarti pusaka. Jadi, Panjang Jimat berarti upaya untuk melestarikan pusaka paling berharga milik umat Islam selaku umat Nabi Muhammad Saw. yaitu dua kalimat syahadat. Pada puncak malam 12 Rabiul Awal diadakan ritual seremonial Panjang Jimat dengan mengarak berbagai macam barang yang sarat akan makna filosofis. Antara lain ada orang yang mengarak nasi tujuh rupa atau nasi jimat dari Bangsal Jinem yang merupakan tempat sultan bertahta, dibawa ke masjid atau musala keraton.

(media.ikhram.com)

(Panjang Mulud, Foto : media.ikhram.com)

  1. Panjang Mulud, Serang

Panjang Mulud biasa diadakan oleh masyarakat Serang, Banten dalam rangka peringatan Maulid Nabi Saw. Ini adalah tradisi mengarak berbagai jenis makanan, sembako, pakaian, dan uang dalam kendaraan yang telah dihias dengan kertas hiasan berwarna-warni. Konon, tradisi Panjang Mulud diwariskan sejak jaman Sultan Ageng Tirtayasa. Panjang Mulud sendiri merupakan tempat untuk mengangkut makanan yang dibagikan saat perayaan Maulid atau hari lahir Nabi Muhammad Saw. Seiring berjalannya waktu, bentuk Panjang Mulud kini juga mengikuti perkembangan budaya populer.

(banyuwangibagus)

(Pawai Endog-endogan, Foto : banyuwangibagus.com)

  1. Pawai Endog-endogan, Banyuwangi

Sesuai namanya, pawai Endog-endogan tersebut dilakukan dengan mengarak telur hias yang dalam bahasa Jawa memang disebut endog. Telur-telur yang telah direbus dihias sedemikian rupa dan semenarik mungkin. Umumnya ditusuk dengan kayu atau bambu lalu ditancapkan ke sepotong batang pisang. Batang pisang yang berhias bunga-bunga kertas dan telur warna-warni itu nantinya diarak untuk selanjutnya dibagikan atau diperebutkan. Tradisi Endog-endogan merupakan tradisi masyarakat Banyuwangi yang telah berlangsung puluhan tahun. Tradisi Endog-endogan ini menunjukkan budaya gotong royong masyarakat dan sebagai bentuk kecintaan masyarakat Islam terhadap Nabi Muhammad Saw. Ada sumber menyebutkan bahwa tradisi Endog-endogan diyakini merupakan peninggalan para ulama terkemuka yang menyebarkan Islam pertama kali di tanah Jawa yang dikenal dengan Wali Songo. Salah seorang dari Wali Songo tersebut, Sunan Giri adalah putra Blambangan, yang merupakan cikal bakal Kabupaten Banyuwangi.

20141226-fotoD

(Ilustrasi, Foto :Kompas/Agus Susanto)

  1. Dzikir Berdiri dan Melompat, Aceh

Di Panton Ree, Kabupaten Aceh Barat, Nangroe Aceh Darussalam, ada tradisi doa dan dzikir sambil duduk, berdiri serta melompat. Ini jadi pemandangan khas Maulid Nabi. Masyarakat mengekspresikan kegembiraannya atas kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan cara dzikir berbeda-beda. Acara ini ditutup dengan menyajikan hidangan dengan berbagai menu yang disebut idang meulapeh

 

Sumber : DatDut