Berkat Inovasi di Bidang Kimia, Enam Anak Bangsa Raih Penghargaan di Hawaii

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

Enam anak bangsa dianugerahi penghargaan penelitian dibidang kimia. Mereka adalah para peneliti dan dosen muda dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Penghargaan bernama Early Chemist Award tersebut diberikan dalam kesempatan Kongres Kimia Internasional, Pacifichem yang diadakan di Pasifik Basin Honolulu, Hawaii Amerika Serikat.

Keenam anak bangsa tersebut menerima penghargaan bersamaan dengan 40 orang peneliti lainnya dari seluruh dunia. Acara kongres terbesar terbesar bidang kimia dan ilmu spektroskopi di wilayah Asia Pasifik tersebut menyatakan bahwa karya penelitian mereka adalah yang paling inovatif untuk tahun 2015.

Para peneliti Indonesia saat menerima penghargaan. Novian Darmawan (Pertama dari Kiri), Sri Fatmawati (Kedua dari Kiri) Ali Khumaeni (Kedua dari Kanan) Lukman Hakim (Pertama dari Kanan) / Foto : Ali Khumaeni

Para peneliti Indonesia saat menerima penghargaan.
Novian Darmawan (Pertama dari Kiri), Sri Fatmawati (Kedua dari Kiri)
Ali Khumaeni (Kedua dari Kanan)
Lukman Hakim (Pertama dari Kanan) / Foto : Ali Khumaeni

Keenam peneliti dan dosen muda Indonesia itu adalah Ali Khumaeni (jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang), Sri Fatmawati (jurusan Kimia ITS Surabaya), Noviyan Darmawan (jurusan Kimia IPB), Lukman Hakim dan Aprilia Tasfiyati (Universitas Brawijaya), serta Dave Mangindaan (jurusan Teknik kimia Universitas Parahiayangan, Bandung).

“Penerima penghargaan ini dipilih berdasarkan novelti makalah, dan pengalaman penelitian serta hasil publikasi di bidangnya,” kata Ali Khumaeni, dosen fisika di Universitas Diponegoro, Semarang, sebagaimana dikutip dari BBC Indonesia, Senin (21/12).

Dalam simposium Pacifichem 2015, yang berakhir hari Minggu, 20 Desember 2015, Khumaeni menjelaskan tentang metode baru spektroskopi plasma laser (laser-induced breakdown spectroscopy) yang dapat digunakan untuk analisis logam berat pada tanah “secara cepat dan hasil sensitivitas tinggi”.

Khumaeni menjelaskan bahwa dengan metode LIBS ini serbuk tanah tidak perlu dibuat pelet atau perlakuan yang rumit untuk menjadi sampel penelitian karena menurutnya alat deteksi kandungan unsur dan molekul dalam konsentrasi yang rendah pada berbagai material telah berkembang pesat.

Pemanfaatan metode ini, menurut Khumaeni dapat dilakukan dibanyak bidang seperti bidang lingkungan, geologi, kesehatan, industri logam, industri farmasi, industri makanan, dan industri lainnya.

Hasil karya anak bangsa lainnya adalah yang dipresentasikan oleh Noviyan Darmawan yang berasal dari IPB menjelaskan tentang pembangkitan emisi fosforesensi daerah dekat-ultraviolet dari Iridium (III) kompleks.

Sedangkan Sri Fatmawati menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan ekstrak berbagai tanaman Indonesia (obat tradisional indonesia) untuk komplikasi anti-diabetik.

Wakil dari Universitas Padjajaran Bandung, Mangindaan menguraikan hasil penelitiannya yang terkait dengan penggunaan polyimide membranes dehidrasi pervaporasi acetone.

Wakil lainnya yang saat ini aktif di Universitas Brawijaya, Aprilia Tasfiyati membahas tentang monolith berbasis polimer organik untuk pemisahan sampel DNA secara cepat, efisien, dan ramah lingkungan.

Terakhir Lukman Hakim yang juga berasal dari Universitas yang sama dengan Aprilia mempresentasikan penelitian terkait dengan penyimpanan hidrogen molekular pada struktur es yang terisi.

Early chemist Award sendiri merupakan penghargaan yang diberikan untuk para peneliti muda bidang kimia dan ilmu spektroskopi. Sedangkan Pacifichem 2015 merupakan simposium terbesar bidang kimia dan ilmu spektroskopi khususnya di wilayah Asia Pasifik. Simposium yang berlangsung sejak 1984 ini berlangsung setiap 5 tahun sekali. Pada Pacifichem 2015 ini, ada lebih dari 18.000 makalah dari 71 negara yang didaftarkan.

BBC Indonesia

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ