Film Pendek asal Indonesia Raih Penghargaan di SGIFF 2015

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Sabtu malam pekan lalu (05/12/2015) di MasterCard Theatres, Sands Theatre, Marina Bay Sands telah menjadi momen yang spesial bagi Lucky Kuswandi. Pasalnya, Lucky menjadi satu-satunya sineas Indonesia yang dua kali naik ke panggung Singapore International Film Festival (SGIFF) ke-26 untuk menerima dua Silver Screen Awards.

Anugerah tersebut diterima Lucky berkat karya film pendek yang disutradarainya dengan mengambil plot Orde Baru berjudul The Fox Exploits The Tiger’s Might. Film Pendek tersebut diganjar dua Silver Screen Awards sekaligus untuk kategori Film Pendek Terbaik se-Asia Tenggara dan Sutradara terbaik.

The Fox Exploits the Tiger's Might (Foto: youtube.com)

The Fox Exploits the Tiger’s Might (Foto: youtube.com)

Film tersebut menceritakan tentang hubungan antara seks dan kekuasaan diktator militer dengan menyajikan sudut pandang dua anak-anak remaja yang hidup dalam situasi yang kontras di sebuah kota kecil dan sepi. David adalah seorang remaja sombong anak dari perwira berpangkat tinggi sedangkan Aseng dan keluarganya adalah seorang etnis minoritas yang kesehariannya menjadi pedagang tembakau dan minuman keras oplosan.

Silver Screen Awards merupakan penghargaan tertinggi dari SGIFF setiap tahunnya untuk para pemenang seksi kompetisi Asian Feature Film Competition dan Southeast Asian Short Film Competition. Kompetisi internasional Silver Screen Awards memang berfokus pada film-film Asia dengan tujuan untuk memetakan kebangkitan sinema Asia dan mengenali talenta-talenta baru dalam perfilman.

Kemenangan Lucky Kuswandi dan The Fox Exploits The Tiger’s Might di SGIFF kemarin melengkapi penghargaan film lain yang belum lama ini sudah diterimanya. Pada November lalu, film produksi babibutafilm ini memenangkan penghargaan Piala Citra dari Festival Film Indonesia (FFI) 2015 sebagai Film Pendek Terbaik. Bahkan, sehari setelah menang di SGIFF, The Fox Exploits The Tiger’s Might juga memenangkan Jogja Student Film Awards dari Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-10.

Mundur beberapa bulan, tepatnya pada Mei 2015, film ini juga berhasil masuk kompetisi bergengsi International Critics’ Week (La Semaine de la Critique). Inilah seksi yang dihelat paralel dalam Festival Film Cannes 2015. Diakui Lucky, hal menarik dari pemutaran filmnya di berbagai festival film adalah reaksi-reaksi penonton yang berbeda-beda.

“Ketika kami screening di Cannes, mereka (para penonton) mungkin karena jarang menonton film Indonesia dan banyak yang tidak mempunyai historical background dengan apa yang terjadi secara politik di era Orde Baru yang saya bahas di film ini, jadi banyak sekali pertanyaan yang lebih ke historical side-nya,” jelas Lucky sebagaimana dikutip dari Muvila.com.

“Sementara kalau di Singapura, seperti orang-orang juga sudah paham konteks sosial politiknya, jadi mungkin pembicaraannya bisa lebih detail,” tambah pria lulusan ArtCenter College of Design Amerika Serikat ini.

muvila.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ