Pelopor Soto Ayam di Sabah, Malaysia Ternyata orang Indonesia?

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Kuliner Indonesia ternyata banyak tersebar di berbagai negara, terutama negara tetangga yang memang masih satu rumpun. Tapi ada satu hal yang menarik, bahwa ternyata ada seorang bapak yang mempopulerkan soto ayam khas Jawa Tengah di Malaysia. Tepatnya di persekutuan Labuah, Sabah.

Bapak tersebut bernama Haji Paijan Zakaria yang merupakan warga Indonesia tertua di Labuan. Beliau sangat terkenal sebab warung Soto Ayamnya yang lezat dan terkenal.

Haji Paijan lahir tanggal 12 November 1908 di Sleman, Yogyakarta. Dirinya merupakan satu dari ribuan romusha masa penjajahan Jepang yang dikirim ke Labuan pada tahun 1942 untuk membangun landasan kapal terbang dan jalur kereta api di Malaysia timur.

Foto: Stijn Nieuwendijk / Flickr.com

Foto: Stijn Nieuwendijk / Flickr.com

Cerita tentang soto Haji Paijan bermula ketika Jepang mengalami kekalahan perang dan hengkang tahun 1945, dia dibebaskan dan membuka Warung Soto ayam “Sleman Ceria” di pusat Bandar labuan sampai saat ini. Berkat warungnya ini dirinya menjadi terkenal dikalangan warga Indonesia yang ada di Labuan.

Sebagai warga yang dituakan oleh masyarakat Indonesia, tak heran jika pada momen hari raya seperti Idul fitri dan Idul adha rumah Haji Paijan di Kampung Tanjung Aru menjadi tempat berkumpulnya Warga Indonesia dan keturunan Indonesia di Labuan untuk silaturahmi dan halal bil halal. Sekaligus Warung Sotonya dijadikan tempat singgah untuk menikmati Soto Ayam khas Indonesia.

Pada 28 November 2015 yang lalu Tim Satgas Perlindungan WNI KJRI Kota Kinabalu yang dipimpin oleh Konsul Jenderal RI untuk Sabah, Akhmad DH. Irfan mengunjungi rumah Haji Paijan dan Warung Sotonya sebagai upaya apresiasi dan mengajak kerjasama.

“Pak Paijan sebagai tokoh masyarakat tertua di Labuan kami minta menjadi focal point bagi Kantor Konsulat untuk menyebarluaskan kebijakan dan program Pemerintah terbaru, seperti pemulangan warga Indonesia illegal dari wilayah Sabah,” ujar Akhmad.

Haji Paijan Zakaria (tengah). Foto: KJRI Kinibalu

Haji Paijan Zakaria (tengah). Foto: KJRI Kinibalu

Haji Paijan yang saat itu didampingi istrinya Sumiarsih menyatakan gembira bisa membantu program Kantor Pemerintah Indonesia.

“Saya dan Istri asal Surabaya memang tidak berpaspor Indonesia lagi. Tetapi kami tetap merasa bagian dari bangsa Indonesia dan setiap tahun kami pulang kampung ke Sleman.”

Haji Paijan juga sempat menceritakan kenangan paling berarti baginya karena telah menjadi bagian dari Panitia kunjungan Presiden Suharto ke Labuan pada bulan Mei 1978.

Di saat yang lain, seorang warga malaysia keturunan Indonesia asal Padang Fadil setuju bahwa Haji Paijan adalah orang tua dari seluruh warga keturunan Indonesia di Labuan. “Saya selalu menyempatkan datang ke rumah pak Paijan. Terutama pada hari besar keagamaan.”

Hal ini juga diamini oleh Johannes seorang warga asal Adonara. “Kami tidak pernah mempersoalkan suku bangsa dan agama. Pokoknya setiap hari libur besar kami berkumpul di rumah pak Paijan atau di warung sotonya yang sedap itu.”

Menurut data yang dimiliki KJRI, saat ini terdapat sekitar 5000 pekerja asal indonesia terutama di sektor perikanan dan konstruksi serta jasa perawatan taman dan gedung. Hebatnya, menurut PDRM Labuan sepanjang 2015 tidak terdapat WNI yang diproses karena pelanggaran pidana.

kemlu.go.id

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ