Teknologi Pemisah Pasir Timah yang Mendunia ini Ternyata Karya anak SMK

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Membuat teknologi tepat guna tidaklah membutuhkan ide yang rumit. Sebagaimana yang dilakukan oleh dua pelajar SMK Mahardika Singkep, Kepulauan Riau (Kepri) Fuja Clara Bestari dan Muhammad Wahyudi. yang menyadari bahwa daerahnya memiliki banyak pasri timah. Mereka kemudian membuat sebuah alat pemisah pasir timah untuk membantu kinerja masyarakat lokal agar lebih efisien.

https://www.instagram.com/p/-bdSo-GosU/

Keduanya memandang bahwa alat ini akan mampu untuk membantu perekonomian warga yang banyak bergantung pada hasil timah diwilayah Singkep kabupaten Lingga, Kepri. Berkat inovasi ini, mereka berhasil meraih medali perak dalam ajang inovasi internasional di Taiwan Bulan lalu.

Alat yang diberi nama Alat Pemisah Pasit Timah atau AP2T ini akan mampu menghasilkan kualitas timah yang lebih bagus dengan proses yang lebih efisien. Alat ini menjadi alat yang membantu penambangan masyarakat yang ternyata hanya melakukan penambangan secara tradisional yakni menggunakan dulang.

Cara penambangan yang tradisional ini memerlukan waktu yang lama karena teknik pencucian tidak efektif. Selain itu timah yang didapatkan juga kurang berkualitas. Permasalahan itulah yang kemudian ingin diselesaikan oleh alat yang juga sempat memenangkan medali Perak dalam National Young Inventors Awar (NYIA) yang diselerenggarakan Lembang Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut.

Dari hasil ujicoba yang sudah dilakukan, AP2T diklaim mampu mencuci satu kilogram pasir timah hanya dalam waktu 20 menit. Jauh lebih efisien dibandingkan alat tradisional yang memerlukan waktu 1 jam untuk memisahkan pasir dan timah dengan jumlah yang sama. Hasil timah yang dipisahpun jauh lebih berkualitas.

“Ide awal dari alat yang kami kembangkan memang tercetus dari banyaknya masyarakat termasuk kedua orang tua yang bekerja sebagai penambang timah yang merasa kesulitan. Apalagi proses pemisahan timah yang digunakan masih tradisional yakni menggunakan dulang,” ujar Clara, sebagaimana dikutip dari lipi.go.id.

https://www.instagram.com/p/-LdbDAmoqB/

Menurutnya alat ini merupakan alat sederhana hasil modifikasi dari alat pemisah pasir tradisional. Alat yang ia kembangkan ini bisa diaplikasikan di rumah-rumah penduduk untuk kegiatan pencucian pasir timah. Beberapa bahan yang digunakan dalam alat ini, malah menurutnya bisa menggunakan bahan-bahan bekas.

Peralatannya terdiri dari bagian inti berupa tabung untuk proses pencucian yang telah dilengkapi dengan saringan yang dipasang melintang dalam pipa tabung berukuran 4 inci. Saringan plastik dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan plastik dan diberi lubang sebagai penyaring. Beberapa pipa dan pompa air untuk menyemprotkan air.

“Jadi alat ini memang bekerja dengan menggunakan tekanan air yang dihasilkan oleh pompa air 125 watt,” kata Clara melanjutkan. Tekanan air yang dihasilkan oleh pompa akan masuk ke dalam tabung dimana bagian atasnya telah diberikan pasir timah. Tidak ada perlakukan khusus dari pasir timah yang akan pisahkan dalam alat ini. “Pasir timah yang ditambang biasa saja langsung dipisahkan,” tambah Clara.

Prinsipnya, teknologi sederhana yang dikembangkan oleh Clara dan Wahyudi adalah dengan memanfaatkan hukum archimedes dan perbedaan berat jenis antara pasir dan timah. Timah memiliki berat jenis yang relatif lebih besar dibandingkan dengan pasir.

“Secara langsung begitu tekanan air diberikan ke dalam tabung, maka timah akan turun karena berat jenisnya lebih besar dari pasir/ lumbah Clara. Berat jenis timah adalah 7,3 gram per centimeter kubik sedangkan pasir memiliki berat jenis 2,57 gram per centimeter kubik,” jelasnya.

Sejauh ini, AP2T yang dikembangkan Clara dan rekannya ini telah mengalami tiga kali modifikasi. Ke depan, Clara dan timnya masih berupaya untuk mengembangkan AP2T agar bisa digunakan secara portabel dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Singkep.

lipi.go.id

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ