Anak-anak bangsa terus menerus menuai prestasi dalam berbagai bidang. Kali ini tiga ilmuwan Indonesia mendapatkan anugerah Habibie Award. Sebuah penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Habibie Center untuk prestasi para ilmuwan bangsa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di Indonesia sebagai bentuk apresasi.

Bertempat di Perpustakaan Habibie dan Ainun, Patra Kuningan, Jakarta, Selasa (24/11), Ketua Yayasan SDM Iptek Habibie Center Wardiman Djojonegoro memberikan Habibie Award kepada tiga ilmuwan asli Indonesia. Ketiganya dinilai berjasa besar dalam menemukan, mengembangkan, dan menyebarluaskan iptek yang baru serta bermanfaat berarti bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian.

Tiga ilmuwan yang mendapatkan anugerah Habibie Award, yakni Dr Eng Wisnu Jatmiko M.Kom di bidang ilmu rekayasa. Prof Dr Nina Herlina MS di bidang ilmu sosial, dan Prof Emeritus Drs Abdul Djalil Pirous di bidang ilmu kebudayaan.

Wisnu Jatmiko lahir di Surabaya pada 16 Desember 1973. Saat ini, Wisnu masih menjadi peneliti yang produktif di lingkungan Universitas Indonesia. Wisnu memiliki artikel ilmiah dengan total lebih dari 100 publikasi internasional. Sebagian besar dari artikel tersebut telah terindeks di Scopus.

Doktor yang satu ini memang sudah dikenal sebagai peneliti dan inovator handal. Diantara beberapa karya-karya Wisnu terdapat enam karya yang telah mendapatkan hak kekayaan ilmiah, yaitu simulator robot pencari sumber asap, sistem telehealth pertumbuhan janin, prototipe sistem pengaturan lampu lalu lintas terdistribusi, e-cardio, sistem informasi zakat, dan kompresi EKG 12 Lead.

Sedangkan untuk bidang ilmu sosial, penghargaan diberikan kepada Prof. Dr. Nina Herlina Lubis. Perempuan kelahiran Bandung, 9 September 1956, itu merupakan doktor ilmu sejarah wanita pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia.

Nina merupakan seorang ahli budaya Sunda namun dikenal sebagai seorang batak. Dirinya telah berkeliling di 26 negara dan mempresentasikan 14 makalahnya dalam seminar internasional. Selain itu, Nina juga aktif menulis berbagai artikel di surat kabar, majalah, dan menulis buku hingga tahun 2013 yang lalu dirinya mendapat Anugerah Rucita Wicara dari Universitas Padjajaran (UNPAD).

Prof Nina juga dikenal sebagai "Ibu yang melahirkan Pahlawan" sebab melalui penelitian dan perjuangan beliau banyak tokoh-tokoh perjuangan yang akhirnya diberi gelar pahlawan. Beberapa diantaranya yaitu: Iwa Koesoemasoemantri (2001), Maskoen Soemadiredja (2004), Gatot Mangkoepradja (2004), K. H. Nur Ali (2006), RM Tirto Adi Soerjo (2006), K. H. Abdul Halim (2008), dan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (2011).

Penghargaan terakhir di bidang kebudayaan diberikan kepada Prof Emeritus Drs Abdul Djalil Pirous. Pria asal Aceh ini merupakan pelukis senior seni rupa modern bernapaskan Islam. Dia dikenal sebagai guru besar emeritus bidang seni rupa ITB. Pelukis yang dikenal dengan nama AD Pirous ini merupakan seniman yang konsisten menghasilkan karya-karya lukisan dan grafis. Salah satu pameran tunggal yang pernah digelarnya adalah A.D Pirous: Verses of the Universe", University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

AD Pirous mengatakan, perjuangannya pada usia tua memperkenalkan identitas seni rupa modern di Indonesia. Pirous berharap, karya seni jangan hanya media, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama dalam aspek nilai kemanusiaan.

Anugerah Habibie Award merupakan salah satu rangkaian kegiatan acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-16 Habibie Center. Adapun, penghargaan yang diberikan berupa medali, sertifikat, dan uang sebesar 25 ribu dolar AS.

"Harapan kami ke depan, pemberian anugerah ini mendorong semangat para peneliti Indonesia agar terus berkarya di bidang iptek. Ditularkan ya, Pak, Bu, ke ilmuwan yang lain," ujar Wardiman di Perpustakaan Habibie dan Ainun, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta, Selasa (24/11).

republika.co.id
Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar Anda...
READ NEXT
BACK TO TOP
Foto-foto Luar Biasa Rumah Pohon Suku Korowai di Papua
Foto-foto Luar Biasa Rumah Pohon Suku Korowai di Papua
Tidak hanya terkenal dengan kekayaan flora dan fauna, Papua memiliki suku-suku asli yang memiliki kehidupan menarik dan unik. Salah satunya adalah suku pedalaman asli papua yang hidup dan tinggal di rumah pohon setinggi hingga 50 meter yang dikenal dengan nama Suku Korowai. Suku Korowai mendiami wilayah Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Suku
Siapa Sangka, Alunan Gamelan Jawa Telah Menembus Batas Terluar Tata Surya
Siapa Sangka, Alunan Gamelan Jawa Telah Menembus Batas Terluar Tata Surya
Jet Propulsion Laboratory NASA pada 20 Maret 2013 mengkonfirmasi satelit penjelajah Voyager 1 sudah berada di Intestellar Medium atau sudah di luar sistem tata surya matahari setelah sebelumnya pada Desember 2012 berada di batas terluar wilayah tata surya. Ini berarti butuh sekitar 36 tahun dari bumi untuk tiba di penghujung sistem
Indonesia Berpotensi Memenangkan Pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN. Mengapa?
VIDEO 24 hours ago
G-Magz, Ruang Baru Untuk Tahu
G-Magz, Ruang Baru Untuk Tahu
Bahkan yang paling menohok bagi kita, tak jarang provinsi-provinsi nan indah ini seringkali tidak menjadi rujukan bagi sebagian orang untuk bepergian, dan lebih memilih menikmati kesempatan bepergian ke negara tetangga. Tak salah memang, karena urusan bepergian itu domain "prerogatif" setiap orang.
 Robot Terapi Stroke karya Mahasiswa Jogja
Robot Terapi Stroke karya Mahasiswa Jogja
Selama ini, terapi bagi penderita stroke masih menggunakan bantuan mesin pendukung, yaitu Continuous Passive Motion (CPM). Sayangnya, alat tersebut tidak praktis, karena selain tidak sesuai dengan ukuran tubuh orang Indonesia, harganya masih mahal karena alat tersebut masih harus di datangkan dari luar negeri. Namun, kini pasien usai stroke akan bisa diterapi
6 Menit, 11 Juni, 33 Tahun Lalu
6 Menit, 11 Juni, 33 Tahun Lalu
Adakah dari Kawan pembaca yang mengikuti apa yang terjadi pada 11 Juni 33 tahun lalu? Mungkin banyak dari kawan GNFI yang belum lahir. Saya pun masih bayi waktu itu, namun saya masih ingat apa yang terjadi saat itu, karena di kampung saya, keluarga kami adalah satu-satunya yang mempunyai Televisi di