Kumis yang Menghebohkan dan Indonesia

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Hampir satu abad yang lalu, hidup seorang komedian yang dikenal di dunia internasional berkat lagak konyolnya. Meski saat itu dirinya hanya berkomedi bisu, seluruh dunia saat itu yang baru mengenal televisi tanpa warna dan tanpa suara sudah mengenalinya. Dia dikenal luas berkat kumisnya yang aneh dan topi bulatnya yang khas lengkap dengan tuksedo dan tongkat yang selalu digunakannya ketika pentas. Dialah Charlie Chaplin.

Siapa sangka, ternyata sosok komedian yang terkenal di Eropa pada abad 20an ini memiliki hubungan dengan Indonesia. Meski bukan hubungan darah ataupun keluarga, Charlie Chaplin diketahui beberapa kali telah mengunjungi Indonesia kala itu.

Sawahgezicht in de buurt van het Sanatorium van Garoet (Foto: Thilly Weissenborn / Tropenmuseum)

Sawahgezicht in de buurt van het Sanatorium van Garoet (Foto: Thilly Weissenborn / Tropenmuseum)

Pria bernama Asli Charles Spencer Chaplin ini dikabarkan pernah singgah di sebuah stasiun di Jawa Barat. Stasiun itu terkenal berada di wilayah yang sejuk berlingkung bukit dan gunung. Di sebelah baratnya terlihat Gunung Guntur, disebelahnya juga terdapat gunung-gunung lain seperti Gunung Papandayan, Gunung Cikuray, Gunung Kancil dan Gunung Haruman yang tampak sejauh mata memandang. Stasiun kecil itu adalah Stasiun Cibatu yang pada tahun 1927 dan 1935 dikunjungi oleh Chaplin. Saat itu dirinya berlibur untuk menikmati alam garut yang kala itu terkenal dengan sebutan Switzerlan van Java.

Beberapa sejarawan menganggap mungkin bukan kebetulan jika Stasiun kecil tersebut memiliki hubungan dengan komedian legendaris asal Inggris tersebut. Sebab Stasiun Cibatu tercatat dibangun pada tahun 1889 persis dengan tahun kelahiran sang legenda.

Sayangnya, catatan tentang kedatangan Charlie Chaplin ke Garut tersebut sampai saat ini belum ditemukan. Hanya saja kisahnya terus bergulir dari generasi ke generasi di kalangan warga lokal. Kedatangan Chaplin ke Garut diceritakan cukup mengundang kehebohan sebab komedian tersebut awalnya dikira adalah seorang Hitler berkat kumisnya yang bermotif sama.

Satu-satunya dokumen yang menjadi bukti kehadiran komedian film bisu tersebut hanyalah tiga foto jepretan Thilly Weissenborn, seorang fotografer perempuan Belanda yang lahir di Kediri. Namun entah ada dimana saat ini foto-foto tersebut.

Chaplin

Selain ke Garut, pria yang juga pernah berperan dalam film drama romantis ini diketahui pula sempat berada di Surabaya untuk mengunjungi sebuah bioskop bernama Sampoerna Theatre di tahun 1932 yang saat ini sudah menjadi museum tersebut. Tidak jelas apakah Chaplin hanya berkunjung atau terdapat even khusus saat itu.

Catatan lain juga menjelaskan bahwa Chaplin juga dan menginap di salah satu lokasi bersejarah di Surabaya lainnya, yakni di Hotel Oranje atau Hotel Yamato atau sekarang dikenal sebagai Hotel Majapahit. Kedatangan Chaplin pada tahun 1936 saat itu adalah dalam rangka peluncuran kembali hotel dibawah kepemilikan yang baru itu. Kala itu Chaplin menginap di kamar nomor 33.

Kedatangan komedian legendaris ini ke Indonesia kala itu, menunjukkan bahwa bangsa ini meski masih dalam kekuasaan Hindia Belanda telah dikenal luas oleh dunia internasional. Bila kemudian kekuasaan atas tanah air ini kembali pada para pribumi maka sudah seharusnya kita akan lebih mampu untuk membawanya berjaya melampaui apa yang sudah dilakukan oleh kolonial Belanda.

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ