Berkembangnya kota pasti diiringi juga dengan meningkatnya jumlah sampah. Pertumbuhan penduduk perkotaan semakin tahun yang semakin meningkat otomatis juga menumpuk sampah yang menggunung. Bila hal ini tidak segera diatasi, tentu saja akan berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat. Melihat kebutuhan yang mendesak tersebut, tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan alat pengolahan sampah terbaru.
Sampah yang akan dimusnahkan dalam insinerator (Foto: Brian Cliff Olguin / NY Times)

LIPI pada Jumat (20/11/2015) mengumumkan telah berhasil mengembangkan insinerator generasi terbaru yang dilengkapi dengan unit plasma. Insinerator generasi terbaru ini nantinya dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan sampah dengan cepat dengan melakukan pembakaran namun tidak menghasilkan asap yang mencemari lingkungan. Sebab kandungan racun dalam asap hasil pembakaran insinerator akan dinetralisasi dengan plasma, sehingga asap yang dihasilkan akan benar-benar bersih.

“Berbagai cara pengelolaan sampah pun telah dilakukan, mulai dari pemilahan, distribusi, composting, recycling hingga pengolahan terpadu menjadi energi. Namun, kenyataannya permasalahan sampah tetap saja menjadi permasalahan serius dan harus segera dicarikan solusi,” kata Dr. Anto Tri Sugiarto, Peneliti Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengembangan Instrumentasi (BPI) LIPI.

Salah satu solusi pengolahan sampah yang sebenarnya telah lama dikembangkan oleh LIPI adalah insinerator. Insinerator adalah teknik penanganan sampah dengan membakar sampah-sampah organiknya saja. Sedangkan sampah anorganiknya sebisa mungkin harus didaur ulang.

Insinerator sendiri dapat didefinisikan sebagai pengolahan termal. “Insinerator sampah mengubah sampah menjadi abu (ash), gas sisa pembakaran (fuel gas), partikulat dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke lingkungan. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi,” jelas Anto.

Insinerator terbaru yang dikembangkan oleh LIPI diklaim dapat melakukan pembakaran dengan lebih bersih dan tidak menimbulkan asal beracun. Hal ini kemudian menjadi solusi permasalahan dari teknologi insinerator sebelumnya yang dianggap menghasilkan gas berbahaya.

“Insinerator generasi baru LIPI adalah insinerator yang dilengkapi dengan unit plasma untuk mengolah gas buangnya,” tutur Anto. Unit plasma tersebut merupakan alat yang menggunakan metode plasma non-thermal yang mereaksikan gas buang beracun menjadi tidak beracun. Metode plasma sendiri adalah teknologi yang menggunakan proses tumbukan elektron yang dapat mengionisasi dan menguraikan gas beracun seperti NOx. SOx, dioxin dan furan menjadi gas yang aman dan dapat dilepas ke lingkungan.

Menurut Anto, insinerator plasma ini akan menjadi solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Selain dapat memusnahkan sampah dengan cepat dalam jumlah banyak, insinerator plasma ini dapat dibuat dalam skala kecil dan besar. Insinerator plasma skala kecil dapat ditempatkan pada depo sampah kelurahan dan kecamatan, sedangkan untuk skala besar dapat ditempatkan pada tempat pembuangan sementara terpadu (TPST) atau tempat pembuangan akhir (TPA).

Anto berharap, insinerator generasi terbaru LIPI ini menjadi solusi teknologi untuk melengkapi pengolahan akhir dari sampah. Diharapkan pula, hasil penelitian dan pengembangan LIPI tersebut dapat terus dikembangkan dan dimanfaatkan guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat menuju bangsa Indonesia yang sehat dan peduli akan lingkungan.

lipi.go.id

Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar Anda...
READ NEXT
BACK TO TOP
Pulau di Bima ini Penuh Dengan Ular. Tak Berbisa
Pulau di Bima ini Penuh Dengan Ular. Tak Berbisa
Tersebutlah sebuah pulau kecil di wilayah Kabupaten Bima bagian timur, tepatnya di Kecamatan Wera Desa Pai. Pulau ini terletak dekat sekali dengan daratan Pulau Sumbawa hanya lebih kurang 400-500m. Pulau Ular demikian Orang Bima menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya dihuni oleh sekelompok ular-ular jinak yang tidak mengganggu penduduk. Yang menarik
 MACAN Merambah Jakarta di 2017
MACAN Merambah Jakarta di 2017
Museum seni kontemporer internasional pertama di Indonesia akan dibuka pada awal tahun 2017 mendatang yang akan berlokasi di Jakarta Barat. Museum ini akan diberi nama MACAN yang merupakan singkatan dari Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara.
Inilah Desainer di Balik Karya 'Jaket Mi Ayam dan Pete' Joe Jonas
Inilah Desainer di Balik Karya 'Jaket Mi Ayam dan Pete' Joe Jonas
Sherly Hartono, seorang desainer muda Indonesia ramai diperbincangkan beberapa waktu belakangan ini. Baru-baru ini, tersebar foto Joe Jonas, seorang aktor dan penyanyi ternama Amerika, yang mengenakan jaket bergambar mie ayam, petai, dan uang Rp.50000. Banyak yang mengira bahwa foto tersebut adalah hasil editan atau palsu. Bahkan jaket yang dikenakan Joe Jonas itu,
Kolaborasi Polri dan Start Up Indonesia Cegah Terorisme
Kolaborasi Polri dan Start Up Indonesia Cegah Terorisme
Untuk terus berjuang melawan aksi terorisme, kini Kepolisian Indonesia menggandeng seorang pengembang aplikasi, Adjie Pratama, meluncurkan aplikasi bernama “Stop Terorisme”. Aplikasi ini bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara langsung terkait terorisme di lingkungan mereka. Masyarakat dapat melaporkan hal – hal mencurigakan hingga berdiskusi tentang terorisme di aplikasi yang dapat diunduh di Play Store dan Amazone Store tersebut.
Pria Asal Karanganyar yang Karyanya Dipakai NASA
Pria Asal Karanganyar yang Karyanya Dipakai NASA
Teknologi ECVT, Temuan Anak Bangsa Ini Digunakan NASA Penemunya, Warsito Purwo Taruno mendapat penghargaan BJ Habibie Technology Award 2015. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2015 pada ahli tomografi Tanah Air Dr Warsito Purwo Taruno MEng. Penghargaan tersebut diberikan kepada Dr Warsito atas karyanya pada
Pertama Kalinya dalam Satu Dekade, Subuh di Indonesia yang Langka
Pertama Kalinya dalam Satu Dekade, Subuh di Indonesia yang Langka
Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, lima planet terlihat dengan mata telanjang membentuk garis sejajar di langit Indonesia. Fenomena langit langka ini akan terus berlanjut hingga (20/2) mendatang.