Kain Poleng bermotif kotak dengan warna hitam-putih sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali sehingga kain poleng (kotak-kotak hitam-putih) ini menjadi salah satu icon ciri khas Bali. Tidak saja digunakan untuk keperluan religius yang sifatnya sakral, kain poleng juga banyak digunakan untuk hal-hal yang sifatnya profan atau sekuler.

Penggunaan kain poleng biasa kita jumpai untuk tedung (payung), umbul-umbul, untuk menghias palinggih (tugu), patung, kulkul (kentongan). Tidak hanya benda seni sakral, bahkan pohon yang ada di pura pun banyak dililit dengan kain poleng. Kain poleng (kotak-kotak hitam-putih) juga banyak digunakan untuk menghias benda-benda profan baik di perkantoran maupun di hotel. Misalnya untuk meja makan dan senagai dekorasi ruangan. Kain poleng untuk benda profan ini sering dicampuri dengan corak atau motif baru sehingga disebut kain poleng anyar.

Demikian pula halnya dalam kesenian Bali, baik itu seni drama, dramatari, maupun Pewayangan. Dalam drama gong, yang sering memakai kain poleng adalah penakawannya. Sedangkan dalam wayang kulit, tokoh yang memakai hiasan poleng, selain penakawan Tualen dan Merdah.

Apa sebenarnya makna kain poleng itu?

Apa pula perannya dalam kehidupan umat Hindu di Bali?

Bagaimana pula nilai-nilai filosofisnya?

Menurut penelitian I Ketut Rupawan, dimana hasil penelitiannya tersebut telah mendapatkan pengakuan dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, sehingga peneliti yang sehari-harinya guru ini, berhak menyandang gelar Magister Agama Hindu (M.Ag).

Menurutnya, bentuk saput poleng ternyata beraneka ragam. Misalnya dari segi warna, ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Berdasarkan warnanya, ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah). Dilihat dari segi ukuran kotaknya pun berbeda. Ada yang berukuran 1 x 1 cm, 3 x 3 cm, dan 5 x 5 cm.

Berdasarkan perkiraan, perkembangan warna ini juga mencerminkan tingkat pemikiran manusia, yakni dari tingkat sederhana menuju perkembangan yang lebih sempurna. Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain poleng sudhamala dan tridatu.

Makna filosofis saput poleng rwabhineda, menurut Rupawan adalah mewujudkan rwabhineda itu sendiri. Menurut faham Hindu, rwabhineda itu adalah dua sifat yang bertolak belakang, yakni hitam-putih, baik-buruk, utara-selatan, panjang-pendek, tinggi-rendah, dan sebagainya.

Sedangkan saput poleng sudhamala merupakan cerminan rwabhineda yang diketengahi oleh perantara sebagai penyelaras perbedaan dalam rwabhineda

Filosofi yang sama juga tercermin dalam saput poleng tridatu. Warna tridatu ini melambangkan ajaran Triguna yakni satwam, rajah, tamah. Warna putih identik dengan kesadaran atau kebijaksanaan (satwam), warna merah adalah energi atau gerak (rajah) dan warna hitam melambangkan penghambat (tamah).

Jika dikaitkan dengan Dewa Tri Murti, menurut Rupawan, warna merah melambangkan Dewa Brahma sebagai pencipta, warna hitam lambang Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan warna putih melambangkan Dewa Siwa sebagai pelebur. Dewa Tri Murti ini terkait dengan kehidupan lahir, hidup dan mati.

Kain Poleng dalam budaya Bali merupakan pencetusan ekspresi penghayatan konsep Rwa Bhineda, suatu konsep keseimbangan antara baik dan buruk, yang menjadi intisari ajaran tantrik (tantrayana). Dengan menjaga kesimbangan antara kebaikan dan keburukan dapat menciptakan kesejahteran dalam kehidupan.

Kain Poleng yang diikatan pada pohon-pohon besar atau juga tempat yang dianggap tenget(angker) dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa pada lokasi tersebut tinggal (ditempatkan)/stana energi “roh”para bhuta/penunggu karang (danhyangan).

Lalu kenapa Pecalang memakai busana kain Poleng ?

Kini, saput poleng seakan-akan sudah menjadi busana seragam bagi pecalang (petugas keamanan desa adat). Hal itu memang sudah diisyaratkan oleh Sastra / Lontar Purwadigama, bahwa seorang pecalang setidak-tidaknya mengenakan udeng atau destar khusus yang berbeda dengan udeng yang dikenakan patih sebagai pejabat kerajaan, mewastra akancut nyotot pratiwi (memakain kain atau kamben dengan ujung kain menusuk tanah), makampuh poleng (memakai saput poleng), dan sebagainya.

Dengan demikian pecalang semestinya bercermin pada saput poleng yang dikenakan, yakni mengetahui adanya rwabhineda, keadaan aman dan kacau, baik maupun buruk, yang selanjutkan melalui kedewasaan intelektual dan kesigapannya (celang), dapat mengendalikan situasi sehingga ketertitaban Desa Pekraman dapat diwujudkan.

Kain Poleng yang dipakai oleh para pecalang juga terilhami oleh konsep ini, dimana seorang yang dipercayai oleh warga untuk menjadi “pengaman” hendaknya mampu dengan tegas memilah yang benar dan buruk.

Komangputra.com

 
Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar Anda...
READ NEXT
BACK TO TOP
Pulau di Bima ini Penuh Dengan Ular. Tak Berbisa
Pulau di Bima ini Penuh Dengan Ular. Tak Berbisa
Tersebutlah sebuah pulau kecil di wilayah Kabupaten Bima bagian timur, tepatnya di Kecamatan Wera Desa Pai. Pulau ini terletak dekat sekali dengan daratan Pulau Sumbawa hanya lebih kurang 400-500m. Pulau Ular demikian Orang Bima menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya dihuni oleh sekelompok ular-ular jinak yang tidak mengganggu penduduk. Yang menarik
 MACAN Merambah Jakarta di 2017
MACAN Merambah Jakarta di 2017
Museum seni kontemporer internasional pertama di Indonesia akan dibuka pada awal tahun 2017 mendatang yang akan berlokasi di Jakarta Barat. Museum ini akan diberi nama MACAN yang merupakan singkatan dari Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara.
Inilah Desainer di Balik Karya 'Jaket Mi Ayam dan Pete' Joe Jonas
Inilah Desainer di Balik Karya 'Jaket Mi Ayam dan Pete' Joe Jonas
Sherly Hartono, seorang desainer muda Indonesia ramai diperbincangkan beberapa waktu belakangan ini. Baru-baru ini, tersebar foto Joe Jonas, seorang aktor dan penyanyi ternama Amerika, yang mengenakan jaket bergambar mie ayam, petai, dan uang Rp.50000. Banyak yang mengira bahwa foto tersebut adalah hasil editan atau palsu. Bahkan jaket yang dikenakan Joe Jonas itu,
Kolaborasi Polri dan Start Up Indonesia Cegah Terorisme
Kolaborasi Polri dan Start Up Indonesia Cegah Terorisme
Untuk terus berjuang melawan aksi terorisme, kini Kepolisian Indonesia menggandeng seorang pengembang aplikasi, Adjie Pratama, meluncurkan aplikasi bernama “Stop Terorisme”. Aplikasi ini bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara langsung terkait terorisme di lingkungan mereka. Masyarakat dapat melaporkan hal – hal mencurigakan hingga berdiskusi tentang terorisme di aplikasi yang dapat diunduh di Play Store dan Amazone Store tersebut.
Pria Asal Karanganyar yang Karyanya Dipakai NASA
Pria Asal Karanganyar yang Karyanya Dipakai NASA
Teknologi ECVT, Temuan Anak Bangsa Ini Digunakan NASA Penemunya, Warsito Purwo Taruno mendapat penghargaan BJ Habibie Technology Award 2015. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2015 pada ahli tomografi Tanah Air Dr Warsito Purwo Taruno MEng. Penghargaan tersebut diberikan kepada Dr Warsito atas karyanya pada
Pertama Kalinya dalam Satu Dekade, Subuh di Indonesia yang Langka
Pertama Kalinya dalam Satu Dekade, Subuh di Indonesia yang Langka
Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, lima planet terlihat dengan mata telanjang membentuk garis sejajar di langit Indonesia. Fenomena langit langka ini akan terus berlanjut hingga (20/2) mendatang.