Perempuan Komedian Ini Raih Penghargaan Havel Prize di Norwegia

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
2 replies

Menjadi seorang komedian tunggal di Indonesia saat ini bisa dikatakan sebagai momen meraih popularitas. Banyak orang yang kemudian memutuskan untuk mempelajari bahkan menyeriusi hobi berkomedi dan lawak dengan gaya barat ini. Namun secara umum para komedian tunggal yang terkenal adalah seorang laki-laki. Padahal terdapat juga komedian tunggal perempuan yang mendapat perhatian dunia internasional dengan penghargaan yang didapatkannya, dia adalah Sakdiyah Ma’ruf.

Sakdiyah Ma’ruf adalah seorang komedian tunggal asli Indonesia yang menyampaikan pesan-pesan hak asasi manusia dan mengkritisi ekstremisme Islam. Perempuan kelahiran Pekalongan Jawa Tengah ini mengungkapkan bahwa dirinya dibesarkan di lingkungan yang cukup ketat tentang aturan agama. Bahkan cenderung mengekang sebab tradisi arab yang sudah membudaya dikalangan saudara-saudaranya.

sakdiyah ma'ruf

Kemampuannya berkomedi berasal dari kebiasaannya menonton sitkom barat seperti The Cosby Show, Roseanne, Seinfeld and Full House. Meski saat dirinya mengaku hanya mengerti melalui bantuan teks terjemah bahasa Indonesia. Berbeda jauh dengan kondisinya saat ini yang sangat mahir berbahasa Inggris bahkan dirinya sempat menjadi pengajar di kelas Ph.d di kampus almamaternya Universitas Gadjah Mada.

Perempuan yang sempat berprofesi sebagai penerjemah ini mengungkapkan bahwa dirinya memutuskan untuk menekuni dunia komedi berawal pada tahun 2009. Ketika itu dirinya menonton DVD dari aktor komedi terkenal Robin Williams yang berjudul Live on Broadway. Dirinya menonton flm tersebut berulang kali dan akhirnya memutuskan untuk berkecimpung dalam bidang komedi, meski masih sebatas sambilan saja. Sakdiyah saat itu mulai tampil dalam komedi tunggal, yang menurutnya “telah mengajarkan pada saya bagaimana untuk jujur pada diri sendiri, pengalaman saya, dan kekurangan saya.”

Materi yang banyak ia bahas saat itu adalah tentang tradisi-tradisi dilingkungan keturunan Arab di Indonesia. Cerita-cerita tersebut kemudian mendorongnya untuk lebih jauh membahas tentang kekerasan dan hak asasi di dunia Islam sebagai menjadi materi utama yang sering disajikan oleh Sakdiyah diberbagai panggung komedi tunggal.

Karir komedian tunggalnya terus naik hingga kemudian dirinya lolos audisi untuk bergabung dengan kompetisi komedian tunggal di salah satu televisi swasta di Jakarta. Namun Sakdiyah merasa dirinya terlalu banyak mengalami sensor diajang tersebut. Sehingga dirinya saat ini lebih memilih untuk tampil dipanggung komedi tunggal yang disiarkan secara langsung. Persyaratan tersebut menjadi penting karena menurutnya menjadi komedian tunggal bukanlah tentang popularitas atau uang namun tentang bagaimana memberikan pengalaman tidak terlupakan pada penontonnya dan mulai berpikir tentang permasalahan sosial, bahkan setelah dirinya turun dari panggung.

Menjadi komedian berjilbab juga bukan perkara mudah baginya. Stigma negatif sering disematkan pada dirinya. Namun menurutnya menjadi Muslim dan berjilbab membuatnya merasa terbebas. Melawan standar kecantikan yang sangat mustahil. Jilbab membuatnya merasa memiliki kuasa atas dirinya sendiri. Selain itu jilbab juga menjadi caranya untuk melepaskan diri dari industri fesyen, sehingga membuatnya dapat fokus terhadap isu-isu keadilan dan kesetaraan.

“Saya percaya bahwa komedi yang bagus akan membuatmu tertawa, komedi yang hebat akan membuatmu menangis. Mengapa? karena komedi yang hebat memberikan efek yang sangat dalam yang akan menelanjangimu,” ujar Sakdiyah.

Keberanian Sakdiyah untuk menyuarakan pesan-pesan kritis dan positif terhadap kesetaraan membuatnya dilirik oleh lembaga hak asasi manusia internasional. Pada bulan April yang lalu Sakdiyah mendapatkan penghargaan Vaclav Havel International Prize for Creative Dissent 2015 oleh Amnesty Internasional yang diadakan di Oslo, Norwegia.

“Sakdiyah Ma’ruf menjadi yang terdepan dalam menggunakan parodi untuk menantang penindasan dan ekstremisme yang resikonya tidak kecil ditradisi Muslim. Dirinya adalah seorang inspirator,” ujar Sekretaris Jendral Amnesty Internasional Norwegia, Jogn Pede Eganaes.

 
1 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ