Peneliti Indonesia Raih Penghargaan Penelitian Terbaik di Australia

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Seorang peneliti asal Indonesia Dr Agustian Sutrisno memenangkan penghargaan Outstanding Postgraduate Thesis Award (Penghargaan Tesis Pasca Sarjana Terbaik) dari International Education Association of Australia (Asosiasi Pendidikan Internasional Australia).

Pengumuman penghargaan tersebut dilakukan di sela-sela konferensi pendidikan internasional terbesar di belahan bumi selatan, Australia International Education Conference, 6 Oktober 2015 yang lalu di Adelaide (Australia Selatan).

Dr Agustian Sutrisno melakukan penelitian doktoral mengenai proses transfer pengetahuan antara universitas di Australia dan Indonesia atas beasiswa Prime Minister’s Australia-Asia Endeavour Scholarship.

Penelitian yang ditempuh dalam waktu 3,5 tahun dari 2010 ke 2014 bermula dari keprihatinan tentang sedikitnya penelitian empiris tentang program-program pendidikan internasional yang dibuka di Indonesia.

Agustian Sutrisno

Ada puluhan program semacam itu yang ditawarkan oleh perguruan tinggi negeri dan swasta. Misalnya, Universitas Gadjah Mada memiliki program internasional Magister Manajemen yang bekerja sama dengan University of New South Wales di Australia.

Namun seringkali program-program internasional tersebut dicap sebagai bentuk komersialisasi pendidikan tinggi karena menarik uang kuliah yang jauh di atas program regular yang ditawarkan oleh universitas bersangkutan.

Di sisi lain, Pemerintah Indonesia berharap dibukanya program internasional memacu terjadinya transfer pengetahuan antara universitas di Indonesia dengan mitra mereka di luar negeri.

Dr Agustian Sutrisno melakukan studi kasus atas program internasional yang diselenggarakan oleh dua perguruan tinggi swasta di Indonesia dengan sebuah universitas di Australia untuk mengetahui apakah proses transfer pengetahuan yang diharapkan oleh pemerintah benar terjadi.

Penelitiannya menemukan bahwa agar proses transfer pengetahuan dapat terjadi, perguruan tinggi Indonesia perlu memiliki tujuan dan strategi yang jelas untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukannya dari mitra internasional. Universitas asing yang menawarkan kerjasama program internasional seringkali memiliki orientasi komersial yang lebih tinggi.

Jika program yang dijalankan tidak menghasilkan keuntungan yang sepadan, mereka lebih enggan untuk berbagi pengetahuan dan bahkan mengakhiri kerja sama. Sebaliknya, jika keuntungan yang diperoleh memuaskan, kemungkinan untuk melakukan transfer pengetahuan lebih tinggi.

“Perguruan tinggi Indonesia perlu dengan jelas memformulasikan strategi dan tujuan kerja sama agar tidak terseret dalam arus komersialisasi pendidikan. Namun pada saat yang sama, perguruan tinggi tersebut perlu memperhatikan kebutuhan finansial mitra asingnya, supaya kesempatan melakukan transfer pengetahuan tetap terbuka.” kata Agustian.

Setelah transfer pengetahuan dari mitra asing terjadi, perguruan tinggi Indonesia yang telah siap dengan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management system) dapat dengan cepat meningkatkan kualitas akademik di seluruh fakultasnya.

Sebaliknya, perguruan tinggi yang belum memiliki sistem serupa cenderung tidak mampu menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh dari kerjasama internasional di satu fakultas ke fakultas-fakultas di dalam perguruan tinggi tersebut.

“Oleh karena itu, perguruan tinggi Indonesia tidak bisa sekedar melakukan investasi dalam bentuk pembangunan gedung dan fasilitas. Mereka perlu membangun sistem manajemen pengetahuan,” ujarnya.

Sepulangnya dari studi S3 di Australia, Agustian menghadapi kesulitan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. “Agaknya saya harus merintis pusat penelitian dan program studi manajemen pendidikan tinggi di Jakarta,” pungkasnya.

L.Sastra Wijaya / ABC Radio Australia

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ