Megahnya Kediaman Sang Pangeran

Written by Akhyari Hananto Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

by Dian Isnawati
Tulisan kali ini akan menceritakan liburanku minggu lalu bersama Mojo ke Surakarta. Tapi jangan salah sangka, ya.. Kediaman Pangeran yang dimaksud di judul tulisanku ini bukan sebagai destinasi wisata, melainkan sebagai tempat menginap. Eh? Tempat nginap? Iyaaaa betuull.. Tempat menginap! Kami bermalam di rumah seorang pangeran!! Hohoho.. Apalah ya rasanya bisa menginap di rumah pangeran? Berasa tamu kerajaan atau putri dari negri tetangga.
Daripada ngomyang ga jelas, langsung aja akan kuceritakan tempat yang istimewa ini. Rumah, atau lebih tepatnya istana, ini bernama Hotel Kusuma Sahid Prince. Untuk teman-teman yang pernah tinggal di Surakarta pasti sudah tidak asing dengan hotel yang terletak di jantung kota ini. Lokasinya berada di Jalan Soegijapranata, tidak jauh dari Balaikota/Pasar Klewer.
Foto Pangeran Kusumoyudo dan istri
Bangunan yang dikelilingi pagar tembok tinggi berciri khas keraton Surakarta ini dulunya merupakan kediaman salah seorang putra Ingkang Sinuwun Pakubuwono X, Kanjeng Pangeran Haryo Kusumoyudo III. Beliau ini adalah wakil dari Sri Susuhunan Pakubuwono XII. Menurut informasi yang aku baca di lobby hotel, Pangeran Kusumoyudo ini lahir pada tahun 1884 dan wafat pada tahun 1956. Setelah beliau meninggal dunia, istana ini diwariskan kepada putra putrinya yang kemudian dijual kepada K.P.H. Sukamdani. Oleh K.P.H. Sukamdani, istana yang sarat dengan karya seni budaya Jawa ini dialihfungsikan sebagai hotel dengan tetap mempertahankan bangunan aslinya.
Foto Bapak dan Ibu Sukamdani, pemilik Hotel Kusuma Sahid kini.
Pada tanggal 15 Agustus malam kami tiba di Surakarta dan langsung mengurus pemesanan kamar yang telah kami lakukan via Agoda sebelumnya. Saat kami tiba, ternyata sedang ada acara resepsi di sana. Pendopo yang biasa digunakan sebagai lobby penuh dengan iring2an keluarga pengantin yang sepertinya hendak melakukan upacara panggih. Memang, untuk ukuran lobby plus ballroom, sebenarnya pendopo ini relatif kecil sehingga ketika digunakan untuk acara resepsi pernikahan, hanya tersisa satu area kecil di salah satu sisi pendopo yang berfungsi sebagai area penerima tamu hotel.
Pendopo utama yang difungsikan sebagai ballroom.
Bayangkan punya ruang tamu semegah ini *ndlongop*
Proses check in tidak terlalu lama karena kami sudah menelepon beberapa jam sebelumnya untuk memastikan pemesanan kami. Kami segera diantar menuju kamar oleh salah seorang petugas hotel. Kamar kami tidak jauh dari lobby. Hanya perlu menyeberangi pendopo dan kami sampai di kamar. Ada cerita tentang kamar yang kami tempati. Saat hendak memasuki area hotel, kami sempat mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari salah satu petugas keamanan. Hal itu aku sampaikan ke petugas resepsionis dan dia minta maaf serta berjanji akan melaporkannya ke manajer yang bertugas hari itu. Sebagai wujud permintaan maaf, kami juga mendapat upgrade kamar dari yang sebelumnya standar menjadi kamar bungalow deluxe. Yeaayy..
Kamar yang kami tempati ini cukup luas. Jangan tanya padaku berapa perkiraan luasnya! Soalnya aku ga ngerti cara mengira-ngira jarak dan ruang hehe.. Yang jelas kamar tersebut memiliki ruang duduk berisi satu kursi panjang, meja dan sebuah kursi tunggal. Pada area ini juga terdapat teko listrik beserta perlengkapan membuat teh/kopi, kulkas, juga televisi. Ruang tidurnya dibatasi dengan sekat di samping ruang duduk tadi. Di area ruang tidur itu terdapat dua pintu. Pintu di sisi kiri adalah pintu kamar mandi. Kamar mandinya menggunakan shower dan bathtub berlantai marmer. Sedangkan pintu di sisi kanan adalah pintu menuju teras. Di teras ini kami bisa duduk di kursi taman sambil menikmati sudut taman di depannya.
Ruang duduk kamar hotel dihiasi lukisan dan ukiran kayu motif batik.
Sesuai klaimnya sebagai hotel bintang lima, fasilitas di hotel Kusuma Sahid ini memang cukup lengkap. Namun yang disayangkan adalah perawatan perabotan dan standar kebersihannya sangat buruk. Sejak awal memasuki kamar sudah terasa lantainya ngeres (berdebu). Aku dan Mojo memang terbiasa melepas alas kaki di dekat pintu kamar hotel agar lantai tetap bersih saat digunakan untuk ibadah sholat. Kulkas, meja kursi, dan perabotan lain juga nampak usang, yang ditandai dengan terkelupasnya cat di beberapa bagian. Spreinya meski berkualitas baik dan bersih, namun terlihat berumur. Begitupun kamar mandinya. Ada beberapa bagian marmer yang terlihat bekas pecah. Juga ada bagian bathtub yang sedikit terkelupas lapisannya. Hanya AC dan TV yang terlihat baru di kamar itu.
Keesokan paginya, kami berencana untuk berolahraga. Tentu aku adalah kaum ogah rugi yang akan memanfaatkan setiap fasilitas semaksimal mungkin hehehe.. Namun kami harus kecewa saat mengetahui kalau ruang fitness tidak dapat digunakan karena sedang ada perbaikan. Mau berenang pun rasanya enggan dengan keadaan kolam seperti itu. Akhirnya kami memutuskan langsung sarapan.
Momen sarapan ini adalah momen favorit kami selama tinggal di Kusuma Sahid Prince. Memasuki ruang restoran, kami disambut dengan suara gamelan yang mengalun lembut. Belum puas telinga ini dimanjakan musik yang syahdu, kami sudah disambut sebuah ruangan yang begitu indah. Ruang makan bergaya keraton Jawa dengan lampu-lampunya yang khas. Langit-langit berornamen motif ukir berwarna hijau berseberangan dengan lantai parket berwarna coklat kayu. Semburat cahaya memasuki ruang makan tersebut melalui jendela, membuatku sesaat merasa memasuki mesin waktu dan kembali ke masa kejayaan keraton Surakarta. Seperti melihat potret kemegahan di masa lalu. Suara pelayan restoran tiba-tiba menyadarkanku dan membuatku kembali ke era digital ini 😀
Ruang makannya cantik dengan nuansa keraton yang kental.
 Aku dan Mojo seperti biasa, memilih tempat duduk di bagian pojok yang tidak banyak orang lalu-lalang. Menu buffet yang disajikan cukup variatif. Tapi yang membuatku tertarik adalah menu-menundesonya. Ada beberapa stall yang isinya adalah pecel, soto, telo godog, telo godog lagi, dan telo godog lagi. Hahaha.. Entaah.. Aku ngga tau jenis telo-teloan secara spesifik. Pokoknya enak lah. Ada telo yang biasa buat singkong keju, juga ada jenis telo yang manis kulitnya ungu. Untuk minumannya pun juga ada minuman-minuman khas Jawa, seperti beras kencur dan kunir asem.
Menu sarapan ala ndeso
Dessertnya ala Londo (baca: Belanda / menu western)
Puas menikmati sarapan beserta ruang sarapannya yang cantik, kami berdua kembali ke kamar. Menghabiskan waktu menunggu waktu check out sambil duduk-duduk di teras belakang kamar.
Bangku di teras untuk menikmari taman di samping kamar.
Mendekati tengah hari, kami berkemas dan menuju lobby alias pendopo utama. Kursi-kursi yang ada di pendopo mengingatkanku pada kursi tamu yang ada di rumah-rumah pejabat. Kalau kubilang namanya: kursi ndoro. Setelah menyelesaikan proses check out, kami menukarkan voucher welcome drink yang malah jadi farewell drink XD . Gula asem dingin ini menutup kunjungan kami ke istana Sang Pangeran. Aku berharap peninggalan Pangeran Kusumoyudo ini terawat dengan lebih baik dan tetap bertahan hingga generasi yang akan datang sebagai sebuah warisan budaya yang dapat kita banggakan.
Langit-langit pendopo berhias lampu kristal yang sangat indah.
Langit-langitnya ada lukisan wayang dan kaligrafi.
Sampai jumpa kembali Kusuma Sahid
 
1 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
GNFI
GNFI

Ada Komponen Buatan Indonesia di Pesawat Boeing dan Airbus : bit.ly/1Mmw6gX pic.twitter.com/3MQAQUrjp4