Menikmati Kaledo, makanan khas Sulawesi Tengah

Written by Farah Fitriani Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Sail Tomini yang menjadi kebanggaan Provinsi Sulawesi Tengah telah mendekati usai. setelah puas menikmati acara dan keindahan alam teluk Tomini, saatnya memanjakan lidah. waktunya mencicipi kuliner khas Sulawesi Tengah!

Jika berlibur ke kota Palu, Sulawesi Tengah kurang lengkap rasanya kalau anda belum mencicipi kuliner khas daerah ini yang bernama Kaledo. Lalu seperti apakah makanan Kaledo ini? Ada yang mengatakan kalau Kaledo merupakan singkatan dari ‘Kaki Lembu Donggala’.

Kuliner khas Sulawesi Tengah ini termasuk dalam jenis makanan yang memiliki kuah bening dan agak kekuning-kuningan, dengan rasa yang sangat khas. Kaledo ini pertama kali muncul dengan hanya menggunakan bahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, seiring dengan waktu berjalan dan penjual Kaledo pun semakin bertambah membuat tulang kaki sapi semakin sulit untuk diperoleh. Maka untuk mensiasati hal ini, para penjual Kaledo pun banyak yang menambahkan tulang belakang sapi sebagai pelengkap bahan utama.

Berdasarkan sumber yang otentik, kebanyakan orang tidak ada yang mengetahui dari mana asal-usul makanan khas ini dan banyak juga yang beranggapan bahwa makanan khas ini tidak memiliki asal-usul. Namun, ada sebuah cerita pada zaman dahulu di wilayah Sulawesi Tengah terdapat orang yang sangat dermawan dan mulia hatinya. Suatu ketika orang tersebut menyembelih sapi dan membagi-bagikan daging sapi tersebut kepada semua penduduk desa setempat. Ketika acara pembagian daging sapi sudah tiba, orang yang pertama kali mendapatkan daging sapi adalah orang Jawa. Orang Jawa tersebut akhirnya memanfaatkan daging tersebut untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pentol bakso. Kemudian, orang yang kedua berasal dari Makassar. Orang Makassar ini tidak mendapatkan daging sapi yang telah di sembelih, akan tetapi ia mendapatkan jeroan (isi perut) sapi, dan kemudian jeroan tersebut di masak sedemikian rupa hingga menjadi makanan yang terkenal dengan nama Coto Makassar. Sementara itu orang Kaili (suku asli Donggala) datang belakangan dan ia hanya memperoleh tulang-tulang kaki sapi dengan sedikit daging yang menempel pada tulang. Kemudian tulang-tulang tersebut dimasak dan disinilah cikal bakal makanan Kaledo.

Kaledo

Kebanyakan masyarakat Sulawesi Tengah, menghidangkan Kaledo ini ketika Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha tiba yang di hidangkan dengan tambahan burasa (beras diberi tambahan air santan, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan langsung direbus).

Keistimewaan Kaledo

Sebenarnya keistimewaan dari Kaledo ini terletak pada penggunaan bumbu asam Jawa yang begitu kental. Asam jawa yang di pergunakan dalam kaledo ini adalah asam jawa yang masih muda agar bisa memperoleh konsentrat asam. Selain itu, keistimewaan yang lain adalah terdapatnya bumbu pelengkap khas Kota Palu.

Cara memakannya pun juga terlihat menarik dan istimewa. Daging yang menempel pada tulang dan sumsum yang ada dalam rongga tulang sapi tersebut sebenarnya juga sangat lezat untuk di nikmati. Oleh karena itu, anda jangan kaget jika cara penyajian masakan Kaledo ini telihat berbeda dari masakan-masakan lainnya. Biasanya cara penyajian makanan kaledo ini di sediakan pisau, garpu, sumpit atau pipet yang berfungsi untuk mengeluarkan sumsum dari rongga-rongga tulang sapi tersebut.

Makanan Kaledo ini, bisa anda dapatkan di warung-warung penjual makanan Kota Palu, Sulawesi Tengah. Makanan kaledo ini sangat mudah anda dapatkan di Kota Palu karena Kaledo sudah menjadi makanan khas masyarakat Sulawesi Tengah. Berikut kami rekomendasikan untuk anda beberapa warung makanan yang bisa anda kunjungi untuk menikmati sajian makanan Kaledo ini. Di jamin anda akan ketagihan.

a. Warung makan yang berlokasi di ruas jalan Diponegoro, Kota Palu. Warung makan tersebut tepatnya berada di depan pintu masuk wisata pantai Tumbaleka (3 km dari Kota Palu).

b. Warung makan yang berada di depan Masjid Baabus Salaam, Loliege. Tepatnya di Jl. Raya Palu-Donggala (3 km dari Kota Palu).

disadur dari

wisata sulawesi

Written by Farah Fitriani Member at GNFI

A happy wife full of spirit in making a better Indonesia. Besides posting good news article, she freelances as an english teacher, translator, and Japanese interpreter. Even though she's a little careless, her major is actually economic law from Padjajaran University and College of Business from Rikkyo University. She loves working in the legal field, but that's why she enjoyed her Legal consultant job. You can find her by her online nickname: @farafit.

 
1 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
meicha_putriana
meicha_putriana

@GNFI bantu aku dong say:) klik dan join game di B88.in/1/ atau bospoker.com/1