Pria Purworejo yang Membuat Indonesia Terbang Vertikal

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Helikopter saat ini telah menjadi alternatif transportasi udara jarak pendek yang sangat multifungsi. Berbagai keperluan darurat maupun kepraktisan dan efisiensi waktu selalu mengandalkan moda helikopter karena kemampuannya untuk terbang vertikal dan juga tetap lincah untuk terbang horisontal.

Banyak tokoh-tokoh dirgantara di Indonesia yang belum banyak diketahui seperti tokoh yang satu ini, yang merupakan bapak helikopter di Indonesia. Dalam dunia helikopter hingga saat ini, di Indonesia baru ada satu orang yang mampu merancang, membuat, sekaligus menerbangkan pesawat helikopter yaitu Yum Sumarsono. Beliau selama ini dijuluki sebagai Bapak Helikopter Indonesia.

Yum Soemarsono

Pria yang dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah, 10 Desember 1916 ini adalah seorang ilmuwan, dan penerbang TNI Angkatan Udara, bersama dengan Nurtanio Pringgoadisuryo, Wiweko Soepono dan R.J Salatun mereka semua adalah perintis kedirgantaraan di Indonesia. Bila Wiweko Soepono terkenal sebagai penggagas pesawat dua kokpit, Nurtanio Pringgoadisuryo melakukan upaya merintis dalam bidang pesawat bersayap tetap, maka Yum Soemarsono adalah perintis dibidang rotary wing atau helikopter.

Masa kecil pria yang akrab dipanggil sebagai Pak Yum ini dilalui di kota kelahirannya Purworejo. Dirinya sekolah MULO di Magelang kemudian melanjutkan sekolah teknik di Bandung. Setamat dari MULO, Yum malang melintang mencari pekerjaan dari pelayan hotel di Makassar, pelaut, sopir taksi, hingga masinis.

Yum Soemarsono adalah satu-satunya orang Indonesia yang pernah mendesain, membuat dan menerbangkan helikopter. Berbeda dengan penemu dan pengembang helikopter lainnya, dia mengembangkan helikopter sendiri berdasarkan pengalaman dan intuisi serta keterampilannya yang tidak diperoleh dari pendidikan tinggi.

Pak Yum yang berpangkat terakhir Letnan Kolonel (purnawirawan) di kesatuan TNI Angkatan Udara Republik Indonesia ini adalah anak desa yang mulai tertarik dengan pesawat terbang ketika sering melihat pesawat terbang lalu-lalang di Lapangan Terbang Tidar, Magelang.

Helikopter rancangan Pak Yum saat itu tidak memiliki bentuk seperti helikopter yang umum dilihat seperti sekarang, namun rancangannya sudah memiliki dan menerapkan prinsip kerja helikopter modern. Informasi tentang perkembangan teknologi helikopter saat itu masih sangat sukar diperoleh. Sehingga ia hanya mempelajari lembaran stensilan karangan seorang ilmuwan Belanda, Ir. Oyen, tahun 1940 tentang aerodina-mika dan sebuah gambar dari majalah Popular Science bekas pada tahun 1939.

RI-H

Helikopter RI-H Rancangan Pak Yum

Berbekal pengetahuan aerodinamika yang seadanya, pada tahun 1948 Yum Sumarsono bersama rekan-rekannya seperti Wiweko Supono, Nurtanio Pringgoadisuryo berhasil merancang helikopter pertama yang diberi nama RI-H yang hanya menggunakan mesin sepeda motor BMW 500 cc dengan tenaga 24 daya kuda pada 3000 putaran permenit. Helikopter pertama hasil karya anak bangsa menjadi kenyataan di Desa Tarikasem, Batujamus lereng gunung Lawu. Helikopter tersebut merupakan helikopter pertama yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil putra Indonesia dan khususnya dari anggota TNI AU (waktu itu AURI).

RI – H direncanakan terbang perdana pada 24 Desember 1948, namun rencana tersebut dibatalkan karena Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember di tahun itu. Demi menghindari serangan dari Belanda, RI – H kemudian disembunyikan disemak-semak dengan disamarkan diantara dedaunan. Sayangnya pesawat P-40 Kittyhawk dan P-51 Mustang Belanda yang mendapat tugas menyerang Pangkalan Udara Maospati dapat menemukan lokasi persembunyian RI – H dari udara dan menghancurkannya. Beruntung mesin BMW dan rotornya selamat, karena sebelumnya sudah dipreteli terlebih dahulu.

Mesin yang selamat itulah yang kemudian menjadi komponen utama helikopter kedua rancangan Yum Sumarsono. Rancangan tersebut diberi nama Helikopter YSH (Yum Soeharto Hatmidji) yang dirancang bersama Soeharto dan Hatmidji. Helikopter ini selesai pada tahun 1950 dan dapat melayang setinggi 10 m di lapangan Sekip Yogyakarta.

Berkat prestasinya tersebut, pada tahun 1951 Letkol (Pur) Yum Sumarsono mendapat beasiswa dari perusahaan helikopter Hiller untuk belajar terbang di California, AS. Selain belajar menerbangkan helikopter, beliau juga mengambil kursus desain helikopter di Stanford University. Di universitas tersebut beliau menunjukkan kepiawaian perhitungan desain rotor blade-nya, yang memiliki kualitas tidak jauh dari rotor blade rancangan Wayne Wiesner, kepala biro desain Pabrik Hiller.

Yum Soemarsono

Pada tanggal 22 Maret 1964 Yum Sumarsono mengalami kecelakaan saat melakukan uji terbang helikopternya yang ke-empat yang bernama Kepik. Kecelakaan ini menyebabkan beliau kehilangan tangan kirinya. Namun peristiwa ini tak membuatnya kapok berurusan dengan helikopter.

Kehilangan tangan kirinya membuatnya menemukan suatu alat yang dinamakan throttle collective device untuk mengganti tangan kirinya yang putus. Alat ini digunakan untuk mengangkat dan memutar collective, salah satu kemudi yang terletak pada sisi kiri penerbang. Alat ini adalah alat satu-satunya di dunia yang dibuat dan digunakannya untuk menerbangkan heli bell 47J2A dan 47G.

Tahun 1963 Beliau sempat menjadi pilot helikopter pribadi Presiden Soekarno, namun tidak bertahan lama sebab Presiden Soekarno kemudian digantikan oleh Presiden Soeharto. Beberapa tahun berikutnya Pak Yum kembali terkenal karena berhasil memperbaiki dan menerbangkan kembali helikopter Bell 47J2A yang kemudian diberi nama Si Walet.

Penemuannya tentang throttle collective device ternyata juga menarik perhatian dunia Internasional. Di tahun 1990 bulan Juni, Pak Yum diundang ke Paris untuk mendemonstrasikan lengan buatannya itu untuk menerbangkan helikopter Bell 47-G.

Penerbangan terakhir dari putra Patih Purworejo Suryodiprojo dan Ibu Surtini ini terjadi pada bulan Februari tahun 1999 sebelum Yum Soemarsono meninggal pada tanggal 5 Maret 1999 di Bandung karena kanker paru-paru yang dideritanya.

tni-au.mil.id

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ