BATAN bangun Irradiator Merah Putih untuk Jaga Kualitas Pangan

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Indonesia sebagai negara yang masih banyak bergantung pada ekspor sumber daya alam seperti buah-buahan atau sayur-sayuran harus mampu untuk menjaga kualitas produknya. Tidak hanya kualitas produk saat di panen namun juga saat sampai ke negara tujuan yang terkadang membutuhkan waktu berhari-hari. Sehingga produk yang dikirim dapat mengalami penurunan kualitas seperti mulai membusuk.

Problem eksportir adalah begitu sampai ke Timur Tengah sayuran kita sudah tidak bagus. Dari sayuran segar, biasanya 60%nya hilang (membusuk) pasca panen,” jelas Deputi BATAN bidang Pedayagunaan Teknologi Nuklir, Anhar Riza Antariksawan.

Buah

Padahal negara-negara di Eropa dan Timur Tengah yang banyak melakukan impor produk-produk alam Indonesia mensyaratkan produk yang masuk ke negaranya harus diiradiasi terlebih dahulu agar tetap memiliki tingkat kualitas yang dipersyaratkan.

Sementara, Indonesia hanya mempunyai dua fasilitas irradiator gamma, satu milik BATAN untuk kegiatan riset, dan satu lagi milik PT. Relion Sterilization Services untuk kegiatan komersial yang berlokasi di Cibitung, Jawa Barat. Dua fasilitas irradiator ini sudah mengalami kelebihan kapasitas sehingga BATAN akan membangun fasilitas Irradiator Gamma Merah Putih yang merupakan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas pangan dan sterilisasi alat kesehatan.

“Diberi nama merah putih untuk menunjukkan semangat bahwa irradiator yang diprediksi 85% menggunakan produk lokal ini tidak kalah bagus dari negara lain,” kata Anhar.

Irradiator yang akan dibangun di Puspiptek, Serpong ini adalah fasilitas nuklir dengan sumber radiasi gamma terkendali. Sinar gamma terkendali dapat digunakan untuk proses sterilisasi dekontaminasi bahan dari bakteri pembusuk.

Iradiasi pada makanan, jelas Anhar, dilakukan dengan prosedur tepat sehingga tidak merusak kandungan vitamin atau protein, tidak meninggalkan radiasi dan tentunya aman untuk kesehatan.

Bila dibandingkan dengan teknologi konvensional, teknologi radiasi ini dipercaya lebih unggul karena produk dapat diproses dalam keadaan terkemas dan siap dipasarkan, dapat digunakan untuk produk dalam jumlah besar, target pemusnahan mikroba pada tingkat tertentu atau menyeluruh dapat dilakukan pada seluruh bagian produk, tidak menimbulkan kerusakan pada produk karena teknologi ini merupakan proses dingin dan tidak menimbulkan residu bahan kimia.

Irradiator yang menghabiskan dana 80 miliar ini diperkirakan akan rampung pada 2017 dan dapat digunakan pada 2018. Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan idealnya irradiator dibangun di daerah-daerah pelabuhan seperti di Lampung dan Jawa Barat sebagai lalu lintas komoditas ekspor agar sumber radiasi dapat digunakan secara efektif.

“Mindset kita harus diubah, kalau selama ini pengusaha hanya berpikir yang penting laku di dalam negeri, kalau bisa diekspor ke luar negeri dengan kualitas bagus kenapa tidak?” pungkat Djarot.

batan.go.id

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ