Berasal dari Kebumen, Budi Setiono Jadi Executive Chef di Hotel Termewah Dubai

Written by Fahmiranti Widazulfia Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Banyak anak bangsa yang berjaya di negeri orang. Mereka berhasil meraih berbagai posisi penting dan strategis di berbagai bidang. Menempatkan Indonesia untuk duduk sama dan sederajad dengan bangsa lain.

Kali ini ada Budi Setiono, diaspora yang mampu meraih posisi sebagai Executive Chef di salah satu hotel termewah yang ada di Dubai. Lebih tepatnya dia adalah Executive Pastry Chef di Waldorf Astoria Hotel & Resorts,Dubai Palm Jumeirah. Waldorf Astoria sendiri merupakan hotel yang berada pada strata tertinggi dalam grup Hilton. Di dunia ini cukup sulit bisa menjadi seorang executive chef di hotel berbintang kelas atas jika anda bukan orang Perancis, Swiss, Belgia atau Jerman.

budi setiono chef

Asalnya dari desa Wanareja. Sebuah desa kecil yang termasuk dalam Kecamatan Karanganyar, Kebumen. Jika pembaca sering melewati jalur selatan menuju Yogyakarta, maka akan melewati Karanganyar. Nah, persis sebelum memasuki kota, di sebelah kiri akan tampak perbukitan dimana desa Wanareja berada.

Lulus SMA pada tahun 1992 ia coba merantau ke Bandung. Bekerja sebagai buruh pabrik, malam hari ia gunakan untuk bekerja di tempat permainan bilyard. Keinginannya hanya satu yaitu agar bisa mendapatkan uang untuk bisa kuliah. Namun gajinya hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Setelah 2 tahun bekerja akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan mulai mencari pekerjaan yang lebih baik.

Suatu ketika ada yang menawarinya untuk bekerja di sebuah hotel kecil di Bandung. Di sana pertama bekerja sebagai housekeeping kemudian dipercaya untuk menangani front desk. Sekaligus ikut bantu-bantu tugas dapur. Nah, di sinilah timbul ketertarikannya pada dunia kuliner. Tidak berapa lama ia memberanikan diri untuk ikut sebuah walk in interview dari salah satu kafe terkenal di Bandung. Beruntung ia diterima bekerja di bagian kitchen. Sayang, tidak beberapa lama ia harus kena PHK. Kafe harus tutup imbas dari krisis moneter waktu itu.

Karena susahnya mencari pekerjaan, akhirnya ia pun balik kampung lalu bekerja di restoran Candisari, Karanganyar. Di situ ia bekerja sebagai pelayan sekaligus cleaning service. Impiannya untuk kuliah masih besar saat itu. Berbekal hasil kerja di restoran tersebut ia coba merantau lagi. Kali ini ke ibu kota, Jakarta.

Ternyata Jakarta tidak seindah yang dibayangkan. Ini masa paling kelam dalam hidupnya. Terjerumus dalam kehidupan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tinggal di kost-kostan kumuh, 1 kamar buat ramai-ramai. Untuk mandi pun harus di sumur umum.

Tuhan memberi bantuan lewat seseorang yang mengajaknya bekerja sama membuka usaha kaki lima. Warung kecil-kecilan di pinggir jalan yang menjual indomie. Dari sini Budi akhirnya bisa kuliah sembari bekerja. Budi mengambil program D1 di sebuah sekolah pariwisata di Jakarta. Tujuannya hanya sederhana yaitu mematangkan keterampilan agar segera bisa bekerja di tempat yang lebih layak.

Mimpinya untuk bisa mandiri setelah lulus D1 tertunda. Ia harus mengalami kecelakaan yang hampir merengut nyawa. Ditabrak sebuah mobil ketika sedang menyeberang jalan. Tulang pahanya retak dan kedua lengannya patah. Musibah itu memaksa ia harus dirawat selama 2 minggu di RS. Dan butuh 4 bulan lebih untuk bisa berjalan secara normal.

Berbekal keterampilan yang telah dimiliki ia kemudian bekerja di sebuah hotel di kota Bandung. Tekad yang besar untuk bisa lebih maju dan berkembang membuat ia mengikuti walk in interview untuk penempatan di Dubai. Dari ratusan pelamar hanya dia yang diterima untuk bagian kitchen. Ketika itu usianya baru menginjak 26 tahun.

Dari Dubai ia coba ‘merantau’ berkeliling dunia. Mulai dari Muscat-Oman lalu ke Austin, Texas. Kemudian pindah ke Calgary, Kanada. Untuk lebih mengembangkan karir ia sempat bekerja di sebuah hotel terkenal di kep. Karibia. Lalu sebuah tawaran yang lebih menarik membuatnya kembali ke Dubai.

budi setiono chef 2

Semua itu seiring dengan peningkatan karirnya di dapur. Dimulai dari posisi Commis Pastry Chef, Demi Chef, Chef de Partie, Sous Chef, hingga kini menjadi Executive Pastry Chef. Bukan mudah untuk mencapai itu semua. Bukan seperti membalikan telapak tangan. Butuh ketekunan dan kerja keras yang luar biasa. Berikut rangkuman wawancara dengan Chef Budi Setiono beberapa waktu yang lalu.

Sebagai orang Indonesia, orang Asia bukan rahasia jika teramat kita sulit untuk mendapat pengakuan. Apa kendala yang kerap terjadi?
“Masalah utama ya soal racism. Karena mostly executive pastry chef adalah bule. Tetapi setelah beberapa bulan ya oke.” Jelasnya.

Bagaimana membuat anak buah respek?
“Kuncinya..berbuat baik. Touch them..give a big shot if necessary. Actually I don’t care about respect. I just need the job done. Tahu nggak… aku bisa gila kalo di dapur. Mungkin orang nggak mengira aku bisa marah.”

Eh koq bisa kecemplung di dunia pastry. Iseng atau memang minat dari dulu?
“Berbuat baik saja terus. Hati insya Allah jadi baik. Hati yang baik pasti akan menuntun kita ke arah yang baik.” Jawabnya singkat.

Sebuah jawaban yang membuat saya harus berpikir untuk mengolah maksud dari jawabannya itu. Sungguh bukan jawaban yang langsung menjawab pertanyaan saya.

Sebenarnya apa yang istimewa dari seorang Budi Setiono sehingga dipercaya oleh begitu banyak hotel mewah? Jika melihat CV-nya ia sudah bekerja pada hotel-hotel ternama seperti The Chedi, Amanyara, The Sommerset, Regent Palms, Fairmont Group, Jumeirah, Shangri La, The Meydan, hingga Waldorf Astoria. Sebagian besar bukan dia yang melamar pekerjaan. Tapi Ia yang diminta untuk bergabung. Di Indonesia sendiri namanya pernah tercatat di Hard Rock Hotel, Alila serta Inaya yang berlokasi di Bali.

“Yang spesial dari aku…apa ya? Bisa jadi ini semua hanya keberuntungan semata. Ehm….tapi begini….yang pasti aku mencoba untuk mengikuti rule dan selalu sabar. Di bidang pastry ini semuanya harus presisi. Harus diukur dan ditimbang dengan sangat cermat. Disamping itu mungkin karena Tuhan menganugrahkan jiwa seni jadi membuat karyaku terlihat berbeda. Ya pokoknya harus kreatif dan mampu berimaginasi sajalah. Kuliner khan bukan soal rasa saja.”

Pengalaman apa yang paling berkesan selama berkarir?
“Ehm… yang paling berkesan waktu bekerja untuk The Meydian. Tahun 2011 kami harus menghandle 23.000 orang pada event Dubai World Cup. Lomba pacuan kuda paling bergengsi di dunia. Dan juga ketika ada gelaran Dubai Airshow di tahun 2012. Luar biasa berat dan menantang.”
“ Satu lagi yang tak kalah berkesan ketika jadi juara 2 dalam Battle of The Kitchen. Lomba antar kitchen hotel-hotel terkenal di Dubai. Saingannya berat-berat. Waktu itu yang ngadain Air Berlin. Kami satu tim tiga orang, lumayan bisa masuk final dari 12 peserta. Bangga sekali rasanya….”

Apa kesibukan lain di luar dapur?
“Ya kadang ada tawaran untuk muncul di TV Dubai. Nggak jauh juga dari urusan dapur. Sempet juga jadi team creator acara Celebrity Chef-nya Arab bekerja sama dengan Chef Osama. Selebihnya ya menjalani kehidupan biasa seperti orang lain. Jalan-jalan ke mall khan cuma dekat saja. Kadang bikin desain untuk furnitur. Kebetulan aku ada usaha sampingan usaha furnitur jati minimalis.”

Ada keinginan untuk kembali ke Indonesia?
“Sejauh ini belum…masih menikmati menjadi international citizen dulu. Masih ada tugas yang belum selesai. Aku saat ini coba memberdayakan keluarga di desa dan juga warga sekitar dengan mendirikan usaha pabrik roti dan katering. Setelah lebaran nanti baru akan berjalan. Aku ingin mereka semua di sana bisa mandiri dan meningkatkan taraf hidup mereka semua. ”
“Nanti pada suatu titik aku harus benar-benar lepas dari keluargaku. Entah pergi kemana gitu…menjadi pekerja sosial.” Tambahnya.

Budi juga juga bercerita bahwa ia sebanarnya ingin membantu mengembangkan potensi daerahnya yaitu kerajinan pandan. Dulu ia pernah membawa sampel, dan respon cukup baik. Cuma untuk melangkah lebih jauh Budi masih ragu-ragu. Permasalahannya adalah siapa yang bisa melakukan quality control. Inilah ‘penyakit’ kalahnya produk kerajinan kita dengan negara lain. Awalnya baik tetapi lama-lama kualitasnya menurun. Sehingga mengurangi tingkat kepercayaan. Budi mengakui sebenarnya ia punya link tidak hanya di Dubai, tetapi global yang bisa diajak kerjasama.

Apa pesan khusus terutama bagi orang muda yang sedang mencari masa depan mereka?
“Be simple on our plan because the master plan already done far before we were born.” Jawabnya dengan mantap.

Punya keinginan bikin buku?
“Ada sih…ingin juga bikin buku, tentang perjalanan hidup. Berbagi rahasia-rahasia hidup yang mungkin orang tidak pernah tahu. Bahkan oleh keluargaku sendiri. Masa-masa kelam yang lukanya begitu membekas hingga sekarang. Ingin juga bisa jadi motivator terutama buat kaum muda. Juga untuk orang-orang yang mungkin pernah mengalami apa yang pernah aku juga alami dulu. Terutama mereka yang tidak mampu bangkit. Di samping itu … tentu saja berbagi ilmu yang aku cukup kuasai, yaitu dunia pastry.”

Ada rahasia hidup yang diceritakan Budi kepada saya. Sesuatu yang membuat saya menjadi begitu prihatin sekaligus menyesakan dada. Budi sendiri sebenarnya mengijinkan saya untuk menuliskannya. Tetapi rasanya saya pribadi sulit menceritakannya di sini. Kecuali dia sendiri yang bercerita secara langsung. Bagaimanapun ketegarannya yang luar biasa telah membuat ia bisa bertahan dan menjadi seperti sekarang ini.

Tidak banyak yang berubah dari sosok Budi Setiono. Karir menjulang dengan kehidupan yang mewah tidak membuatnya berubah. Ia masih seperti dulu saya kenal ketika SMA. Lelaki kalem yang sering dulu sering dipanggil Budi “Snoopy” itu. Tipikal orang desa yang selalu rendah hati.

Ia yang pernah tinggal di kost kumuh, sekarang hidup di apartemen mewah dengan sewa ratusan juta setahun. Dulu hanya anak desa yang kerjaannya cari rumput untuk makanan ternak. Dahulu subuh-subuh sudah harus ke pabrik agar tidak terlambat. Maklum uang tidak cukup untuk bayar angkot. Kini ia tidak perlu risau, keujung dunia pun ia bisa lakukan.

Ia kini jadi orang nomor satu untuk urusan pastry di hotel kelas dunia. Bahkan kerjanya selalu diapresiasi tinggi oleh keluarga kerajaan UEA. Ia yang dulu bersusah payah agar bisa kuliah, dan hanya sampai D1. Kini ia mampu menyekolahkan banyak orang hingga jenjang yang tinggi sekalipun.

Budi Setiono telah menambah daftar anak negeri yang mampu berbicara di dunia internasional. Tanpa lupa untuk memberdayakan orang-orang di tempat asalnya. Dan semoga secuil kisahnya ini bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja.

 

*ditulis oleh Venusgazer dalam kompasiana.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ