Makna filosofis dibalik sebuah mainan Gasing

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

Pekan Budaya Indonesia (PBI) di Kota Semarang, Jawa Tengah, di beberapa titik kota lumpia dimeriahkan berbagai pameran budaya unik se-Indonesia. Salah satu pameran khas yang menyita ribuan pasang mata adalah peragaan gasing raksasa yang berlokasi di Gedung Lawang Sewu.

Gasing raksasa berukuran jumbo seberat 15 kilogram itu terpajang apik di gedung tua perkeretaapian Indonesia belum lama ini. Gasing berbentuk jantung pisang dengan ukiran khas itu sengaja dipertontonkan bagi warga yang merupakan dibalut dalam event pameran permainan anak nusantara itu.

Gasing

Illustrasi Gasing (Foto: Wikimedia.org)

Menurut Anggota Komunitas Gudang Dolanan Indonesia, Gilang Hiwang Alit, pameran gasing raksasa itu adalah salah satu dari dolanan unik yang khusus dipamerkan di gedung peninggalan zaman Belanda itu. Bukan sembarang gasing, permainan anak-anak zaman dulu itu bahkan didatangkan dari wilayah pedalaman Bangka Belitung.

“Ini salah satu koleksi gasing yang dibuat unik dan masih tetap dimainkan sampai sekarang,” kata Gilang disela pameran di gedung Lawang Sewu Semarang.

Dia menjelaskan, gasing raksasa seberat 15 kilogram itu dibuat khusus dari kayu waru. Untuk pembuatannya, kayu waru dipahat sedemikian apik berbentuk guci dengan pahatan tumpul di sisi atas dan runcing sisi bawahnya. Seperti gasing pada umumnya. Bedanya, ukurannya lebih memanjang dan berbentuk besar.

“Kalau dilihat lebih dekat hampir mirip seperti jantung pisang dengan warna cokleat mengkilap,” kata dia.

Gasing khas Bangka Belitung tersebut, lanjut Gilang, sampai saat ini masih terus dimainkan warga. Tak hanya anak-anak untuk permainan, para pemainnya biasanya orang Melayu asli.

“Kami sangat yakin jika permainan gasing ini akan tetap digemarin banyak orang hingga 50 tahun ke depan,” ujar dia menambahkan.

Meski berukuran jumbo, akan tetapi cara memainkan gasing ini cukup mudah. Tak jauh beda dengan gasing-gasing lain, pemain hanya membutuhkan seutas tali yang dililitkan di ujung gasing. Kemudian tali itu ditarik sekencang mungkin agar gasing ini berputar secara terus menerus.

Bagi Gilang, permainan gasing yang sudah ada sejak ratusan tahun silam di Indonesia bukan sembarang permainan anak-anak. Perputaran gasing bagi warga tertentu memiliki makna filosofi hidup yang cukup tinggi.

“Gasing yang mampu berputar lama memiliki sifat keseimbangan di semua sisi. Seperti manusia jika dapat menjaga keseimbangan hidupnya maka harapan hidupnya pun akan jauh lebih lama,” beber Gilang.

Pameran gasing dari berbagai daerah nusantara ini rupanya cukup membuat animo warga Kota Semarang, Jawa Tengah cukup antusias. Sebab, tak hanya gasing berukuran raksasa, gasing berukuran paling kecil seperti biji pun turut serta dihadirkan.

“Ada 400 buah gasing yang berasal dari penjuru tanah air. Jenisnya bermacam-macam, mulai gasing adu pukul, adu putar dan adu bunyi,” imbuh dia.

Sebagai informasi, pameran permainan anak nusantara merupakan salah satu gelaran yang dibungkus dalam acara Pekan Budaya Indonesia (PIB) di Semarang, 7-10 Agustus 2015. Acara yang diinisiasi oleh Menteri Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan itu juga tersebar di 11 titik lain di Jawa Tengah.

Anggota Komunitas Gudang Dolanan Indonesia, Gilang Hiwang Alit menunjukkan gasing raksasa yang dipamerkan di Gedung Lawang Sewu Semarang.

viva.co.id

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ