Muda-Mudi Perbatasan yang Menjaga Budaya Asli Kalimantan

Written by Muhammad Erwinsyah Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Lenggak-lenggok setiap penari menambah keindahan tarian khas Kalimantan ini, tepatnya adalah tarian yang berasal dari Dayak Agabag. Cukup sederhana, namun sulit untuk dilakukan orang awam yang memang membutuhkan keahlian khusus setiap gerakannya.

MUHAMMAD ERWINSYAH

Tari Semajau, adalah nama dari setiap gerakan indah yang dipentaskan sanggar tari Gong ini. Sanggar tari yang diprakarsai seorang wanita lemah lembut, dengan kelembutannya berhasil menciptakan generasi-generasi muda yang tidak lupa dengan budayanya sendiri. Budaya yang sudah turun-temurun ini juga didapatkannya dari para leluhur yang selalu memperkenalkan tardisi dan adat yang dimilikinya, salah satunya adalah tarian.

Bermodal itulah pada 2007 silam, Juari Usun kemudian membuka sanggar tari Gong yang mulanya hanya diikuti sekitar 10 orang yang rata-rata berusia 14-18 tahun, yang juga para siswa siswi SMP dan SMA Sebuku, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) tepatnya perbatasan RI-Malaysia.

Seiiring waktu, sanggar tari ini terus berkembang dengan berbagai tarian dayak lainnya. Dan berlanjut pada setiap pementasan, baik sekedar mengisi acara sebagai hiburan hingga pementasan yang diperlombakan. Dengan banyaknya jam terbang dalam pementasan yang dilakukan, membuat minat para pemuda pemudi bergabung di sanggar tari Gong ini.

Tarian ini memiliki ciri dan makna dalam setiap gerakannya, dengan gerakan burung terbang mengikuti iringan musik, para penari kemudian bergerak memutar secara bersama – sama membentuk lingkaran yang tidak terputus. Tidak ada yang menjadi komando dalam tarian ini, semua penari memiliki peran dan tanggung jawab yang sama untuk menjaga keharmonisan gerak dan membentuk formasi yang utuh.

Pada awal mulanya Tari Semajau selalu diiringi alat musik gong, namun dengan perkembangan zaman iringan musik dari kaset lebih banyak dipergunakan untuk menggantikan gong. Hal itu juga dipengaruhi jumlah personil yang tidak terlalu banyak untuk dijadikan sebagai pemain musik.

Tahun pertama sanggar tari ini dibentuk, namanya langsung melejit dengan memenangkan berbagai kejuaran di tingkat kecamatan. Kemudian, membawa sanggar tari ini di tingkat lebih tinggi dan dapat pentas di tingkat kabupaten dan berhasil membawa predikat sebagai juara tiga.

Tidak putus arang, sanggar tari ini terus berbenah yang terus melahirkan berbagai pemuda dan pemudi yang mengenal budaya leluhurnya. Setelah mengalami pergantian personil sejak 2007, puncak ketenaran sanggar tari Gong berhasil memenangkan kejuaraan dalam festival tari yang diselelenggaran Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Nunukan pada 2013.

Tidak hanya mengandalkan Tari Semajau sebagai tarian utama dalam memikat para penonton yang sedang menyaksikan. Tarian Purut juga berperan dalam setiap pementasan yang digelar baik dalam penyambutan tamu hingga menghibur para pejabat yang baru menginjakkan kakinya di bumi Penekindi Debaya-sebutan Kabupaten Nunukan.

Namun, dalam tiap tarian yang diperagakan para personel sanggar tari Gong ini sudah mengalami sedikit perubahan sesuai modernisasi yang terus masuk. Tapi, tetap mempertahankan nilai-nilai dan makna di setiap gerakan yang mengalami improvisasi dari pelatih dan penarinya sendiri.

Ini lah yang membuat muda-mudi di 2 desa Kecamatan Sebuku, yakni Desa Kekayap dan Kunyit semakin bersemangat bergabung dan melakukan pentas yang akan dilakukan. Terlebih, pentas yang dilakukan di hadapan kepala daerah seperti bupati, gubernur dan tamu-tamu penting lainnya serta berbagai peringatan hari besar.

“Kami biasa menjadi langganan setiap acara yang dilaksanakan Pemda (Pemerintah Daerah) untuk sesi hiburannya. Bahkan menjadi juara dalam festival 2013 di Nunukan,” ujar ketua Sanggar Tari Gong ini kepada penulis.

Dengan predikat sebagai juara, sanggar tari ini berharap menjadi pilihan bagi Kabupaten Nunukan dalam mengirimkan utusan untuk pentas di tingkat provinsi hingga nasional. “Anak-anak (penari, Red.) berharap sekali bisa pentas di tingkat provinsi karena sudah juara,” tuturnya. (***)

Written by Muhammad Erwinsyah Member at GNFI