Sasirangan Kalimantan Selatan

Written by khair udin Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Sasirangan adalah kain khas suku Banjar di Kalimantan Selatan. Keunikan kain ini tampak pada ragam motifnya yang kaya dan beragam. Nama sasirangan sendiri berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit dikenal dengan istilah dijelujur.

Kain sasirangan dulunya adalah pakaian adat yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat. Bahkan kain ini mulanya digunakan untuk kesembuhan bagi orang yang tertimpa suatu penyakit (pamintaan). Pada zaman dulu kain sasirangan sebagai pakaian adat biasanya berupa ikat kepala (laung), sabuk untuk lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) bagi kaum wanita. 

Seiiring dengan perkembangan zaman, kain sasirangan kini tidak hanya menjadi pakaian adat tapi juga menjadi sandang khas Kalimantan Selatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kain sasirangan kerap dijadikan bahan bagi busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari, baik resmi atau non resmi. Selain itu, sasirangan juga tampak pada produk lain, yaitu kebaya, selendang, gorden, taplak meja, sapu tangan, sprei, dan lainnya.

Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori atau katun yang sudah disesuaikan ukurannya sesuai kebutuhan. Bahan baku dasar ini kini bervariasi, tidak hanya katun tapi juga polyester, rayon, atau sutera. Kain tersebut kemudian digambar motif-motif khas lalu dijahit/disirang berdasarkan pola yang sudah dibuat. Kain yang telah dijahit berikutnya ditarik benang jahitannya agar kencang hingga kain mengerut. 

Proses selanjutnya adalah proses pencelupan atau pewarnaan. Zat warna yang biasanya digunakan adalah zat warna yang sama yang dipakai untuk membatik. Pada tahap ini, kain yang sudah dijahit sedemikian rupa akan membuat bagian-bagian tertentu pada kain terhalang atau tidak tertembus oleh larutan zat warna. Dengan cara itulah, kain sasirangan mendapatkan motif maupun corak warnanya yang menawan. Motif buatan tangan yang dibuat oleh satu pengrajin biasanya berbeda-beda, tidak ada yang persis sama. Motif yang dihasilkan ditentukan selain dari komposisi warna juga oleh jenis benang atau jenis bahan pengikat.

Setelah seluruh kain diberi warna, kain dicuci hingga air sisa cucian bersih (tidak berwarna lagi). Proses selanjutnya adalah melepas jahitan yang sebelumnya ditujukan untuk membentuk motif kain. Kemudian, kain sasirangan yang kini telah memiliki motif dan warna yang cantik dan unik pun dijemur, disetrika, dikemas dan siap dipasarkan. 

Saat ini tercatat sekira 30 lebih jenis motif sasirangan, antara lain bayam raja, naga balimbur, kulat ka rikit, daun taruju, gigi haruan, dan bintang bahambur, iris pudak, kambang raja, ombak sinapur karang, sari gading, kulit kayu, naga balimbur, jajumputan, turun dayang, kambang tampuk,  Sisik tanggiling, dan masih banyak lagi. 

Untuk mendapatkan kain sasirangan, Kampung Sasirangan adalah tempat yang sebaiknya Anda tuju. Kampung Sasirangan terletak di Jalan Seberang Masjid, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Banjarmasin Tengah. Di sini pembuatan kain sasirangan masih menggunakan cara tradisional dan sejak 2010 telah dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata, khususnya sebagai sentra kain sasirangan. Kampung Sasirangan digagas oleh Dinas Pariwisata Pemkot Banjarmasin selain untuk memudahkan pembeli juga merupakan sarana pembinaan bagi usaha mikro kecil dan menengah.