Tempat Nongkrong Baru di Los Angeles..Khusus Kuliner Indonesia

Written by Akhyari Hananto Administrator at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

SEJAK sembilan bulan terakhir, orang-orang Indonesia yang bermukim di Los Angeles punya tempat nongkrong baru. Gowess Food Truck, sebuah resto bergerak yang menawarkan menu-menu khas Indonesia. Seperti namanya, sejarah resto di 3731 Wilshire Blvd itu berawal dari hobi memasak Teguh Santoso setiap nge-gowes di Los Angeles.

Dinginnya malam di Los Angeles, Amerika Serikat, tiba-tiba dihangatkan pekik gembira Endah Redjeki, Jane Lawalata, dan Pheren Soepadhi. Begitu sampai di deretan meja-meja di samping sebuah truk besar bewarna hijau di 3731 Wilshire Blvd, ketiganya langsung riuh menyapa teman-teman lama mereka, sesama orang-orang Indonesia yang bermukim di Los Angeles.

Teguh Santoso (kanan) dan istrinya, Putu Sutresni (kiri), berbagi kesibukan di dapur resto bergerak. (Kompas)

”Beginilah, Gowess Food Truck jadi tempat tongkrongan baru orang-orang Indonesia di Los Angeles. Setiap kali datang kemari, tanpa atur janji pun bisa bertemu banyak teman,” kata Endah tertawa-tawa.

Begitu riangnya, sampai-sampai urusan kursi habis pun tak jadi soal. Endah dan Pheren yang sebelumnya mengaku lapar kini justru asyik berbincang, menimbrungi salah satu meja teman-teman mereka. Urusan makan terlupakan sementara.

Suasana makin meriah gara-gara kami bersua Konsul Jenderal RI di Los Angeles Umar Hadi yang malam itu nongkrong di lapak Gowess Food Truck bersama keluarganya. ”Saya orang baru di Los Angeles, baru pindah tugas, tetapi langsung jadi pelanggan tetap. Konsulat Jenderal RI di Los Angeles ada di dekat sini, jadi saya sering mampir dan makam malam di sini. Di sini, saya bisa berbincang segala urusan dengan para warga negara Indonesia di Los Angeles, dari yang serius sampai obrolan santai,” tutur Umar tertawa.

Jane menjadi dewi penyelamat lapar. Begitu kami semua kebagian kursi setelah serombongan pelajar dan mahasiswa Indonesia pulang, ia meninggalkan obrolan seru demi memesan makanan. ”Mau makan apa, saya kangen makan nasi goreng kambing. Suka pedas? Atau mau pilih mi thekthek? Atau mau coba semua?” tanya Jane tertawa.

Halal jadi magnet

Menu Gowess Food Truck yang dikelola keluarga Teguh Santoso (42) memang obat rindu kepada Tanah Air. Dua menu yang ditawarkan Jane adalah menu harian yang selalu ada. Juga tongseng dan nasi gila. Setiap hari juga ada menu tambahan yang rutin berganti demi keragaman pilihan. Mulai dari nasi udang, pangsit, ikan bakar, ayam bakar, sampai nasi sosis ayam.

”Yang paling laris nasi goreng kambing dan tongseng,” tutur Teguh memberikan saran. ”Tongseng saya digemari orang Banglades dan orang-orang asal Timur Tengah, lho,” katanya tertawa.

Para pelanggan mengantre di resto bergerak Gowess Food Truck di 3731 Wilshire Blvd, Los Angeles, California, Amerika Serikat.
Semua masakan Gowess Food Truck baru diracik setelah ada pesanan. Namun, sepertinya setiap pengunjung memang menikmati waktu dengan saling bertukar kabar sesama orang Indonesia. Endah, misalnya, berbagi kabar sial seorang komedian kondang Tanah Air yang gagal mendapat visa untuk manggung dan open mic di Los Angeles.

Pharen, yang seorang fotografer profesional di Los Angeles, sibuk mendiskusikan lokasi pemotretan tematisnya. Jane sibuk menimpali semuanya. Putu Sutresni (43), istri Teguh, sampai harus berteriak beberapa kali memanggil nomor antrean kami gara-gara obrolan riuh itu.

Seperti kebanyakan resto bergerak, menu-menu Gowess Food Truck terhidang dalam kotak makanan sekali pakai. Begitu kotak terbuka, aroma nasi goreng kambing yang khas tercium. Daging kambingnya memang daging kualitas terbaik, empuk dan meresap bumbu. Nasi gorengnya yang manis sedikit pedas oleh rempah. Lega rasanya, rindunya lidah ini digoyang pedas terobati. Mi thekthek Teguh pun ”Indonesia banget”, kaya cita rasa aneka bumbu. Jauh dari kecenderungan rasa tawar khas menu-menu lokal Amerika Serikat.

Pantas keduanya jadi menu harian yang selalu tersedia di resto truk hijau Teguh. Pantas pula sejumlah warga bertampang Timur Tengah rela antre di sela meja-meja yang riuh oleh obrolan berbahasa Indonesia. Menu-menu berharga jual 6-8 dollar AS itu memang sepadan dengan kelezatannya.

”Halal, itu kata kuncinya. Saya sengaja memilih lokasi ini karena dekat dengan kantong permukiman Muslim Banglades dan Timur Tengah. Jangan salah, mereka konsumen teliti, lho. Alih-alih asal percaya dengan label halal saya, mereka meminta saya menunjukkan kemasan daging bersertifikat halal,” kata Teguh tertawa.

Dari hobi gowes

Gowess Food Truck memang bertaut dengan gowes alias hobi bersepeda. Sejak lama Teguh mengisi akhir pekan dengan nge-gowes bersama-sama warga Indonesia di Los Angeles. ”Kadang kami mengakhiri gowes itu dengan berpesta aneka santapan. Entah bagaimana, saya kerap diminta menjadi koki pesta dadakan itu. Makin banyak menu yang saya masak dalam berbagai acara gowes di Los Angeles, makin orang suka,” kata Teguh.

Teguh yang sebelumnya bekerja sebagai sopir truk ukuran besar pun memberanikan diri banting setir berbisnis resto bergerak. ”Buka resto memang capek, tetapi saya bisa berkumpul dengan keluarga. Daripada menjadi sopir truk besar, kalau kirim barang ke Alaska bisa makan waktu dua-tiga bulan. Dorongan dari teman-teman komunitas Gowess LA yang membuat saya berani membuka bisnis food truck. Saya juga punya pengalaman bekerja di restoran sushi Jepang,” kata Teguh.

Tak percuma Teguh merogoh kantong dalam-dalam untuk membeli truk dan mengurus segala perizinan membuka resto yang rumit dan ketat. Dalam waktu singkat, Gowess Food Truck jadi ”terminal” baru orang-orang Indonesia di Los Angeles. Kota tanpa musim salju itu memang salah satu kantong komunitas Indonesia terbesar di Amerika Serikat.

Sejumlah warga Indonesia yang bermukim di Los Angeles bersantap di resto bergerak Gowess Food Truck.
Setiap hari—sepanjang pukul 18.30 hingga pukul 23.30 waktu setempat—Teguh, Putu, dibantu kedua anak mereka melayani antrean pembeli di trotoar 3731 Wilshire Blvd. ”Jika
sempat, pada Selasa siang pukul 11.00 sampai pukul 15.00 kami juga berjualan di depan kantor Konsulat Jenderal RI di Los Angeles,” ujar Teguh.

Satu lagi pembeli melongok dari jendela kasir, memesan sejumlah menu kepada Putu. Putu menggantung kertas catatan pesanan di hadapan Teguh yang tengah berkutat dengan kompor dan wajannya.

Teguh membacanya sekilas, lalu cepat meracik bumbu. Begitu bumbu-bumbunya masuk ke wajan, wow, kabut uap bumbu racikan Teguh, berikut aromanya, langsung menggantung di langit dapur mungil di atas truk itu. Aroma gurih dan pedas itu, aaaah, di negeri orang rasa pedas memang selalu membuat rindu…. (Aryo wisanggeni G)

 

Kompas

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ