KBS adalah Kita, sebuah catatan menjelang #100thKBS

Written by A.R. Asrari Puadi Author at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

“Ket zaman mbiyen mas bonbin kuwi rame, terkenal sisan. Akeh sing wisata ndek kono”

(sejak zaman dahulu mas, bonbin “KBS” itu ramai, terkenal juga. Banyak yang wisata ke sana “KBS”)

Ungkapan itulah yang saya dapatkan dari warga yang ikut meramaikan kegiatan “Soft Launching #100thKBS” di Car Free Day Surabaya tadi pagi (14/16). Ungkapan yang menggambarkan kebanggaan rakyat terhadap Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan sekaligus rasa ikut memiliki dengan keberadaan KBS.

KBS seperti kita ketahui merupakan Kebun Binatang Terbesar di Asia Tenggara, koleksi satwanya tak tanggung-tanggung “komplit” dan tak ada duanya, terdapat lebih dari 300 spesies satwa yang berbeda dan terdiri lebih dari 4300-an binatang, termasuk didalamnya satwa langka Indonesia maupun dunia yang terdiri dari Mamalia, Aves, Reptilia, dan Pisces. Namun ketenarannya ini seolah-olah tergerus karena kemelut kepemilikan yang berujung pada “kisruh” pengelolaan KBS. Syukurlah Pemkot Surabaya berinisiatif untuk mengambil alih kepemilikan dan pengelolaan KBS.

“Aneka Binatang yang bertebaran hidup dibumi adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan bermanfaat bagi manusia dan keseimbangan alam sebagai sifat pengejahwantahan sifat Maha Pemurah dan Maha Pengasih dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh ciptaan-Nya. (Falsafah KBS)”

KBS tentu tak ingin kita jadikan hanya sebagai “catatan sejarah” dari masa lalu, kita tentu sangat ingin keberadaan KBS menjadi warisan yang berharga dan membanggakan bagi anak cucu kita para penerus negeri ini kelak. KBS mungkin hari ini terdengar “mati” namun KBS masih punya banyak hal yang jika sama-sama kita bantu dia akan menjadi kekuatan bagi KBS “hidup” kembali.

Rasa-rasanya juga kita harus yakin dan menanamkan keberanian untuk optimis dengan keberadaan KBS hari ini, karena sejatinya ini adalah perihal bagaimana kita mau untuk tetap “optimis” ikut membangun KBS. Memang tak dipungkiri banyak hal yang “mencoreng” nama KBS, namun bukan berarti itu membuat kita menjadi “pesimis” dan “loyo” untuk ikut membangun KBS bukan ?

KBS tidak akan menjadi “lebih baik” ketika kita memilih “diam dan mendiamkan” tanpa mau ikut “turun tangan“ memperkenalkan, membenahi, dan “mencintainya”.

Tentu tidak mudah mengembalikan KBS seperti dahulu, yang dimana kalau kita membaca buku-buku sejarah atau buku-buku lain semasa di bangku Sekolah Dasar (SD), KBS menjadi satu hal yang sangat kita ingat dan membuat penasaran dengan keberadaannya, bahkan KBS membuat kita bangga menjadi bagian dari Indonesia. Semangat mencintai KBS (KBS-is-me) harusnya tidak hilang dan usang termakan waktu, karena KBS masih mempunyai banyak hal yang “memikat” untuk kita kembali “CLBK” bersama KBS.

Seperti kata Bonek, maka kiranya juga pas kalau hari ini kita berani untuk berkata “Nek aku “KBS”, kon kate lapo ?”

Semoga semakin banyak orang yang memilih ikut “turun tangan” melibatkan dirinya tak sekedar hanya membeli tiket dan datang ke KBS, namun juga ikut membangun KBS kembali menjadi icon kebanggaan kita semua, dengan saran, kritikan yang membangun dan berbagai hal yang sifatnya untuk perbaikan KBS kedepan. Karena “KBS adalah Kita”.

 

Dokumentasi “Soft Launching #100thKBS”

14
5 9 22

Written by A.R. Asrari Puadi Author at GNFI

Pejalan Kemana Saja, Penggagas @halo_borneo

 
3 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
uciuchay
uciuchay

@sasmaya iya sas ngeri, tp kayanya seru haha

ChoKyuhyun
ChoKyuhyun

Pernah jadi lokasi syuting Barefoot Friends dari korea nih....