Sultan Hamid II, sosok dibalik Garuda Pancasila

Written by A.R. Asrari Puadi Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

1 Juni adalah peringatan monumental yang kita kenal sebagai Hari Lahir Pancasila, dasar negara yang terdiri dari 5 sila ini menjadi pijakan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia.

Namun dibalik monumentalnya peringatan hari Lahir Pancasila ini tak sedikit banyak yang tau siapa sosok dibalik pencipta lambang Garuda Pancasila tersebut.

Beliaulah, Sultan Hamid II seorang pria kelahiran Pontianak 12 Juli 1913. Sultan Hamid II yang mempunyai nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie ini merupakan putra sulung dari Sultan Pontianak yaitu Sultan Syarif Muhammad Alkadrie.

Sultan Hamid II yang mendapatkan pangkat letnan dari kesatuan Hindia Belanda ini, juga pernah memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, sebuah pangkat tertinggi yang ditugaskan sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan beliau adalah orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Kemudian sewaktu Indonesia terbentuk menjadi negera serikat (RIS), Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio yang kemudian ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk merencanakan, merancang dan merumuskan lambang negara.

Dalam rekaman dialog antara Sultan Hamid II dan Masagung, disebutkan ide perisai pancasila muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara beliau teringat ucapan Presiden Soekarno bahwa lambang negara harus mencerminkan pandangan hidup bangsa yang mana divisualisasikan dalam lambang negara.

Awalnya rancangan awal pancasila memuat gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang kemudian memegang perisai namun akhirnya diperbaiki karena dianggap mengandung sifat mitologis. Dibuatlah bentuk burung Rajawali Garuda, namun kepala Rajawali Garuda pada waktu itu masih gundul tidak berjambul seperti lambang garuda yang kita ketahui saat ini.

Kemudian dilakukanlah penyempurnaan kembali, kepala burung Rajawali Garuda yang gundul dibentuk menjadi berjambul, kemudian bentuk cakar kaki mencengkram pita yang pada awalnya menghadap ke belakang diubah menjadi menghadap kedepan atas masukan Presiden Soekarno.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final Garuda Pancasila dengan menambah skala dan tata warna gambar. Hingga kini lambang negara yang terdapat disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada tahun 1950-an masih disimpan di Keraton Kadriyah – Pontianak.

Pada 30 Maret 1978 di Jakarta Sultan Hamid II wafat dan dimakamkan di pemakaman keluarga kesultanan Pontianak di Batulayang.

Melihat perjuangan dan semangat untuk terus menyempurnakan lambang negara tadi, layaknya lah juga diikuti dengan semangat penyempurnaan atas pemahaman diri terhadap nilai-nilai pancasila, jika hari ini kita masih suka mempertontonkan kebencian terhadap perbedaan apalagi membawa nama keyakinan dan etnis, maka mungkin pemahaman kita atas nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila agaknya perlu disempurnakan.

 
1 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
EvytaEvi
EvytaEvi

@GNFI bangga saya jd WNI\U0001f44f\U0001f44f\U0001f44f\U0001f44f\U0001f44f