Inilah Benteng Terbesar di Dunia

Written by Akhyari Hananto Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

Indonesia memiliki benteng yang terluas di dunia. Usianya sudah tiga abad, namun masih kokoh berdiri hingga saat ini. Sudah pernah ke sana?

Benteng Keraton Buton namanya. Letaknya ada di Pulau Buton, sebuah pulau seluas 4.408 kilometer persegi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau Buton dapat dicapai dengan menggunakan pesawat terbang atau kapal laut dari Makassar, Sulawesi Selatan. Bisa juga dengan menggunakan kapal motor dari Kendari, Sulawesi Tenggara.

Benteng Keraton Buton, terbesar di dunia

Saking besarnya, waktu sehari berjalan kaki mengelilinginya dirasa tidak cukup. Bagaimana tidak, luasnya mencapai 23,375 hektar dengan panjang keliling nyaris tiga kilometer. Ukurannya yang luar biasa ini menjadikan Benteng Keraton Buton tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record sebagai benteng terluas di Indonesia dan di dunia.

Benteng Keraton Buton

 

Benteng Keraton Buton dibangun pada tahun 1591-1597, tepatnya di masa berkuasanya Sultan Buton III La Sangaji Sultan Kaimuddin atau juga dikenal dengan ‘Sangia Makengkuna’. Seperti bangunan-bangunan lain di Nusantara pada masa itu yang belum akrab dengan batu bata dan semen, benteng ini juga dibangun dengan menggunakan bebatuan gunung serta perekat berupa adonan telur dan kapur. Walau demikian, kekokohannya tak perlu diragukan. Hingga saat ini benteng tersebut masih tegak berdiri di puncak bukit berlereng terjal.

Benteng Keraton Buton

Berkunjung ke Benteng Keraton Buton, Anda tidak hanya akan menemui bangunan benteng tua yang kosong. Di dalam tembok benteng masih terdapat perkampungan adat yang terdiri dari ratusan rumah dengan bangunan asli terbuat dari kayu. Masyarakat yang tinggal di dalamnya pun masih menerapkan budaya dan tradisi lokal. Selain itu Anda juga dapat melihat masjid tua, meriam, dan peninggalan-peninggalan kuno lainnya.

tourismnews.co.id/

 
4 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
GNFI
GNFI

@Shafwan_MZIFC silahkan dibaca terlebih dahulu isi artikelnya :)

Asro Sikumbang
Asro Sikumbang

INILAH SEJARAH DAN NAMA LAIN SUMATERA

1. Bhūmi Mālayu
Bhūmi Mālayu ("Tanah Melayu") terukir di Prasasti Padang Roco, yaitu sebuah prasasti berangka 1286 M yang ditemukan di hulu sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.
Di pulau ini juga pernah berdiri kerajaan Melayu yang berpusat di Muara sungai Batang Hari, Jambi. Pada tahun 682 kerajaan ini ditaklukkan oleh Sriwijaya, dan melalui Sriwijaya bahasa dan kebudayaan Melayu disebarkan ke daerah kekuasaannya.

2. Swarnnabhūmi
Pada Prasasti Padang Roco dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas").
Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi.

3. Suwarnadwipa
Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa “pulau emas”.
Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa.
Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya: Suwarandib), transliterasi dari nama Suwarnadwipa.
Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib.

4. Malaya dvipa
Istilah Malaya dvipa muncul dalam kitab Purana, sebuah kitab Hindu purba, yang ditulis sebelum zaman Gautama Buddha sehingga 500 Masihi. Dvipa bermaksud "tanah yang dikelilingi air" dan berdasarkan maklumat-maklumat yang lain dalam kitab itu, para pengkaji beranggapan bahawa Malaya dvipa ialah Pulau Sumatera.

5. Pulau Emas
Istilah pulau ameh kita jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau.
Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pula yang besar ini.
Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “Negeri Emas”.

6. Taprobana
Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.
Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi.

Pada masa Dinasti ke - 18 Fir’aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Barus (Lobu Tua – daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir’aun Mesir kuno.

7. Chryse Nesos
Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya ‘pulau emas’.

8. Pulau Percha
Di pulau ini banyak terdapat Getah perca atau Palaquium adalah salah satu tumbuhan asli Sumatra. Tumbuhan ini juga terdapat di Semenanjung Malaya, Australasia, Taiwan bahkan sampai ke Kepulauan Solomon.

9. Bumi Andalas.
Bebesaran atau murbei (Latin: Morus) adalah sebuah genus yang terdiri dari 10–16 spesies pohon tertentu yang asli berasal dari daerah panas sedang dan subtropis di Asia, Afrika dan Amerika. Mayoritas spesies asli berasal dari Asia. Salah satunya yang terkenal adalah di desa Andaleh, kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang telah mencapai usia lebih dari 120 tahun.

10. Sumatera
Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis.
Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatera. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatera.

Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ofir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).

Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera (Gunung Ophir di Pasaman Barat, Sumatera Barat yang sekarang bernama Gunung Talamau. Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ofir Nabi Sulaiman a.s.

Pulau Sumatra dari dahulu memang terkenal sebagai daerah penghasil emas, khususnya daerah Sumatra Tengah, konon katanya pemasukan emas Sriwijaya berasar dari Minangkabau. Berdasarkan laporan dari Thomas Dias, seorang Portugis yang digaji oleh Belanda di Melaka pada masa itu. Dia dikatakan mengembara dari pantai timur untuk tiba ke kawasan tersebutdan melaporkan, bahawa terdapat istana di Pagaruyung dan pelawat perlu melalui tiga pagar untuk memasukinya. Dia melaporkan bahawa kerja utama penduduk tempatan pada masa itu merupakan mendulang emas dan pertanian.